Jalanhijrah.com- Membicarakan Indonesia, seharusnya masyarakat sudah sejak dini menyadari bagaimana negara ini besar dan terkenal dengan keanekaragaman budaya, agama, dan berbagai perbedaan yang terkandung di dalamnya.
Manusia sekarang bisa hidup dengan tenang, tanpa ada suara tembakan, perang dan darah-darah di setiap sudut kota semua karena sebuah perjuangan tanpa pamrih dari seorang pahlawan perjuangan kebebasan. Pada momen ini seluruh masyarakat Indonesia bersatu, berunding dan bersepakat bahwa kebebasan bangsa Indonesia merupakan harga mati.
Berangkat dari perjuangan berdarah-darah itulah, tokoh penting bangsa Indonesia bermusyawarah, bahwa untuk menjaga kestabilan bangsa Indonesia semua sepakat Pancasila sebagai ideologi penengah dalam segala tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Karena ideologi ini mampu menjembatani Indonesia yang memiliki keragaman budaya, suku, sampai dengan beberapa agama yang bisa hidup berdampingan apabila dipahami dengan baik dan benar.
Hal ini menjadi jawaban, maka tidak relevan apabila ada seseorang atau golongan yang mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara thaghut dan kafir. Bisa jadi mereka yang mengatakan demikian tidak benar-benar memahami bagaimana konsep atau Ideologi Pancasila berperan penting dalam diri masyarakat.
Sebagaimana ketika kita berkaca pada masa pembebasan dari penjajah, seluruh elemen masyarakat bisa dikatakan percaya bahwa yang paling sakral dari hidup ialah kemanusiaan. Agama lahir untuk manusia dan sebagai penuntun akhlak serta perilaku kepada sesama manusia. Apabila meneladani agama Islam hal ini pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw di Madinah yang mampu menyatukan perbedaan menjadi perdamaian melalui piagam Madinah.
Melihat realitas yang demikian menyenangkan dan mendamaikan maka tidak etis rasanya apabila Indonesia disebut sebagai negara kafir. Karena melalui ideologi Pancasila saja sudah sangat jelas bahwa bangsa ini senantiasa mengedepankan keagamaan. Semua percaya bahwa ideologi ini memiliki tujuan kemanuasia. Tidak memilah agama satu dan yang lainnya, di mata Pancasila semua agama sama, tergantung bagaimana manusia yang mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berangkat dari sinilah, sikap menghargai menjadi modal utama dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Banyaknya kebudayaan, suku, sampai dengan agama yang ada di Indonesia menjadi alasan tersendiri dalam membingkai peradaban saling percaya, dan siap menghormati satu dengan yang lainnya.
Para pemangku agama semua percaya bahwa perbedaan yang ada di bangsa ini merupakan sebuah karunia yang harus di jaga. Pun para budayawan juga mengambil jalan tengah, bagaimana kesenian yang ada dalam setiap daerah memiliki makna yang berbeda-beda namun memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadikan Indonesia yang lebih maju dan dikenal dunia.
Keadaban inilah yang seharusnya disebarluaskan dalam kehidupan di bangsa Indonesia. Fakta-fakta sejarah yang sudah diukir oleh pahlawan-pahlawan terdahulu harus disuarakan kembali, dengan tujuan agar tidak terjadi kecacatan pemahaman bagi masyarakat awam yang belum benar-benar memahami bangsa Indonesia. Hingga setiap generasi bisa meresapi dan mengerti betapa pentingnya sebuah menjaga dan menghormati negara Indonesia dan membingkai masyarakat yang beradab.
Sebagaimana pesan Bung Karno yang mengatakan laki-laki dan perempuan sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya, jika patah satu dari dua sayap itu, maka tak dapat terbang burung itu sama sekali.
Apa yang disampaikan bung Karno ini tidak hanya bermakna pada mereka laki-laki dan perempuan dalam membingkai rumah tangga yang bahagia. Melainkan bisa dimasukkan dalam sebuah pengajaran bagaimana menjadi warga negara yang taat dan santun.
Bahwa dalam menjaga kemaslahatan NKRI dibutuhkan keseimbangan di dalamnya. Dengan kata lain, kita harus bisa saling mendukung dan saling memberikan solusi dalam memecahkan masalah bangsa. Dan, sikap egoisme harus dipinggirkan.
Indonesia adalah bangsa yang besar, sudah semestinya kita bersama-sama menjaga, merawat dan mencintainya. Karena keragaman yang ada di bangsa Indonesia bukanlah suatu kesalahan, melainkan fitrah yang memang harus kita jaga bersama-sama. Sebab, kebersamaan inilah yang akan melahirkan rasa empati dan simpati, hingga bisa dijadikan tembok dalam menjaga keutuhan NKRI.
Penulis