Israel Terus Bunuh Warga Palestina di Tepi Barat

Jalanhijrah.com-Daftar korban penyerangan-penyerangan oleh tentara Israel di Tepi Barat masih terus bertambah. Mengabaikan tekanan internasional, warga Palestina terus diburu dan dibunuh.

Serangan tentara Israel mengakibatkan gugurnya empat warga Palestina, termasuk seorang remaja laki-laki, di dekat Kota Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Kamis (16/3). Insiden ini adalah pertumpahan darah terbaru dalam gelombang kekerasan selama setahun di wilayah tersebut.

Militer Israel mengkonfirmasi pasukannya beroperasi di Kota Jenin pada Kamis. Militer Israel mengatakan, pasukannya membunuh dua anggota kelompok militan Jihad Islam yang dicari dan orang ketiga terbunuh setelah mencoba menyerang pasukan dengan linggis.

Daerah Jenin dikenal sebagai salah satu kantong pejuang Palestina, dan Israel sering melakukan serangan militer di daerah tersebut. Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi tiga korban tewas sebagai Youssef Shreem (29 tahun), Nidal Khazim (28 tahun), dan Omar Awadin (16 tahun). Sementara identitas korban keempat belum diketahui.

Video amatir yang diambil oleh orang-orang di Jenin tampak menunjukkan kerumunan warga Palestina mengelilingi sebuah mobil yang diduga dibawa oleh orang-orang yang membawa pasukan Israel.

Dalam sebuah video yang diposting di media sosial, kerumunan orang mengepung sebuah mobil dan melemparkan benda ke arahnya.  Beberapa tembakan terdengar dan kerumunan mulai bubar. Video lain menunjukkan kendaraan militer Israel menarik mobil itu.

Militer Israel mengatakan, tentara dan warga bersenjata saling tembak, dan tentara diserang dengan batu. Israel melaporkan tidak ada cedera pada personel militernya.

Kematian empat warga Palestina pada Kamis membuat jumlah warga Palestina yang tewas sejak awal tahun menjadi 83 orang. Mereka meregang nyawa karena Israel telah meningkatkan serangan penangkapan di wilayah pendudukan Tepi Barat, sebagai tanggapan atas serangkaian serangan musim semi lalu. Serangan Palestina terhadap Israel telah menewaskan 14 orang pada 2023.

Baca Juga  Menguatkan Persatuan Bangsa Melalui Pendidikan dan Moderasi Beragama

Menurut penghitungan the Associated Press, sekitar setengah dari warga Palestina yang tewas tahun ini berafiliasi dengan kelompok militan.

Israel mengatakan sebagian besar yang tewas adalah militan. Tetapi pemuda pelempar batu yang memprotes penyerangan dan warga lainnya yang tidak terlibat dalam konfrontasi, termasuk tiga pria berusia di atas 60 tahun, juga telah dibunuh oleh pasukan Israel.

Putaran kekerasan saat ini adalah salah satu yang terburuk antara Israel dan Palestina di Tepi Barat dalam beberapa tahun terakhir. Eskalasi dimulai setahun yang lalu setelah sejumlah serangan Palestina terhadap Israel maupun sebaliknya terjadi hampir setiap malam di Tepi Barat.

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan bahwa pembunuhan penduduk Palestina yang terus berlangsung oleh penjajah Israel adalah hasil dari impunitas dan tidak adanya akuntabilitas.

Komentar Shtayyeh muncul sebagai tanggapan atas pembunuhan brutal oleh pasukan pendudukan Israel terhadap empat warga Palestina selama penggerebekan di Jenin, dan cederanya banyak orang lainnya.

Dia menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga para korban dan berharap pemulihan yang cepat bagi yang terluka.

Tak hanya pembunuhan, Israel juga terus melakukan penangkapan terhadap warga Palestina. Tak jarang anak-anak dan remaja ikut ditangkap.

Pada Kamis (16/3), kantor berita Palestina Wafa News mengabarkan pasukan penjajahan Israel juga menahan dua anak Palestina dan seorang pemuda Palestina di Yerusalem yang diduduki.

Di wilayah Silwan, polisi Israel menangkap Yaman Hajjaj (15), setelah menggerebek rumah keluarganya. Dia dibawa oleh polisi ke tujuan yang tidak diketahui.

Baca Juga  Kapolda Sumsel Imbau Personel Antisipasi Aksi Radikalisme dan Intoleransi

Wael Shahim (17), anak Palestina lain dari lingkungan itu, juga ditangkap oleh otoritas pendudukan tak lama setelah dia dibebaskan setelah tujuh bulan di penjara Israel. Seorang Palestina ketiga, pemuda yang belum diidentifikasi, juga ditangkap oleh polisi Israel di Kota Tua Yerusalem.

Sebelumnya, pasukan Israel juga menembak dan membunuh tiga pria Palestina pada Ahad (12/3). Menurut militer Israel, korban itu diklaim melepaskan tembakan ke arah pasukan di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Militer Israel mengatakan, seorang pria bersenjata menyerahkan diri dan ditangkap. Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi tiga orang meninggal di dekat kota Nablus.

Kekerasan itu menyusul serangan militer Israel sepekan sebelumnya di desa Jaba, Tepi Barat, dengan tiga orang Palestina meninggal dunia. Beberapa jam kemudian, seorang pria bersenjata Palestina melepaskan tembakan ke jalan raya Tel Aviv yang sibuk pada awal akhir pekan Israel, melukai tiga orang sebelum ditembak dan dibunuh.

Menurut kelompok hak asasi manusia terkemuka Israel B’Tselem, hampir 150 warga Palestina gugur di Tepi Barat dan Yerusalem timur pada 2022. Ini menjadikan 2022 sebagai tahun paling mematikan di wilayah itu sejak 2004.

Israel merebut Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem timur dalam perang Timur Tengah 1967.  Orang-orang Palestina menginginkan wilayah-wilayah itu untuk negara merdeka di masa depan.

Serangan pemukim

Serangan terhadap warga Palestina belakangan juga bukan hanya dari pasukan militer. Berulang kali pemukim Yahudi juga melakukan penyerangan dan perusakan.

Pada Kamis, mereka menyerang seorang Palestina dan merusak tanaman di desa Tuba dan al-Mafqara, sebelah timur Masafer Yatta, selatan Hebron, menurut seorang aktivis setempat.

Baca Juga  Terorisme di Iran, Apakah Berdampak bagi Indonesia?

Rateb Jabour, seorang aktivis anti-pendudukan, mengatakan bahwa pemukim fundamentalis menyerang penduduk di dua komunitas Tepi Barat selatan, menyebabkan luka dan memar di tubuh penduduk.

Para penyerang berasal dari pemukiman kolonial fundamentalis agama Maon dan Havat Maon. Sementara itu, sekelompok pemukim lainnya menggembalakan ternak mereka dengan gandum dan hampir tidak ada tanaman milik petani yang diidentifikasi sebagai anggota keluarga Abu Eram dan Hamadeh di daerah Qawawis, menyabotase tanaman. Tubas dan Khirbet al-Mafqara adalah dua dari 12 komunitas Palestina yang membentuk Masafer Yatta.

Pada 4 Mei 2022, pengadilan tinggi Israel memberi lampu hijau kepada tentara untuk secara paksa mengusir sekitar 1.300 warga Palestina yang tinggal di desa atau dusun yang membentuk wilayah Masafer Yatta, yang sangat bergantung pada peternakan sebagai sumber mata pencaharian utama. Hal itu adalah pengusiran terbesar yang dilakukan oleh Negara Israel dalam beberapa dekade terakhir.

Terletak di Area C Tepi Barat, di bawah kendali penuh administrasi dan militer Israel, daerah tersebut telah berulang kali menjadi sasaran pelanggaran Israel oleh para pemukim dan tentara yang menargetkan sumber utama kehidupan mereka yakni peternakan.

Wilayah itu telah ditetapkan sebagai zona militer tertutup Israel untuk pelatihan sejak 1980-an dan karenanya disebut sebagai Zona Penembakan 918. Pelanggaran Israel terhadap daerah tersebut termasuk penghancuran kandang hewan, rumah dan bangunan tempat tinggal. Penerbitan izin konstruksi oleh Israel untuk warga lokal Palestina di daerah tersebut tidak ada.

Harakatuna

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *