Jalanhijrah.com. – Jika Tan Malaka mengatakan bahwa idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh anak muda, kiranya itu bisa menjadi refleksi bagi kita kawula muda untuk menelaah fenomena yang terjadi belakangan ini khususnya tentang intoleransi, radikalisme, terorisme yang menjadi ancaman besar bagi keutuhan NKRI.
Idealisme yang dimaksud Tan Malaka tidak lain hadir Ketika melihat kejadian faktual serta beberapa kejadian yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan antara yang satu dengan yang lain. Pemerintah dengan rakyat misalnya. Dua kelompok ini menjadi sesuatu yang sangat pelik Ketika dinarasikan pada dimensi masalah yang terus menghantui dengan fakta adanya ketidakberpihakan negara kepada rakyatnya.
Jika melihat konteks Indonesia, berapa banyak pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara terhadap warganya? Bagaimana negara memperlakukan warga negaranya selama ini? Maka Ketika melihat ketimpangan pada proses tersebut, sebagai anak muda apa yang bisa dilakukan selain memperjuangkan untuk mendapatkan keadilan bagi bangsa Indonesia? Diam atau melakukan gerakan? Apakah anak muda masih diam saja melihat ketidakadilan itu terjadi? Jawabannya adalah ada diri pada masing-masing anak muda.
Seperti itulah kiranya untuk menggambarkan secara sederhana idealisme yang disampaikan oleh Tan Malaka dalam sejarah panjang perjalanan hidupnya sebagai seorang pejuang.
Melawan perusak bangsa
Jika melihat para pahlawan yang telah gugur mendahului dengan kisahnya mengusir para penjajah yang berusaha menguasai Indonesia, yang paling bisa ktia teladani adalah bagaimana gigihnya sebuah perjuangan yang dilakukan untuk mengusit para perusak bangsa.
Jika kita konotasikan pada masa kini, tentu perjuangan akan sangat terasa berbeda, karena yang dipegang bukanlah senjata tajam mengusir para penjajah, melainkan para pengkhianat bangsa yang menjelma menjadi bagian dari bangsa Indonesia tersebut.
Diantara masalah yang pelik dalam melihat persoalan kebangsaan yakni intoleransi, radikalisme, terorisme yang mengintai. Jika kita melihat ke belakang, yakni pada tahun 2021, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah mentake-down sebanyak 650 konten propaganda yang terindikasi radikal dari ratusan situs internet dan sosial media. Fakta tersebut diketahui sepanjang tahun 2021. Dalam kasus terorisme, masih sepanjang tahun 2021, ada 370 tersangka yang sudah diamankan.
Ini artinya, pada tahun 2022 yang masih berjalan dua bulan ini, data tersebut bisa semakin meningkat dengan semakin banyaknya gerakan-gerakan licin dan gesit yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal di media social untuk merekrut, melakukan kaderisasi dan regenerasi demi keberlangsungan organisasi dan upaya untuk mencapai tujuannya.
Nasionalisme adalah kemewahan yang harus dimiliki oleh anak muda
Sejalan dengan penjelasan di atas, penting untuk dipahami bersama bahwa anak muda memiliki peran penting untuk menjaga keutuhan NKRI. Yang paling penting untuk dimiliki adalah nasionalisme, kecintaan terhadap negara Indonesia serta rasa bangga terhadap tanah air dengan segala bentuk karunia seperti keragaman budaya, suku dan agama.
Untuk menghadapi pelbagai masalah yang disampaikan sebelumnya, yakni intoleransi, radikalisme, terorisme, harus dibentengi dengan nasionalisme. Hal ini disampaikan oleh Habib Luthfi bin Yahya, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres).
Habib Luthfi, sapaan akrabnya, juga menyampaikan bahwa generasi muda harus mengetahui bagaimana pejuang meraih kemerdekaan, kiprah para Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam dengan penuh toleransi tanpa harus menyakiti agama lain. Serta sejarah kerajaan-kerajaan besar lewat peninggalan yang luar biasa.
“Generasi muda harus mencontoh bagaimana dulu Kerajaan Majapahit mampu menyatukan Indonesia,” Ucap Habib Luthfi dalam saat menjadi narasumber pada acara Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan BNPT dengan Forkopimda, Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Agama Dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme Provinsi Banten, di Pondok Pesantren Nurul Falah, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Senin, 7 Februari 2022.
Dengan pemahaman demikian, anak muda harus mengetahui bagaimana para pendahulunya. Dimulai dari jaman kerajaan hingga jaman para pahlawan, mereka semuanya memiliki nasionalisme yang sangat kuat dalam mempersatukan dan mempertahankan Indonesia yang sangat luar biasa.
Sehingga anak muda tidak gampang ikut arus dalam pemahaman yang menolak Pancasila dengan alasan tidak islami, ataupun alasan-alasan lainnya. Karena sudah dibentengi dengan rasa cinta yang tinggi terhadap negaranya, sejarah terbentuknya negara Indonesia dimulai sejak jaman walisongo, kerajaan, hingga para pahlawan.