Islam Kaffah; Mengapa Berkonotasi pada Gerakan Aktivis Khilafah?

Jalanhijrah.com-Seperti yang kita ketahui bahwa, beberapa kata yang identik dengan Islam, menggambarkan suatu kelompok masyarakat tertentu. Setidaknya ada beberapa kata yang bisa kita noticed untuk memahami kalimat di atas, seperti: Islam Wasathiyyah identik dengan masyarakat NU. Sedangkan Islam berkemajuan, identik dengan Muhammadiyah. Beberapa kata lain seperti, hijrah, Islam kaffah, disinyalir digunakan oleh kelompok tertentu yang identik dengan kelompok keukeuh mendirikan negara Islam. Mengapa demikian? Sebab sejauh ini, term tentang Islam Kaffah selalu menjadi alasan mengapa, pendirian negara Islam perlu terus dikampanyekan oleh para aktivis khilafah.

 

 

Beberapa waktu lalu, event hijrahfest yang dibatalkan usai setelah protes dari pengurus wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa timur, sangat menarik untuk kita lihat dari beberapa penyeleggara yang terlibat di dalamnya. Salah satu tokoh yang berperan di belakang adalah Arie Untung. Ia merupakan artis hijrah binaan dari ustaz Fatih Karim dan kerap kali speak-up tentang khilafah. Di samping itu, ia juga terlibat pada film Khilafah Nusantara yang berisi tentang khayalan jejak khilafah di Indonesia. Film tersebut bukanlah film dokumenter yang sesungguhnya karena isinya ngawur dan tidak ada unsur kebenaran sejarah di dalamnya. Berkenaan dengan fenomena ini, maka tidak salah kalau kita memaknai bahwa kata hijrah dalam konteks ini, digunakan oleh para aktivis khilafah.

Baca Juga  Bukan karena Khilafah, Inilah 3 Makna Bencana dalam Islam

Event hijrah yang biasa dilakukan oleh kelompok muslim urban, di belakangnya terdapat para aktor HTI yang sering mengkampanyekan pendirian negara Islam. Pembahasan tentang hijrah pada kelompok masyarakat muslim ini, menjadi sangat menarik sebagai kajian utama, dikarenakan sesuai dengan kondisi psikologis masyarakat. Utamanya tentang perilaku, adab di masa lalu, menjadi sangat penting kehadiran hijrah agar mendapatkan pengampunan dari Allah Swt. Sebenarnya bukanlah ini yang menjadi masalah. Akan tetapi, kata-kata yang seharusnya memiliki makna luas seperti hijrah ini, dipersempit dengan makna yang sesuai dengan pemahaman kelompok tersebut. Akhirnya, hijrah identik dengan suatu kelompok tertentu, yakni kelompok yang keukeuh berdirinya khilafah.

Tidak hanya kata hijrah, term yang lain adalah Islam Kaffah. Pemaknaan Islam kaffah ini sangat politis sekali ketika hanya berwujud dengan mendirikan negara Islam. Mengapa terbatas pada pendirian negara Islam? Sebab visi besar yang dimiliki oleh aktivis khilafah adalah mendirikan negara Islam. Kelompok ini merupakan organisasi transnasional yang sewaktu-waktu bisa saja pola dalam gerakannya berubah akibat dari pergeseran paradigma politik. Dalam sejarahnya, HTI lahir dari angin demokratisasi di dunia Islam yang memberikan ruang bagi mereka untuk menegakkan gagasan Khilafah Islamiyah.  Maka menjadi sangat wajar apabila penggunaan beberapa istilah tertentu, identik dengan kelompok sebagai bagian dari ciri khas, yang kemudian dijadikan alasan untuk memperluas ruang gerak aktivitas yang dilakukan.

Baca Juga  Salafi dan Radikalisasi; Masjid Mal dan Apartemen Jadi Sasaran Empuk?

Islam kaffah, bagaimana makna sebenarnya?

Makna Islam kaffah secara sederhana adalah memaknai bahwa memahami ajaran Islam dengan menyeluruh. Pemaknaan ini menjadi sangat wajar apabila dikaitkan dengan para jargon aktivis khilafah untuk mendirikan negara Islam sebagai upaya menerapkan agama Islam secara menyeluruh. Artinya, Islam tidak hanya sebagai pedoman hidup personal, akan tetapi juga menjadi prinsip dan nilai dalam berbangsa dan bernegara dengan menjadikan sebagai sistem pemerintahan.  Padahal, makna yang menyeluruh, tidak terbatas pada hal tersebut.

Setidaknya, Islam kaffah bisa dimaknai beberapa hal, di antaranya: pertama, makna Islam Kaffah mencakup segala aspek kehidupan, bukan hanya tentang ibadah akan tetapi syariat Islam yang ditentukan untuk menjaga hubungan antar sesama. Kedua, Islam kaffah  bisa dielaborasi dalam dua hal, memiliki iman sebagai pondasi yang kuat serta  Syariat Islam sebagai pondasi dalam melaksanakan ibadah seperti Shalat, puasa, zakat, ibadah, dll. Ketiga, dalam konteks Indonesia yang kaya akan budaya, keberagaman, Islam kaffah harus dimaknai sebagai wujud dari agama yang tidak memaksa dan membawa rahmat bagi alam semesta. Artinya, pemaknaan Islam kaffah yang selama ini menjadi oleh para aktivis khilafah harus melihat keberagaman yang ada di Indonesia agar tidak selalu berakhir pada solusi mendirikan negara Islam. Dengan demikian, pemaknaan terhadap Islam kaffah harus melihat nilai perdamaian yang dibawa oleh Islam sebagai ajaran agama utamanya dalam konteks berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam…

Penulis

Baca Juga  Ikrimah Maula lbnu Abbas, Ahli Tafsir pada Masanya

Muallifah

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *