Jalanhijrah.com- Zainab binti Khuzaimah dilahirkan di Makkah, tepatnya sekitar 13 tahun sebelum Rasulullah saw. diutus menjadi Nabi. Sejak tinggal di Makkah, ia dikenal sangat menyayangi orang-orang fakir dan miskin.
Ketika cahaya Islam menerangi bumi Jazirah Arab dan Nabi saw. mulai menyampaikan agama yang agung ini, Zainab binti Khuzaimah termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam. Ia juga termasuk orang-orang yang disebut sifat-sifatnya oleh Allah Swt.
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah: 100)
Zainab hidup bersama Islam sejak masih dalam tahap buaian. Ia menyaksikan langsung bagaimana kaum muslimin mengorbankan segala sesuatu demi mempertahankan nikmat tauhid. Pemandangan tersebut makin membuatnya bertambah kokoh dan teguh dalam memegang keyakinan agamanya.
Sejak awal, ia sangat giat berpuasa, salat dan beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ia tidak pernah lelah sesaat pun untuk terus berzikir kepada Allah dan menyantuni orang-orang fakir dan miskin sehingga ia dijuluki Ummul Masaakin (ibunda kaum fakir miskin).
Ibunda kita, Zainab binti Khuzaimah ra., sangat menyayangi kaum fakir dan miskin sejak masih hidup di masa jahiliah. Setelah masuk Islam, kasih sayang dan kepeduliannya kepada kaum papa itu makin bertambah kuat. Apalagi setelah dipersunting oleh Nabi saw., sifat ini makin bertambah kuat lagi. Ini karena setiap saat, ia menyaksikan langsung kasih sayang yang memancar deras dari hati Rasulullah saw.
Beliau selalu menekankan kepada segenap kaum muslim agar bersedekah kepada orang-orang fakir dan miskin, dan terus menganjurkannya hingga mencapai tahap itsar (mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan sendiri).
Abu Hurairah ra., meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika manusia menyongsong waktu pagi pada setiap hari, dua malaikat turun. Salah seorang malaikat berkata, ‘Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak. Sedangkan malaikat yang lain berkata, ‘Ya Allah, berilah kebinasaan kepada orang yang enggan berinfak (bakhil).’” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam rentang waktu yang sangat singkat bersama Nabi saw., Zainab menyibukkan dirinya dengan banyak beribadah, puasa, dan salat malam. Memang, ia mendampingi beliau dalam waktu yang sangat singkat karena hanya beberapa bulan setelah pernikahannya, ajal telah menjemput ibunda kita, Zainab ra., sehingga merupakan istri Nabi saw. yang pertama kali meninggal dunia di Madinah.
Ketika Zainab mengembuskan napasnya yang terakhir, kesedihan kembali menyelimuti hati Nabi saw. Kematiannya telah mengingatkan beliau kepada kematian Khadijah ra., wanita paling agung sejagat raya.
Zainab binti Khuzaimah ra. masuk ke lingkungan keluarga Nabi saw. dengan keteduhan orang-orang yang saleh dan ketenangan ahli-ahli ibadah. Kemudian ia keluar darinya dengan ketenangan orang-orang yang khusyuk. Jasadnya dikubur di pemakaman Baqi’ dan mendapat keberkahan salat dan doa Nabi saw.
Ibunda orang-orang miskin itu telah meninggal dunia tanpa meriwayatkan hadis dari Nabi saw. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Ia sama sekali tidak meriwayatkan hadis.” Ibnu Jauzi rahimahullah berkata, “Setahu kami, dia tidak meriwayatkan hadis sedikit pun.”
Barangkali, ini disebabkan karena Zainab sangat sibuk mengurus orang-orang miskin dan terlalu singkat masa kebersamaannya dengan Rasulullah saw. Imam Thabrani rahimahullah mengatakan, “Ummul Masaakiin meninggal dunia saat Rasulullah saw. masih hidup. la tinggal bersama Rasulullah saw. dalam waktu yang sangat singkat.”
Demikianlah kepergian Ummul Masaakiin yang tidak pernah menyisakan hartanya jika bertemu dengan mereka. Ia selalu memberi segala yang dimilikinya untuk mendapatkan gantinya di sisi Allah Swt., karena apa pun yang diberikan kepada-Nya tidak mungkin sia-sia. la memindahkan apa yang dimilikinya di dunia ke akhirat agar dapat meraih kenikmatan surga yang tidak akan pernah terputus dan sirna.
Allah Swt. berfirman, “Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri, masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap dipandang mata dan kamu kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebagiannya kamu makan.” (QS Az-Zukhruf: 68-73)
Untuk mengantar kepergian ibunda kita yang agung ini, tidak ada kata-kata yang dapat kita ucapkan selain firman Allah Swt., “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman (surga) dan sungai. Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa.” (QS Al-Qamar: 54-55).
Semoga Allah meridainya dan membuatnya rida, serta menjadikan surga Firdaus sebagai persinggahan abadinya. Wallahualam