Jalanhijrah.comJombang – Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadzik menyampaikan, mahasiswa Nahdliyin harus tegas menjadi pelopor moderasi beragama. Menurutnya, sebagai mahasiswa harus berani dalam mencegah masuknya faham radikalisme dan liberalisme di kampus-kampus.
Hal ini disampaikan Gus Fahmi saat menyampaikan materi dalam Webinar Nasional (Webinas) yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se Nusantara, Jumat (04/06/2022) malam melalui zoom meeting.
“Karena perguruan tinggi menjadi sebagai salah satu jalan masuknya faham radikal dan liberal. Kelompok mahasiswa menjadi sasaran empuk karena mudah untuk dirayu dan dibujuk. Untuk itu, mahasiswa NU harus hadir menjadi garda terdepan dengan menjadi satgas khusus di setiap perguruan tinggi,” ujarnya.
Gus Fahmi mengapresiasi mahasiswa NU yang menggelar Webinar dengan mengusung tema ‘Mahasiswa Nahdliyin sebagai Pelopor Moderasi Beragama’. Ia berpesan agar mahasiswa NU dapat melestarikan amaliyah NU, seperti tahlilan, istighosah, serta maulid nabi di setiap perguruan tinggi, khususnya di kampus umum.
“NU selama ini menjadi pilar penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. selama NU solid, maka Indonesia akan aman, karena pendiri NU juga merupakan pendiri NKRI. Saya berharap agar kampus yang non NU juga membentuk jaringan dengan menggalakkan amaliyah NU yang telah diajarkan guru-guru kita, serta jangan takut untuk besikap tegas,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Fahmi menjelaskan bahwa moderasi beragama tidak hanya sekedar jihad. Akan tetapi faham radikalisme semacam itu sering diartikan dengan memahami agama secara berlebihan, salah satu cirinya adalah merasa paling benar dan menyalahkan orang lain.
NU selama ini mengajarkan bahwa moderasi beragama secara santun, yaitu dengan mengambil jalan tengah (moderat), tidak ke kanan tidak ke kiri.
Ia menambahkan bahwa agama sudah baku, tetapi perilaku seseorang yang butuh untuk dimoderasi. Tugas menjaga kerukunan antar umat beragama memang sangat penting dan harus dikerjakan dengan gotong royong, karena Indonesia sebagai negara majemuk, yang teridri dari berbagai ras, suku, dan agama.
“NU tidak kemana-mana, tapi NU ada di mana mana dengan jargon khasnya yaitu hubbul wathan minal iman. NU tetap dalam koridor menjaga islamiyah, wathaniyah dan basyariah,” tandasnya.