Cerita Nigin Ayeen Di Tengah Konflik Afganistan: Belajar Islam Wasathiyyah ke Indonesia

Jalanhijrah.com – If You educate Women, You educate a nation”, kalimat itulah yang disampaikan oleh Nigin Ayeen kepada Ahmad Rozali pada acara Peci dan Kopi dilansir melalui akun Youtube TVNU.

Nigin Ayeen merupakan perempuan asal Afghanistan, saat ini menjadi sekretaris Dubes Indonesia untuk Afganistan. Kehadirannya di Indonesia tidak lain merupakan dampak yang ditimbulkan pasca Taliban berkuasa di Afghanista. Meskipun sebelumnya, Nigin pernah tinggal di Indonesia untuk mengenyam pendidikan dengan memperoleh beasiswa kerjasama NU Afghanistan dengan NU Indonesia untuk perempuan Afghanistan.

Selama tinggal di Indonesia, Nigin menceritakan kekagumannya terhadap Indonesia, yakni tentang Islam moderat, pancasila yang dijadikan nilai perjuangan serta sepak terjang para perempuan di Indonesia.

“Saya kagum dengan Indonesia. Islam washatiyyah yang dipegang oleh masyarakat Indonesia, begitu pula pancasila. Saya juga kagum dengan perempuan yang ada di Indonesia. Mereka bisa berkarir, berada di pemerintahan, menjadi pemimpin, seperti Ibu Retno menteri keuangan, ada presiden perempuan seperti Megawati. Dan saya ingin membawa nilai itu ke Afghanistan untuk perempuan yang ada di sana,” Ucap Nigin dengan logatnya yang tidak seperti masyarakat Indonesia pada umumnya.

Kehadiran Taliban memperburuk kondisi perempuan

Bagi Nigin, women empowerment sangat dibutuhkan oleh dirinya dan perempuan yang ada di Afghanistan untuk bangkit melawan Taliban. Sebab mereka membunuh karakter, keyakinan, keteguhan para perempuan yang selama ini sudah berkarir, berdaya dan menghancurkan ruang perempuan Afghanistan.

Baca Juga  Kelas Kursus Private Khilafah, Siasat Indoktrinasi HTI yang Harus Dihentikan

“Taliban tidak setuju perempuan bekerja, sekolah, berkarir, dll. Sekolah-sekolah ditutup, perempuan tidak boleh menyetir mobil, tidak boleh belanja sendiri harus dengan mahramnya. Tidak ada lagi ruang perempuan di publik. Taliban membunuh itu,” Kenang Nigin dalam percakapan tersebut.

Dengan pengalaman demikian, hal itu yang menjadi salah satu faktor mengapa banyak sekali perempuan memprotes dengan terjun ke jalan, sebab ada banyak sekali kemerdekaan yang diambil oleh Taliban dari diri perempuan. Menurut Nigin, mengapa lebih lantang perempuan menyuarakan, sebab ada banyak sekali yang diambil oleh Taliban dalam diri perempuan.

Sedangkan dari pihak laki-laki, Taliban tidak segan-segan membunuh para laki-laki yang bersuara, dan bentuk kekerasan lainnya. Meskipun demikian, para perempuan yang terjun ke ke jalan juga mendapat siksaan dari Taliban.

“Pasca tidak diperbolehkannya terjun ke jalan. Para perempuan Afghanistanpun tetap bisa bersuara dan bergerak di media sosial. Akhirnya, semua dukungan terhadap perempuan Afghanistan mengalir. Sebab keberanian itu timbul karena Taliban merampas banyak hal dari para perempuan Afghanistan. Kami tidak bisa apa-apa semenjak ada Taliban,” Nigin melanjutkan.

Saya kehilangan mimpi akibat Taliban

20 tahun sebelum kemenangan Taliban, negara Afghanistan sudah membangun negaranya dengan cukup baik, termasuk ruang untuk perempuan berkarya dan berdaya, utamanya dalam ranah pemerintahan. Dalam 20 tahun sebelum Taliban datang lagi, negara tersebut sudah bekerja sama dengan pelbagai negara, termasuk negara Indonesia.

Baca Juga  Bubarnya FPI Adalah Langkah Tepat Pemerintah

Meskipun demikian, ada cerita yang cukup menarik dari pemerintahan Taliban bahwa kondisi pemerintah Afghanistan sangat kacau balau semenjak Taliban berkuasa.

“ Salah satu kementerian yang ada yaitu kementerian keuangan. Ia sama sekali tidak mengetahui bagaimana pengelolaan keuangan, karena selalu berada di lapangan. Akhirnya manajemen keuangan yang ada di pemerintahan berantakan. Sebab ia tidak tahu dan tidak bisa mengelola,” Ucap Nigin.

Kehadiran Taliban membunuh mimpi Nigin Ayeen, termasuk karir dan pekerjaan yang ia bangun selama beberapa tahun yang lalu. Keluarga Nigin, yaitu ibunya merupakan salah satu perempuan yang berkarir dalam pemerintahan. Namun itu semua tinggal kenangan semenjak Taliban datang.

Dalam ceritanya, Nigin masih ingat betul bahwa ibunya mendukung penuh karir dirinya sebagai perempuan yang terjun dalam ranah pemerintahan. Namun, itu semua seperti mimpi ketika dirinya tetap gigih berjuang untuk terjun dalam ranah publik. Taliban mengambil mimpi-mimpinya dengan tidak memberikan peran bagi perempuan.

Nigin berharap bahwa ke depan, akan ada peluang-peluang besar bagi perempuan Afghanistan untuk bisa mengenyam pendidikan ke Indonesia, belajar Islam washatiyyah yang ada di Indonesia agar bisa dibawa ke Afghanistan, sehingga peran perempuan semakin banyak dan bisa membawa perubahan untuk negara tercintanya.

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *