Jalanhijrah.com – Pendekatan maupun pergerakan kelompok ekstremis dalam menumbuhkan serta menyebarkan paham ekstremisme sudah mulai masif digencarkan. Tidak hanya secara terang-terangan, melainkan secara gerilya, termasuk menjangkau sektor pendidikan di tingkat perguruan tinggi melalui beasiswa.
Berbagai kemewahan fasilitas ditawarkan, mulai dari biaya kuliah yang ditanggung, uang jajan setiap bulannya, penempatan asrama gratis, bahkan pelatihan atau pembinaan yang bersifat islami tetapi secara tidak langsung dan tidak sadar diselipkan paham ekstremisme, seringkali menarik minat publik untuk menjadi bagian di dalamnya.
Oleh karenanya, butuh sikap waspada, mawas diri, dan hati-hati dalam menyaring informasi atau kesempatan baik yang beredar. Kelompok muslim yang bersatu dan bersinergi dalam satu naungan beasiswa misalnya, rentan mendapatkan stigma sebagai gerakan kelompok ekstremis.
Hal ini bisa dipastikan dengan melihat nilai-nilai yang diyakini oleh lembaga beasiswa tersebut beserta orang-orang yang bergerak di dalamnya. Conntoh sederhananya seperti, jika sebuah lembaga beasiswa menutup diri dengan kelompok lainnya atau bersifat eksklusif, dan kontra terhadap nilai-nilai Pancasila atau menyerukan khilafah di Indonesia, maka dapat dipastikan termasuk dalam kelompok ekstremis.
Sebaliknya, jika sebuah lembaga beasiswa terbuka dengan pandangan yang berbeda dari kelompok lainnya atau bersifat inklusif, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, maka bebas dari pemahaman ekstremisme. Maka dari itu, tidak semua lembaga beasiswa muslim menjadi bagian dari gerakan kelompok ekstremis.
Seperti pengalaman pribadi penulis. Sejak 2019, penulis mendapatkan program beasiswa Kader Surau yang saat ini telah berganti menjadi Bright Scholarship dari Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI yang saat ini telah berganti pula menjadi YBM BRILiaN. Beasiswa ini hanya diperuntukkan bagi muslim atau muslimah. Selain itu, lembaga beasiswa ini juga mewajibkan penerima beasiswa atau awardee tinggal bersama di asrama dengan menjalankan berbagai kegiatan keagamaan.
Selama menjadi bagian dari beasiswa ini, penulis kerap kali mendapat stigma sebagai bagian dari kelompok ekstremis lantaran sering terlibat dalam kajian atau memakai kerudung yang panjang hingga menutup dada. Padahal, indikator ekstremis tidak bisa saklek hanya pada apa yang terlihat, tetapi lebih kepada nilai-nilai yang diimani.
Bright Scholarship mendorong peran mahasiswa untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat di berbagai sektor seperti, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, dan lainnya. Dalam artian, nilai yang dikandung ialah semangat pemberdayaan masyarakat, sehingga dapat memberi dampak positif bagi banyak orang. Salah satunya dengan aksi kemanusiaan bernama Brighter for Humanity and Society.
Sebanyak 24 mahasiswa awardee Bright Scholarship dari Universitas Jember (UNEJ) dan Politeknik Negeri Jember (Polije) menggagas aksi kemanusiaan, Brighter for Humanity and Society, di Dusun Baban, Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.
Selama 3 hari 2 malam, pada tanggal 15-17 Juli 2022, para mahasiswa akan menjalankan kegiatan untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan di Dusun Baban. Berangkat dari 3 permasalahan utama terkait bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan, para mahasiswa menggagas 3 program utama.
Pertama, Sekolah Kesehatan Ibu-Ibu Baban (SEKUBA) merupakan sebuah program yang bergerak di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan edukasi, pendampingan, dan konseling terkait tumbuh kembang anak.
Angka stunting yang relatif tinggi di Dusun Baban belum didukung dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Hanya tersedia 1 Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan 2 bidan. Oleh karenanya, SEKUBA dibentuk sebagai upaya pencegahan terjadinya stunting pada anak, sehingga kondisi ibu dan anak akan terjamin sehat.
Kedua, Sinergitas Pemuda Baban Unggul (SPBU) yang merupakan sebuah wadah bagi pemuda desa untuk aktif berkegiatan dan meraih cita-cita. Program ini dibentuk untuk mengurangi angka pernikahan dini di Dusun Baban yang terbilang cukup tinggi, sebanyak 16 kasus serta 103 kasus isbat nikah di tahun 2020 berdasarkan Badan Pusat Statistika (BPS) Jember, 2021.
Salah satu solusi untuk mencegah pernikahan dini ialah dengan memfasilitasi kegiatan yang bersifat edukatif, sehingga dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Memberikan pemahaman akan pentingnya pendidikan demi kesejahteraan masyarakat juga perlu ditumbuhkan, karena sejatinya pendidikan yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Melalui kerjasama dengan Karang Taruna dan kelompok pemuda Dusun Baban lainnya, harapannya dapat menciptakan wadah untuk meningkatkan semangat belajar serta meraih mimpi, bahkan hingga perguruan tinggi, sehingga dapat membentuk SDM Baban dengan kapasitas yang mumpuni. Yang anak muda butuhkan ialah kemampuan, semangat belajar dan ijazah, alih-alih buku nikah.
Ketiga, Peduli Ekonomi Rakyat Desa (PERASA) merupakan program yang bergerak di bidang ekonomi, yang berfokus pada para perempuan janda dan lansia yang membutuhkan sebagai target sasaran penerima manfaat program ini.
Sebanyak 1000 bibit cabe jamu akan diberikan kepada target sasaran demi mendorong peran perempuan bekerja dan lansia yang sejahtera. Mengingat mata pencaharian masyarakat Dusun Baban yang notebene petani atau pekebun serta kondisi geografis berupa perkebunan, bantuan bibit cabe jamu akan membuka peluang ekonomi masyarakat setempat.
Terlebih, proses penanaman cabe jamu yang cukup mudah dan memiliki harga jual yang tinggi, dapat menjadi passive income bagi masyarakat Dusun Baban untuk kemudian dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Di samping menjadi petani atau pekebun di perusahaan setempat upahnya masih minim didapat.
Dari ketiga program yang digagas Brighter for Humanity and Society, tentunya nilai-nilai kemanusiaan, gotong royong, dan kebermanfaatan yang tercermin dari lembaga pun penggeraknya. Wajah Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamiin. Untuk lebih mengetahui atau ingin ikut berkontribusi terkait program ini bisa dilihat melalui akun @bhs.official2022.
Penulis