Perempuan Merdeka atas Cita dan Cinta

Perempuan itu gak baik sekolah tinggi-tinggi

Perempuan itu gak bisa jadi pemimpin yang bijak karna gampang baper

Udah deh jadi perempuan gak usah lakuin yang aneh-aneh, nanti ujungnya juga bakal balik ke dapur

Iya wajar sih dicap perempuan gak bener, emang suka pulang malem

Perempuan gak usah suka keluar rumah, nanti jadi sumber fitnah.”

Jalanhijrah.com-Seperti itulah stigma-stigma yang sering saya terima baik dari teman, rekan kerja, tetanggabahkan keluarga. Menyedihkan memang pengalaman sosial seorang perempuan masih kerapkali mengalami stigmatisasi. Tidak sedikit perempuan mendapatkan cap buruk dari laki-laki atau bahkan yang paling menyakitkan, justru mendapat perundungan dari sesama perempuan

Berawal dari konstruksi sosial yang dibangun oleh dominasi laki-laki, hal ini tentu mempengaruhi pola pikir perempuan. Sehingga tidak sedikit perempuan yang terpaksa menghentikan keinginannya, melepas impian karena tidak mendapat restu keluarga. Bantingsetir tujuan hidup lantaran untuk menyenangkan keluarga atau hanya agar terlihat normal oleh orang lain. 

Dan pada akhirnya banyak perempuan yang akan kehilangan dirinya sendiri, tak lagi mengenali apa yang menjadi keinginannya dan tak bisa memutuskan akan bagaimana menjalani hidup. Dengan begitu, perempuan kembali semakin kehilangan kepercayaandirinya. Sebaiknya, meskipun perempuan mengalami himpitan situasi yang sukar mendapatkan kebebasan dalam berekspresi, bereksperimen dan mengeksplorasi potensidirinya.

Baca Juga  Idulfitri Tidak Butuh Khilafah

Namun, bukan berarti perempuan boleh menyerah pada keadaan. Teruslah menempa diri dan wujudkan harapan, impian serta citacita. Belum lagi perempuan yang dihadapkan dengan stigma, “Jadi perempuan itu harus bisa multitasking.” Bisa masaklah, ngurus suami sama anaklah, nyucilah, bersih-bersihlah dan sederet pekerjaan rumah yang tak pernah ada habisnya. Dan sialnya selalu dilemparkan sebagai tanggung jawab perempuan.

Tentunya jajaran stigma yang diperoleh perempuan membuatnya rawan mengalami insecure.Karena merasa gagal dalam memenuhi ekspektasi masyarakat patriarki yang menuntut kesempurnaan peran perempuan. Namun lupa bahwa perempuan juga manusia yang tidak sempurna dan perlu tuntunan bukan tuntutan.

Sehingga banyak perempuan yang fokus pada kekurangan dirinya, kemudian mencela dirinya sendiri. Dan jelas hal itu sangat tidak baik untuk kesehatan mental, lantaran efeknya bukan hanya kepada diri sendiri tapi orang lain juga kena imbasnya. Maka dari itu, di sinilah pentingnya untuk saling support. Akan lebih baik apabila perempuan bisa fokus pada kelebihan lain yang dimiliki, mengembangkan potensi-potensi yang ada dan menjadi manfaatbagi banyak orang.

Kemudian sambil lalu juga perlu belajar memperbaiki kekurangan diri yang sekiranya bisa diubah. Contoh kecil yang saya alami, ialah belum bisa memenuhi tuntutan sebagai perempuan yang pintar masak. Kalo kata ibu, “belajar masak biar bisa hemat saat berkeluarga nanti. Dalam hati saya batin, “Wahh ibu ini sekali-kali harus ikut webinar kesetaraan dan keadilan gender, biar tau kalo urusan masak gak cuma Indah aja tapi jugabisa mas suami nanti, heuheu…”

Baca Juga  Galau, Gelisah Dan Tidak Bisa Tidur, Baca Doa Dari Rasulullah Berikut Ini

Meskipun sebagai perempuan tidak bisa masak dan sadar atas keterbatasan itu, saya juga memiliki potensi pada bidang lain walaupun tidak ahli-ahli banget sih. Lantas yang menjadi pertanyaannya, apakah salah jika saya seorang perempuan memprioritaskan untuk mengasah potensi yang dimiliki dan mengesampingkan keterbatasan yang ada?  Dengan fokus menempa diri pada kelebihan diri yang lain, bukan berarti saya sepenuhnya meninggalkan area permasakan. Sambil lalu saya juga belajar masak, yahh meskipun hasilnya sering kali gagal, tapi gak apa-apa, it’s okay ini bentuk self-love ala Indah.

Bicara soal cinta, siapapun kalian, apapun latar belakang kalian dan bagaimanapun keterbatasan kalian. Para perempuan berhak mencintai dan merasa dicintai. Tidak perlu risau tidak dicintai orang lain, karna insecure sama kualitas diri. Perlu disadari, bahwa sebagai perempuan kita layak mendapatkan cinta dari diri sendiri dan orang lain. Self-love akan membawa kita untuk selalu meningkatkan yaitu kesadaran diri yang akan memperhatikan pikiran, perilaku dan perasaan.

Selain itu, akan membantu kita buat mengenali apa yang menjadi tujuan, harapan dan cita-cita. Tau langkah mana yang harus ditempuh dan paham terhadap bagaimana menjalani prinsip diri yang dipegang. Sehingga akan menuntun kita untuk selalu semangat memperbaikikualitas diri menjadi lebih baik lagi. Maka dari itu, perempuan sebagai manusia berhakmemiliki citacita dan berhak untuk mewujudkannya dengan penuh cinta kepada diri sendirimaupun orang lain.

Baca Juga  Ummu Aiman ra., Ibu Asuh Rasulullah saw. yang Pemberani

Teruntuk para perempuan sadarilah bahwa kita adalah makhluk yang merdeka atas keputusan-keputusan terhadap diri sendiri. Kita berhak menentukan apa yang diinginkan danberhak menentukan arah langkah yang dituju. Jadi, ayo menjadi perempuan yang merdeka atas cita dan cinta dengan terus melangkah, menjadikan angan sebagai cerita yang nyata.

*Penulis: Nur Indah Fitri

Anggota Puan Menulis

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *