“Lebih mulia dagang es teh daripada dagang agama.”
Begitulah bunyi salah satu kutipan yang belakangan sering bertebaran di media sosial, terutama setelah Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah kembali menuai polemik. Polemik tersebut muncul setelah video ceramahnya di Magelang viral. Ia melontarkan kelakar kasar yang berisi hinaan terhadap penjual es teh yang tengah menjajakkan dagangannya di tengah kerumunan pengajian.
Dalam video tersebut, Miftah Maulana dengan santainya berkata, “Es teh mu sek akeh ora? (Es teh mu masih banyak, tidak?) Masih? Yo kono didol, goblok! (Ya sana dijual, bodoh!),” ucap Miftah disambut gelak tawa hadirin.
Alih-alih memborong dagangan, ia justru kembali melanjutkan ucapan “Dolen disek, ngko nak durung payu, wes, takdir (Jual dulu, kalau belum laku, iya sudah, takdir).
Tidak cukup di situ, Miftah juga melontarkan komentar seksis.
“Es-nya nggak laku, tapi badannya sehat pulang-pulang istrinya hamil, itu kan ya nikmat. Ditinggal penjual es, kok hamil? Kan banyak terjadi di mana-mana,” ujar Miftah diikuti gelak tawa.
Setelah video ini viral dan menuai kecaman publik, Miftah membuat klarifikasi dan menganggap tindakannya sebagai bentuk “candaan”. Meski ia telah menjumpai penjual es teh dan menyampaikan permintaan maaf namun warganet masih geram, bahkan di antara mereka ada yang memposting kutipan Gus Dur yang dianggap relevan dengan peristiwa itu.
“Humor terbaik adalah menertawakan diri sendiri. Dan humor terburuk adalah menertawakan mereka yang daif, lemah, yang tak berkuasa.”
Mereka tampaknya ingin menyampaikan pesan bahwa humor Gus Dur selalu digunakan untuk mengkritik dan mendidik, bukan untuk merendahkan orang lain.
Putri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid dalam gelaran haul-10 di Ciganjur pernah mengatakan bahwa lelucon yang baik menurut Gus Dur bukanlah yang merendahkan orang lain, tetapi yang bisa menertawakan diri sendiri.
Di tengah ketegangan sosial dan politik yang semakin mengemuka, humor Gus Dur kini dirindukan banyak orang, terutama generasi muda yang semakin banyak mengekspresikan kekecewan lewat kampanye media sosial. Gerakan untuk meminta Gus Miftah dipecat dari posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama semakin menggema di media sosial.
Gerakan ini bahkan telah dibagikan oleh lebih dari 32.100 pengguna instagram, menunjukkan betapa besarnya pengaruh kejadian ini terhadap masyarakat.
Gus Dur mungkin lebih dikenal oleh generasi sebelum tahun 2000-an sebagai presiden keempat Indonesia yang dilengserkan melalui proses politik yang kontroversial. Namun, ajaran-ajaran Gus Dur kini semakin melekat pada generasi muda. Hal ini terbukti dengan gerakan-gerakan sosial yang mereka lakukan tanpa adanya sponsor atau perintah dari pihak manapun. Gus Dur telah menancapkan pemikiran dan tindakan yang terus hidup dalam pikiran anak-anak muda.
Gus Dur dikenal tidak hanya sebagai seorang ulama, tetapi juga sebagai negarawan yang menanamkan keselarasan antara nilai-nilai agama dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Tak heran jika Gus Dur mendapatkan penghormatan besar dari berbagai kalangan, baik oleh umat Muslim maupun non-Muslim. Gus Dur memberikan perhatian besar terhadap terciptanya umat yang harmonis dan mampu berlaku adil dalam memperlakukan sesama.
Sebagai tokoh agama yang diberi amanat untuk menjaga kerukunan, mungkin sudah saatnya Gus Miftah untuk belajar dari sosok Gus Dur. Humor yang mendidik, yang mampu menyatukan dan mengedukasi tanpa merendahkan orang lain, adalah nilai yang patut dijadikan teladan. Humor Gus Dur bukan hanya sekadar lelucon, tetapi sebuah jembatan yang menghubungkan berbagai pihak dan meredakan ketegangan.
Humor, sejatinya, adalah sebuah energi yang mampu menyampaikan pesan secara halus. Kritik sosial, politik, hingga budaya dapat disampaikan melalui humor tanpa harus menghilangkan makna yang dalam. Namun, humor yang mendidik membutuhkan seni. Diperlukan kecerdasan, empati, dan kepekaan sosial untuk menciptakan guyonan yang tidak melukai perasaan. Dalam konteks ini, Gus Dur sering memanfaatkan humor untuk meredakan ketegangan, baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam situasi politik yang penuh tekanan.
Pada masa-masa penuh ketegangan dalam perjalanan demokrasi Indonesia, humor sering kali menjadi jalan tengah untuk merawat kewarasan bangsa. Gus Dur, misalnya, pernah menyahut dengan jenaka saat diminta mundur oleh para demonstran: “Sampean ini bagaimana, wong saya ini maju aja susah, harus dituntun, kok disuruh mundur?” Begitulah cara Gus Dur mencairkan ketegangan di tengah situasi yang penuh ketidakpastian dan kekhawatiran (Basyaib dan Hermawan, 2010).
Humor Gus Dur tidak hanya berpengaruh di dalam negeri, tetapi juga di dunia internasional. Salah satu contoh saat Gus Dur berkunjung ke Kuba. Presiden Fidel Castro bahkan datang ke hotel tempat Gus Dur menginap hanya untuk mendengarkan lelucon Gus Dur. Momen ini dimanfaatkan Gus Dur untuk membahas isu-isu diplomatik yang penting bagi kedua negara, menjadikan humor sebagai alat diplomasi yang efektif.
Keakraban serupa juga terjadi saat Gus Dur bertemu Presiden Bill Clinton. Awalnya, Clinton hanya memiliki waktu 30 menit untuk berbicara dengan Gus Dur, namun karena keasyikan berbincang, percakapan mereka berlanjut selama satu setengah jam. Di Arab Saudi, Gus Dur juga berhasil membuat Raja Arab tertawa terbahak-bahak hingga menunjukkan giginya.
Mahfud MD menyebut koleksi humor Gus Dur luar biasa banyak hampir di setiap kesempatan informal, guyonan khas Gus Dur itu muncul dan disesuaikan dengan forum yang dihadiri. Misal, ketika di forum yang dihadiri para kiai, humor yang terlontar khas kiai seperti kebiasaan terpeleset lidah saat mengucap istilah modern dan bahasa inggris. Atau saat berbicara tentang sepak bola maka humor yang keluar seperti dukun pencetak gol.
“Gus Dur pandai memilih kalimat lisan dengan intonasi serta gerak tubuhnya serasi dengan humor yang diceritakan,” katanya.
Suci Amaliyah
Sumber: https://arina.id/tren/ar-ukXPS/humor-gus-dur-di-tengah-kekonyolan-miftah-maulana