Rufaidah binti Sa’ad al-Aslamiyah, Perawat Perempuan Pertama dalam Islam

Jalanhijrah.com- Jika Korea memiliki dokter perempuan pertama bernama Dae Jang Geum, Islam pun tidak kalah gemilang. Ia adalah Rufaidah binti Sa’ad al-Aslamiyah, perawat perempuan pertama dalam sejarah Islam.

Saat itu, praktik kesehatan dalam Islam belum mengenal klasifikasi khusus istilah dokter dan perawat. Rufaidah mengabdikan dirinya pada ilmu pengobatan untuk merawat manusia yang membutuhkan pertolongannya.

Rufaidah lahir di Madinah pada 570 M. Ia bermarga Aslam yang merupakan salah satu marga dari suku Khazraj di Madinah. Ayahnya, Sa’ad al-Aslami adalah seorang dokter di Madinah. Ketertarikan Rufaidah pada bidang kesehatan didapat dari ayahnya. Ia belajar ilmu kedokteran kepada ayahandanya yang kala itu dikenal sebagai pimpinan para tabib di kalangan masyarakat Madinah.

Kepiawaian Sa’ad sebagai dokter masyhur di seluruh Jazirah Arab. Rufaidah sering diminta ayahnya menjadi asisten untuk merawat pasien. Dari ayahnya inilah, ia banyak mempelajari ilmu keperawatan. Praktik kesehatan yang dilakukan Rufaidah dan ayahnya terbilang sederhana. Sebagian besar memanfaatkan hewan dan tumbuhan seperti jinten hitam, bunga Memecylon, truffle gurun, susu keledai betina, dan lemak cair dari ekor domba.

Teknik pengobatan yang sudah dikembangkan, yakni teknik venesection, kauterisasi, dan bekam. Praktik tersebut sebenarnya bukan praktik kesehatan bangsa arab murni. Akan tetapi, merupakan warisan bangsa Persia dan Byzantium yang berasimilasi dengan praktik kesehatan lokal bangsa arab.

Baca Juga  Masihkah Kita Mengelak untuk Mencurigai Keberadan Kotak Amal yang Bertebaran di Toko-Toko?

Masuk Islamnya Rufaidah

Ketika Islam datang pada abad ketujuh sekitar 622 M atau 1 Hijriah, Rufaidah telah mengetahui informasi ada seorang utusan yang membawa risalah baru. Ia pun akhirnya berbaiat kepada Rasulullah saw. dan masuk Islam.

Setelah masuk Islam, Rufaidah mengubah teknik pengobatan yang biasa ia lakukan saat masih berada di masa jahiliah. Dengan ilmu keperawatan yang ia dapat dari ayahnya, ia menyesuaikan dengan ajaran Islam.

Pertama, membersihkan tempat pengobatan agar pasien merasa nyaman dan terlihat bersih karena dulunya tempat pengobatannya kotor. Kedua, menghilangkan segala bentuk jampi-jampi atau jimat yang mengarah pada kesyirikan. Ia menggantinya dengan doa-doa dan selawat sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah saw. kepadanya. Selain menjadi perawat, ia juga berdakwah kepada pasiennya.

Jasa Rufaidah di Dunia Keperawatan

Tangan dingin Rufaidah merawat pasien, telaten, dan sabar menjadikannya perawat berprestasi. Prestasi atas ilmunya itu membuahkan hasil dengan mendirikan sekolah keperawatan pertama dalam sejarah Islam setelah mendapat izin Rasulullah saw..

Ia menjadi guru bagi para perempuan muslimah di bidang keperawatan. Ia memimpin serta mendidik mereka dengan ilmunya. Para perawat perempuan generasi awal Islam ini dikenal dengan “Al-Asiyah” dari kata kerja “aasa” yang artinya menyembuhkan luka.

Rufaidah juga terlibat dalam Perang Badar, Uhud, Khaibar, dan Khandaq. Dalam peperangan tersebut, ia mendirikan rumah sakit lapangan untuk para mujahid yang terluka. Bersama perawat yang sudah dilatihnya, ia merawat para prajurit yang terluka. Rumah sakit lapangan ini dikenal dengan nama “Khaimah Rufaidah” yang artinya tenda Rufaidah. Ia pun dijuluki sebagai  Mummaridah al-Islam al-Ula  (perawat wanita pertama dalam sejarah Islam).

Baca Juga  Kucing Lewat Didepan Orang Sholat, Batalkah Sholatnya

Saat Perang Khandaq, Sa’ad bin Muadz terluka parah. Atas perintah Rasul, Rufaidah merawat Sa’ad hingga wafat. Setelah peperangan, Khaimah Rufaidah didirikan di dekat Masjid Nabawi sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi orang-orang miskin, anak yatim, dan penderita cacat.

Rufaidah juga dikenal sebagai pelopor pembagian kerja shift yang sampai hari ini berlaku di rumah sakit atau puskesmas. Ia membagi jadwal perawat menjadi dua shift, yaitu shift siang dan malam. Pembagian ini pada mulanya berlaku di medan perang agar para korban terluka dapat tertangani dengan baik dan tuntas.

Rufaidah dikenal sebagai pribadi luhur dan memiliki empati tinggi. Dedikasinya di dunia keperawatan mempengaruhi ilmu keperawatan hari ini. Sosoknya sangat layak menjadi teladan bagi para tenaga kesehatan. Islam tak pernah kehabisan sosok membanggakan. Perempuan dalam asuhan Islam memiliki peran dan kontribusi besar sepanjang sejarah Islam. Islam memuliakan dan meninggikan derajat perempuan, baik individunya maupun keilmuannya.

Penulis

 

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *