maulid nabi

Jalanhijrah.com- Hari ini pada tanggal 8 Oktober 2022, merupakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiual Awal dalam penanggalan Hijriah. Ada yang menarik dan sangat berkesan bagi para mahasiswa Jogja di hari tersebut. Sebab pada tanggal 8 ini, Kafe Main-Main, Basa-Basi, Yogyakarta menggratiskan menu makanan dan minuman untuk memeriahkan kelahiran Rasulullah. Mengetahui momentum ini, sebagai mahasiswi Jogja, rasanya kurang lengkap jika tidak ikut memeriahkan rejeki besar ini.

Sebenarnya, bukan tahun ini saja, kafe tersebut ikut merayakan momentum merayakan maulid. Pemilik kafe, Edi Ahiyubenu, begitu sebutan akrabnya, selalu memberikan ruang yang sangat luas untuk merayakan maulid nabi. Di tahun-tahun sebelumnya perayaan maulid nabi juga serupa, ditambah dengan sholawatan di kafe setiap malam kamis dan malam jumat, belum lagi aktifitas harian yang dilakukan di Kafe Main-Main.

Baik Kafe Main-Main ataupun Kafe Basa-Basi, selain menjadi kafe literasi yang bisa melakukan kegiatan bedah buku, atau diskusi kepenulisan, keduanya selalu menjadi tempat sholawat yang biasa dilakukan oleh pemiliknya. Kegiatan tersebut mendapatkan respon cukup banyak dari kalangan mahasiswa  untuk bergabung dan mendengarkan pemaparan dari pemateri yang dihadirkan.

Dakwah dari kafe

Saya pernah menulis tentang eksistensi dakwah di kafe yang digelar oleh kelompok muslim kanan dengan pembahasan tentang sejarah Islam, kemuslimahan, dan ujung-ujungnya membahas sistem pemerintahan Islam. Kafe tempat kajian semacam itu biasanya dilakukan di kafe elit yang notabenenya harga minuman atau makanan, tidak ramah di kantong mahasiswa. Akan tetapi, tidak dengan dakwah di kafe yang digagas oleh Kafe Main-Main ataupun Basa-Basi.

Baca Juga  Benarkah NU Adalah Aktor Moderasi Beragama dan Pemberantas Kaum Radikal?

Menu yang tersedia pada kedua kafe tersebut sangat ramah terhadap ukuran kantong mahasiswa pada umumnya. Menariknya, dakwah di kafe yang seringkali dilaksanakan di Kafe Main-Main, selalu diiringi dengan sholawat dengan kelompok banjari yang biasa dilantunkan pada momentum maulid. Ciri khas tersebut dimiliki oleh dakwah kafe tersebut. Penulis memaknai salah satu wujud pribumisasi Islam yang digagas oleh Gus Dur adalah tradisi sholawat, sebab hal itu mengundang banyak orang untuk juga tertarik pada kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat muslim di Jawa. Tentu, melalui tradisi tersebut, kita memaknai Islam di lapisan masyarakat Indonesia memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan local wisdom yang berkembang. Islam yang ditampilkan pada dakwah di kafe itu, bukanlah seperti yang digambarkan oleh Arab, seperti yang digagas oleh kelompok muslim kanan, akan tetapi kuat dengan tradisi dan kearifan lokal yang khas menunjukkan bahwa kegiatan itu bagian dari perkembangan Islam di Jawa. Sebab perkembangan Islam di Indonesia, sangat kuat dengan tradisi lokal, salah satunya tradisi sholawatan.

Berdasarkan tradisi tersebut, dakwah di kafe yang semacam itu, sangatlah jauh untuk kita katakan sebagai sumber doktrinasi khilafah. Hal ini karena, kegiatan yang dilakukan justru mengusung tradisi lokal, membumikan sholawat sebagai bagian dari kecintaan terhadap Rasulullah. Melalui kedua perbandingan itu, sudahkah kita bisa membedakan dakwah di kafe yang menjadi akar penyebaran Islam yang damai dengan ideologi khilafah?

Tidak perlu dalil untuk mencintai Rasulullah

Baca Juga  Ngaji Gus Dur pada Ramadan: Islam sebagai Aspirasi atau Inspirasi?

Merayakan hari lahir Rasulullah tidak perlu dalil ataupun hadis. Sebab tidak ada alasan untuk mencintai, apalagi cinta tersebut ditujukan kepada kekasih Allah. Beberapa kelompok masyarakat beragama lain, menganggap bahwa merayakan maulid adalah bid’ah karena tidak ada dasar yang mendukung. Padahal, tanpa ada landasanpun, berbahagia atas kelahiran kekasih Allah adalah suatu hal yang tercipta secara spontan.

Berbagai ekspresi diberikan untuk menunjukkan bahwa, kecintaan terhadap Rasulullah sangat penting untuk diberitakan. Wujud kecintaan itu sangat beragam, mulai dari sholawatan, perayaan maulid seperti di kampung, atau dengan menggratiskan makan dan minum di Kafe Main-Main atau Basa-Basi yang dilakukan oleh Pak Edi Ahiyubenu.

Jika masih ada yang menentang perayaan sholawat karena tidak ada dalil atau hadis yang mewajibkan, tidak perlu risau. Sebab Abu Lahab yang sangat membenci Rasulullah Saw, pernah sangat bergembira atas lahirnya keponakannya, ketika mendengar Siti Aminah melahirkan anak laki-laki yang bernama Muhammad. Ia juga mendapatkan remisi setiap hari senin karena bergembira dengan kelahiran Rasulullah.

Barangkali melalui perayaan maulid nabi yang kita rayakan, bisa mendapatkan syafaat Rasulullah yang melimpah, serta diakui sebagai umatnya karena sudah bergembira dengan kelahiran kekasih Allah yang sudah memperjuangkan Islam dengan seluruh daya dan upaya. Amin ya robbal ‘alaminWallahu a’lam

Penulis

Muallifah

 

 

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *