Menjadi Maryam Masa Kini

Jalanhijrah.com-Al-Qur’an memuat banyak kisah teladan yang bisa menjadi tuntunan bagi kita umat Islam. Salah satunya adalah tentang sosok istimewa Maryam binti Imran yang kisahnya begitu luar biasa. Perempuan yang mengabdikan dirinya kepada agama, kesucian dan ketaatannya dalam menjaga diri sudah tidak diragukan lagi. Menjadi perempuan seperti Maryam adalah sebuah keteladanan yang perlu digaungkan kembali di masa sekarang. Harapan besar agar terlahir kembali Maryam masa kini yang punya peran di tengah masyarakat.

Al-Qur’an telah menjelaskan tentang lahirnya perempuan istimewa ini dari rahim seorang ibu yang salehah, hal termuat dalam surat Ali Imran ayat 35 yang artinya,

(Ingatlah), ketika istri imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Doa Hannah, ibu Maryam yang salehah inilah yang mengantarkan Maryam bertemu dengan takdir hidupnya. Maryam tumbuh dalam keluarga teladan yang Allah abadikan kisahnya di dalam Al-Qur’an.

Keteladanan Keluarga Maryam

Maryam lahir di tengah keluarga yang agung. Imran dan Hannah adalah sosok orang tua yang saleh dan salehah. Mereka punya visi besar dalam keluarganya, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 35 di atas yakni memiliki keturunan yang mengabdi kepada Allah Swt.

Maryam tumbuh di tengah lingkungan yang baik (Baitul Maqdis) dan guru terbaik, yaitu Nabi Zakaria. Dan kelak, Maryam akan melahirkan seorang anak yang jasanya begitu luar biasa untuk agama, akan membebaskan Al-Aqsha di akhir zaman nanti.

Baca Juga  Ingin Punya Istana di Surga, Perbanyak Bersedekah Di Bulan Rajab

Ketaatan Maryam kepada Allah

Keistimewaan Maryam ini telah Allah catat di dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 42-43.

Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu). Wahai Maryam! Taatilah Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”

Maryam tumbuh menjadi perempuan yang senang beribadah, bermunajat, sujud dan rukuk bersama dengan orang-orang yang sujud. Ia menyucikan dirinya dari yang bukan mahramnya; serta menjadikan Allah tujuan hidupnya.

Kesucian Maryam

Maryam sangat menjaga dirinya dari sentuhan dan interaksi para laki-laki yang bukan mahramnya. Tercatat di dalam Al-Quran ketika Jibril mendatanginya dalam rupa laki-laki seperti manusia bumi yang sempurna, ia menolaknya dengan begitu tegas.

Lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.” Al-Qur’an surat Maryam ayat 17-18.

Ketegaran Maryam Menjalani Ujian

Setiap manusia pasti mendapatkan ujian, tak terkecuali hambaNya yang terpilih. Kita akan diuji dengan titik terlemah dalam diri kita. Apakah kita siap untuk melalui ujian-ujian yang datang? Inilah yang akan menentukan di mana titik keimananan dalam diri kita. Karena setiap orang yang mengaku beriman, pasti akan Allah uji.

Baca Juga  Karimah Al-Marwaziyah: Cendekiawan Muslim Perempuan Ahli Hadis pada Abad Ke-5

Maryam tumbuh di Baitul Maqdis. Ia mengadukan segala keresahan hatinya kepada Allah, bukan kepada manusia. Ia menyepi, menyendiri, berkontemplasi, dan merenungi segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya bersama Allah. Titik terendah yang Maryam hadapi dalam hidupnya semakin membuat keimanan terpatri di dalam diri.

Keistimewaan Maryam yang senantiasa menjaga kesucian, ketakwaannya yang tidak diragukan, ternyata Allah uji dengan lahirnya seorang anak bernama Al Masih Isa putra Maryam (QS. Ali Imran : 45 dan QS. Maryam : 19). Padahal ia telah menjaga kesuciannya dari sentuhan laki-laki yang bukan mahramnya sedikit pun. Maryam pun dengan iklhas menjalani ujian yang berat ini, meskipun tentu saja tidak mudah untuk melewatinya. Tetapi Maryam selalu memasrahkan segala ujiannya kepada Allah. Ia yakin bahwa ada Allah di setiap ujian yang ia lalui.

Maryam mengandung dan membesarkan bayi Isa dengan begitu banyak ujian. Rasa sakit selama mengandung, sakit yang bertambah-tambah, kemudian cemoohan orang-orang ketika bayi Isa lahir, Maryam begitu teguh menjalani ujian hidupnya ini. Maryam membesarkan Nabi Isa dengan sebaik-baiknya pendidikan. Benarlah doa yang telah dipanjatkan ibu Maryam, Hannah, anak keturunannya menjadi hamba yang mengabdi kepada Allah. Nabi Isa kelak akan Allah turunkan kembali untuk membebaskan Baitul Maqdis, Al-Aqsha.

Menjadi Maryam Masa Kini

Keistimewaan dan keteladanan seorang Maryam telah kita bahas di atas. Selanjutnya bagaimana untuk menjadi Maryam masa kini? Maryam masa kini adalah mereka para muslimah yang terpaut hatinya dengan Baitul Maqdis. Hatinya yang terpaut dengan Palestina.

Baca Juga  Perempuan dalam Sudut Pandang Tasawuf, Bagaimana?

Ada berbagai contoh peran Maryam masa kini yang menjadi contoh terdepan dalam pembebasan Palestina. Merekalah Murobbitoh Al-Asha, di antaranya Khadijah Khweis dan Hanadi Hilwan. Mereka diusir dan dideportasi dari Masjid Al-Aqsa oleh para penjajah, padahal tidak melakukan hal apapun.

Ada lagi Maryam masa kini seperti Israa Jabis. Ia ditawan, disiksa, bahkan dipotong tangannya oleh para penjajah, padahal ia juga tak melakukan kesalahan apapun. Ada juga seorang janda, Ghada Sabateen, seorang ibu 6 anak yang juga turut serta membela Palestina. Perempuan-perempuan di sana berjuang begitu luar biasa, bahkan sampai ada penyelundupan sperma dari penjara-penjara. Rahim mereka telah melahirkan banyak para syuhada yang punya daya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan.

Namun, ada juga mereka yang bukan muslimah yang bergerak hatinya untuk membela Palestina. Rachel Corrie, Alison Weir, Shireen Abu Akleh, Bella Hadid, mereka bergerak atas dasar kemanusiaan. Bagaimana kita dalam menentukan peran di sini?

Apa yang bisa kita lakukan untuk menjadi Maryam masa kini? Ribath, yaitu menjadi versi terbaik dari diri kita. Menentukan sebaik-baik peran sesuai dengan bidang kita masing-masing. Memahami-menginternalisasi-ekspansi. Dengan ilmu, kita paham sesuatu. Kemudian tanamkan dalam diri tentang semangat pembebasan Palestina ini.  Ekspansi, bergerak, sebarkan, dan sampaikan. Apapun peran yang kita pilih, pergerakan sekecil apapun itu, setidaknya kita berusaha untuk bermanfaat di jalan kebaikan. Mari lahirkan kembali semangat menjadi Maryam masa kini.

Martina Mulia Dewi

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *