Jalanhijrah.com-Budaya hedonis materialis yang lahir dari rahim sekularisme liberal telah menjadi bagian kehidupan sebagian kaum muslimin di mana pun mereka berada. Sehingga, muslim yang taat terhadap ajaran Islam bisa dihitung dengan jari di tengah kerumunan manusia. Seolah Islam hanya ada di masjid, pada Ramadan, di sekolah agama, dan pada orang yang sudah berusia lanjut.
Sementara, di luar itu adalah kehidupan saat manusia bebas berpendapat dan berperilaku sesuai dengan keinginannya. Sehingga, ketika menemui ada muslim yang taat, akan dicap sok alim atau bahkan radikal.
Terlebih atmosfer kehidupan kaum muslimin hari ini memang memberi ruang yang kondusif bagi kebebasan bahkan kemaksiatan, dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar ketika seorang muslim menolak untuk dibebani dengan ketaatan kepada ajaran agama dengan alasan hak asasi manusia.
Ikhtiar Orang Tua Menumbuhkan Ketaatan Anak
Harus menjadi alarm bagi orang tua agar bersegera mempersiapkan anak-anaknya untuk menjadi muslim yang taat pada zaman yang dipenuhi kerusakan di mana-mana. Meskipun terasa berat, tetapi dengan dorongan ketakwaannya, orang tua harus berikhtiar semaksimal mungkin demi keselamatan mereka di dunia juga di akhirat.
Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. “ (QS At-Tahrîm: 6)
Di dalam tafsir Ibnu Katsir dipaparkan bahwa Abdullah bin Abbas ra. berkata, “Lakukanlah ketaatan kepada Allah dan jagalah dirimu dari kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah, dan perintahkan keluargamu dengan zikir, niscaya Allâh Azza wa Jalla akan menyelamatkanmu dari neraka”.
Qatadah rahimahullah berkata, “(Menjaga keluarga dari neraka adalah dengan) memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allâh dan melarang mereka dari kemaksiatan kepada Allah Azza wa Jalla , dan mengatur mereka dengan perintah Allah Azza wa Jalla , memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintah Allah Azza wa Jalla , dan membantu mereka untuk melaksanakan perintah Allâh. Maka jika engkau melihat suatu kemaksiatan yang merupakan larangan Allâh, maka engkau harus menghentikan dan melarang keluarga(mu) dari kemaksiatan itu.”
Rasulullah saw. pernah bersabda, “ Perintahkanlah anak-anak kalian salat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk salat) dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing. (HR Al Hakim dan Abu Dawud).
Mengajari ibadah kepada anak-anak bukan hanya salat, namun juga ibadah-ibadah lainnya. Karena pada hakikatnya semua perbuatan muslim akan bernilai ibadah jika dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Islam.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Para ahli fikih berkata, ‘Demikian juga (anak-anak dilatih) tentang puasa, agar hal itu menjadi latihan baginya untuk melaksanakan ibadah, supaya dia mencapai dewasa dengan selalu melaksanakan ibadah dan ketaatan, serta menjauhi kemaksiatan dan meninggalkan kemungkaran.
Tumbuh dari Keluarga yang Bertakwa
Upaya menumbuhkan ketaatan pada anak sejak dini akan dijalani oleh setiap orang tua muslim. Tidak hanya menyuruh mereka untuk beribadah, namun memperkenalkan semua bentuk ketaatan kepada Allah pada anak-anaknya. Mengajari mereka untuk taat dan membersamai anak dalam melaksanakan berbagai ketaatan.
Menjadikan ketaatan sebagai kebiasaan anak tentu tidak hanya dengan pengajaran atau pembinaan beberapa kali permbelajaran atau nasihat harian. Namun menjadikannya sebagai bagian kehidupan anak bersama keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Jika menjadi aktivitas keseharian anak, tentu porsi terbesar kehidupan anak adalah ketaatan. Bukan berarti sama sekali tidak ada waktu untuk anak bermain atau hiburan, akan tetapi orang tua senantiasa membimbing anaknya agar mereka tidak menjadikan aktivitas kesenangan dunia yang menjadi kebahagiaan bagi anak.
Keluarga yang beriman dan bertakwa akan senantiasa melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan dengan ikhlas tanpa keterpaksaan.
Sehingga anak akan mengindra bahwa ternyata taat bukanlah sebuah beban, namun dialah yang akan mengantarkan kebahagiaan hidup di dunia dan mendapat perlindungan dari Allah di akhirat.
Dalam hadis dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., ia berkata, “Ada tujuh golongan yang pada hari kiamat kelak Allah Swt. akan memasukkan mereka ke dalam perlindungan-Nya, yakni pada hari di mana tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya: 1. Seorang Imam atau pemimpin yang adil, (2) Pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah Swt., (3) Seseorang yang mengingat Allah dalam kesendiriannya kemudian air matanya berlinang, (4) Seorang pemuda yang hatinya terikat kepada masjid, ………”. ( HR Bukhari dan Muslim).
Butuh Sistem Islam Untuk Lahirnya Generasi Taat
Tanpa tatanan kehidupan yang diatur dengan syariat Islam kafah, upaya mencetak generasi taat hanya berada di lingkup keluarga. Sementara keluarga juga butuh pembinaan agar mereka menjadi keluarga yang bertakwa. Belum lagi kesempatan yang ada terkadang tidak cukup untuk mengajari dan membersamai anak dalam ketaatan.
Keluarga tidak akan kuat menghadang besarnya gelombang sekularisme liberal yang menghantam perahu-perahu keluarga muslim. Sehingga diperlukan upaya yang serius untuk mewujudkan tatanan kehidupan pengganti bagi berbagai paham barat yang telah merusak kehidupan kaum muslimin.
Hanya Tatanan kehidupan yang menerapkan hukum Allah di semua lini saja yang akan mampu melahirkan keluarga dan generasi taat di dunia ini. Wallahu’alam bishshawwab.
Penulis: Nabila Ummu Anas
Baca selengkapnya melalui https://www.muslimahnews.com/2021/09/25/menumbuhkan-ketaatan-sejak-usia-dini/