Asma binti Yazid; Sang Intelektual dan Orator Perempuan (Khatibatun Nisa)

Jalanhijrah.com-Nama lengkapnya adalah Asma Binti Yazid bin Sakan bin Rafi’ bin Amril’il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris bin Al-Anshariyah. Asma terkenal sebagai perempuan cerdas dan memiliki aqidah yang kokoh dengan pemikiran yang tajam. Ia juga pandai berargumentasi dan memiliki kemampuan beretorika yang unggul. Sehingga ia mendapat julukan sebagai orator perempuan atau Khatibatun Nisa. Kepiawannya dalam berpidato maupun menyampaikan uneg-uneg para shahabiyah merupakan kebenaran yang semua sahabat amini.

Asma binti Yazid juga terkenal sebagai perempuan yang cerdas, memiliki kepekaan indera yang baik, kejelian perasaan, ketelitian pikiran serta ketulusan hati. Dengan kecerdasan yang ia miliki, Asma binti Yazid tumbuh menjadi seorang ahli hadis yang mulia. Dengan kepekaan indera yang baik, ia menjadi seorang yang peka terhadap berbagai persoalan yang ada di lingkungannya.

Terdapat sebuah kisah dalam sebuah riwayat :

“Suatu hari datang seorang perempuan menemui Nabi Saw yang sedang kumpul bersama para sahabatnya. Lalu ia berkata: “Sesungguhnya saya utusan dari sekelompok wanita mslimah (di belakangku). Kepadamu, mereka semuanya berkata sependapat dengan perkataan dan pendapatku. Sesungguhnya Allah mengutusmu dengan membawa kebenaran(yang ditunjukkan) kepada kaum laki-laki dan perempuan, maka kami beriman kepadamu dan Tuhanmu yang mengutusmu. Dan kami kaum perempuan begitu terbatas dan banyak halangan, menjadi penjaga rumah, melayani hasrat seksual dan mengandung lalu melahirkan anak-anak. Sedangkan kalian wahai kaum laki-laki diutamakan atas kami dengan adanya salat Jum’ah dan shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, menghantar jenazah, berhaji (sendiri) setelah haji yang lalu, dan yang lebih utama dari itu semua adalah kesempatan berjihad di jalan Allah Swt. Sungguh, ketika seorang lelaki di antara kalian keluar berhaji, umrah atau urusan penting lainnya, maka kamilah yang menjaga harta kalian, menyiapkan pakaian-pakaian untuk kalian, dan mendidik anak kalian. Apakah dalam hal pahala kami aka berserikat dengan mereka, wahai Rasulullah?.

Maka Rasulullah berpaling kearah para sahabatnya, kemudian bersabda: Apakah kalian pernah mendengar ungkapan seorang wanita (siapapun) yang lebih baik pertanyaanya tentang agama daripada wanita ini? “ Sahabat menjawab : “Wahai Rasulullah, kami tidak pernah menyangka bahwasanya seorang perempuan mempunyai pemikiran semacam ini”. Kemudian Rasulullah Saw menoleh ke arah perempuan itu seraya bersabda:”Pergilah wahai Asma, dan beritahukan kepada para perempuan di belakangmu, bahwa kebaikan ketaatan salah seorang kalian kepada suaminya, mencari keridhoannya, dan mengikuti apa yang dia sukai, menyamai(pahalanya) dengan yang engkau sebutkan tadi”.

Kemudian Asma pamit undur diri seraya mengucap tahlil disertai takbir, karena saking senangnya. (H.R Al-Baihaqi dalam kitab Syuabul Iman).

Baca Juga  Profil Ustazah Halimah Alaydrus: Pendakwah Perempuan yang Viral di TikTok

Dari kisah tersebut tentu kita dapat memiliki gambaran mengenai sang Khatibatun Nisa. Asma binti Yazid seperti mengisyaratkan kepada kita kaum perempuan mengenai dua hal penting yakni:

Pertama, di zaman Nabi Saw. para perempuan Islam begitu terorganisir dan mempunyai juru bicara untuk menyampaikan uneg-uneg dan respon mereka terhadap gejala-gejala sosial yang mereka alami secara detail dan jelas. Hal ini merupakan nilai plus tentunya. Karena untuk menyampaikan suatu maksud, tentu memerlukkan keberanian dan ketelitian dalam menyusun pesan.

Kedua, Asma binti Yazid pada masa itu telah memiliki pemikiran mengenai kesetaraan gender. Hal tersebut menandakan bahwa kesetaraan gender sudah eksis di benak para perempuan sejak zaman Rasulullah Saw., dan mendapatkan respon yang baik serta bijak dari Rasulullah Saw. Hal tersebut menjadikan kita paham mengenai ketelitian serta kepekaannya terhadap berbagai problematika yang sedang berlangsung di tengah masyarakat.

Selain itu, Asma binti Yazid juga merupakan seorang yang dekat dengan Rasulullah. Sehingga manakala ada persoalan keagamaan atau persoalan yang berkaitan dengan  kaum perempuan, namun mereka tidak berani atau sungkan mengutarakannya, maka Asma-lah yang akan membantu mereka (kaum perempuan) untuk mengutarakannya kepada Rasulullah. Kedekatannya dengan keluarga Rasulullah pun menjadikan ia seorang yang mendapat kepercayaan sebagai sumber rujukan ilmu. Sebab ia senang ikut mendengarkan pengajaran Nabi Muhammad Saw.

Baca Juga  Densus 88 Sita Ratusan Kotak Amal Diduga Jadi Sumber Biaya Terorisme

Di samping keberaniannya dalam mengutarakan uneg-unegnya sendiri dan uneg-uneg shahabiyah kepada Nabi, Asma binti Yazid juga seorang perempuan yang berani turun ke medan perang. Tercatat, dia menjadi salah satu shahabiyah yang ikut terjun dalam perang Yarmuk. Ketika itu, diriwayatkan berhasil membunuh sembilan tentara Romawi.

Dengan kecerdasan yang ia miliki, Asma binti Yazid tumbuh menjadi seorang ahli hadis yang mulia. Sepanjang hidupnya, dia berhasil meriwayatkan 81 hadis Nabi Muhammad. Di antaranya Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah.

Sipa Nuraeni

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *