Jualan Sejarah Kejayaan Islam: Apakah Laku?

Jalanhijrah,com- HTI sudah dibubarkan, tapi nafasnya masih panjang. Siapa yang menghidupkan nafas perjuangan itu? adalah orang-orang yang dalam gerakan, kehidupan, serta seluruh perjalanan dakwahnya selalu memproklamirkan khilafah. Perlu dipahami bahwa, terdapat penentangan yang ada dalam perbedaan pendapat yang dimiliki oleh masyarakat berkaitan dengan sistem pemerintahan. Setidaknya ada dua kelompok, yakni: Pertama, adalah orang-orang yang tetap keukeuh mempertahankan NKRI, memiliki mindset bahwa NKRI adalah sudah paket komplit dengan nilai-nilai Islam.

Keberadaan Pancasila menjadi salah satu penguat bahwa Indonesia, dengan segala keberagaman yang dimiliki, menjadi pemersatu. Kecintaan terhadap Indonesia dengan selalu menjunjung tinggi persatuan, kesatuan, harus dimiliki oleh bangsa Indonesia? bagaimana ini kalau tidak ada dalam diri bangsa? Maka yang terjadi adalah kehancuran, tidak ada lagi nama “Indonesia”. Sebab bangsanya tidak mencintai tanah air. Apakah kita mau negara hancur lebur, porak poranda? Tentu tidak! saya sih lebih memilih Indonesia menjadi negara yang seperti ini. NKRI harga mati.

Kalau kata Kiai Afifuddin Muhajir, salah satu ulama, pakar ushul fiqih (dan juga fiqih), yang juga menjadi Rais Syuriah Pengurus Besa Nahdlatul Ulama (PBNU), dalam pidato pemberian gelar kehormatan “Doctor Honoris Causa” (Dr HC), menjelaskan bahwa: Pancasila tidak bertentangan dengan syariat karena tidak ada satupun ayat maupun hadis yang bertentangan dengan kelima sila tersebut. Pancasila sesuai dengan Syariah karena ditemukan ayat-ayat dan berbagai hadis yang sesuai atau selaras dengan Pancasila. Selain itu, Pancasila adalah Syariah itu sendiri (jalan bagi bangsa dan negara Indonesia). Sampai disini, masihkah kita menolak Pancasila yang menjadi jembatan bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan kehidupan yang maslahat?

Baca Juga  Kang Jalal: Mendidik Juga Bagian dari Dakwah Islam

Kedua, adalah orang-orang yang anti sama NKRI dengan alasan tidak Syariah. Mereka akan melakukan gerakan untuk mencapai tujuannya, yakni mendirikan negara Islam. Segala bentuk propaganda dilakukan. Menjelma menjadi kelompok yang paling syar’i, menjadi paling saleh/salihah di antara yang lain, hingga menarik orang lain untuk bergabung bersama mereka. Dibubarkan oleh pemerintah sejak beberapa tahun silam, nyatanya tidak membuat kapok. Justru gerakannya semakin aktif oleh orang-orang yang sama.

Memotong nafas perjuangan mereka, sama halnya dengan pekerjaan sia-sia. Para aktivis khilafah itu seperti amoeba, membelah diri. Memotong salah satu gerakan mereka, maka akan ada gerakan yang lain yang lebih besar dan lebih tersistematis. Salah satu kegiatan yang diusung memperingati bulan baik dalam Islam, adalah “Kuliah Peradaban Islam V The Heritage of Ottoman”.

Kegiatan ini merupakan aktivitas jualan kejayaan Islam yang dilakukan oleh aktivis khilafah untuk menarik masyarakat, agar mampu meneladani kejayaan Islam di masa silam untuk diterapkan di Indonesia. Dalam sebuah pamflet yang berisi informasi kegiatan tersebut, setidakny ada beberapa materi yang terdapat dalam kelas tersebut, di antaranya: The Resurrection, Classsical Age, Transformation, Decline and Modernization, Dissolution, Peradaban Sains dan Teknologi, Militer dan Pertahanan, Sistem Kesehatan, Sistem Ekonomi, Sistem Pemerintahan dan Hukum, Sistem Pendidikan, Sejarah Keagunan Arsitektur Ustmani.

Sekilas materi di atas memantik peserta untuk mengenal sejarah Islam lebih dalam. Memperkuat pengetahuan tentang kejayaan Islam di masa silam. Namun, apakah hanya itu tujuan aktivis khilafah? Tentu, tidak semulia apa yang kita bayangkan. Berdakwah dengan sepenuh hati dengan tetap memperteguh kecintaan terhadap Indonesia adalah hal yang fana bagi aktivis khilafah. Sebab dasar gerakan yang dimiliki oleh mereka sudah berbeda dengan para pendakwah yang memiliki basis pengetahuan dan kecintaan terhadap NKRI.

Baca Juga  Usaha Menggemakan Islam yang Rahmatan Lil’alamin

Dalam perkuliahan tersebut, akan diselipkan gerakan untuk menentang NKRI, memantik orang merefleksikan bahwa Indonesia tidak sejalan dengan sejarah Islam, dan memperkuat mindset peserta bahwa sudah saatnya melakukan gebrakan untuk menyelamatkanIndonesia. Argumen tersebut bukanlah bualan semata. Sebab pengalaman mengikuti kegiatan yang digagas oleh aktivis khilafah, beberapa kali saya ikuti, dengan kemasan yang berbeda, namun strateginya sama. Mengajak semua orang untuk bersama-sama berdakwah mendirikan negara Islam supaya kita semua diberkahi oleh Allah Swt.

Kuliah Peradaban Islam yang digagas oleh aktivis khilafah, tidak lebih dari sekedar aktivitas jualan kejayaan Islam dengan strategi marketing yang sangat ciamik. Memang, jualan agama itu sangat menarik. Apalagi orang Indonesia menganggap bahwa agama merupakan pedoman dasar dalam kehidupan. Maksud saya adalah, bagi pembaca yang budiman, kegiatan aktivis khilafah di atas sangat menarik, bisa untuk diikuti, dengan catatan tebal, hanya untuk memperkaya perspektif dan melihat bagaimana cemerlangnya aktivis khilafah melakukan propaganda dengan sangat bagus. Kalau merasa bahwa tidak kuat godaan karena dijanjikan surga, kemudian pasca mengikuti kegiatan dipastikan mengubah haluan menjadi ikut-ikutan memperjuangkan khilafah, sebaiknya jangan. Tetaplah pada jalan lurus sebagai bangsa Indonesia yang cinta terhadap NKRI, namun tetap menjadi muslim. Muslim yang cinta Indonesia. Wallahu a’lam.

Penulis:Muallifah-Perempuan Madura yang sedang aktif di komunitas Puanmenulis. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *