Bagaimana Sebenarnya Kerukunan dalam Islam (Bagian-I)

jalanhijrah.com–Manusia ditakdirkan Allah sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual.

Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama. Dengan kerjasama dan tolong menolong tersebut diharapkan manusia bisa hidup rukun dan damai dengan sesamanya.

Kerukunan dalam Islam disebut dengan istilah “tasamuh” atau toleransi. Sehingga yang dimaksud dengan toleransi ialah kerukunan dalam sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam bidang aqidah atau keimanan seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama dan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT, (QS Al-Kaafirun 109: 1-6) sebagai berikut: “Katakanlah, ” Hai orang-orang kafir!”. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku bukan penyembah apa yang biasa kamu sembah Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.

Ayat ini sebenarnya menegaskan bahwa konsep Tuhan merupakan suatu hal yang bersifat esoteris yaitu hubungan dengan Tuhan yang bersifat vertikal. Karena pada saat itu Rasulullah SAW menerima tawaran dan ajakan dari kafir Quraisy untuk menyembah Tuhannya mereka, dengan syarat bergantian dengan sama-sama saling menyembah Tuhannya masing-masing. Hal inilah yang kemudian wahyu turun dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang kemudian melarang Nabi SAW, sebagai Rasulullah untuk mengikuti ajakan kaum kafir Quraisy tersebut.

Dari sini sudah jelas terkait dengan konsep akidah, maka seseorang perlu bersikap Eksklusif (tertutup), disebabkan urusan keimanan tidak bisa dipindah-pindahkan akan tetapi dalam bidang muamalah sikap yang perlu dimiliki oleh setiap umat Muslim adalah sikap Inklusif (terbuka) pada paham lain, karena hal ini meliputi wilayah ibadah “ghairu mahdhoh”, sehingga umat Muslim bisa berkerja sama dalam hal mewujudkan perdamaian antar sesama individu sebagai makhluq sosial yang saling membutuhkan. Kerukunan dalam Islam merupakan hubungan kemanusiaan yang dilandasi oleh faktor humanisme atau kemanusiaan, hal ini karena Islam senantiasa menganjurkan pemeluknya untuk senantiasa menjaga hubungan silaturrahmi.

Baca Juga  Melakukan Self-Healing dengan Expressive Writing

Misalnya, salah satu persoalan yang terjadi pada sosial kemasyarakatan di Indonesia adalah seringnya muncul konflik dengan mengatasnamakan agama. Hal ini membutuhkan perhatian serius dalam menciptakan perdamaian di tengah konfllik yang semakin marak. Konflik yang sering terjadi pada negeri ini menjadi simbol akan dangkalnya pemahaman terhadap persoalan agama yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits, sehingga kemudian agama menjadi truth claim atas aksi yang dilakukan sebagai perintah dari agama yang diyakini kebenarannya.

Sikap inkritisme dalam agama yang menganggap bahwa semua agama adalah sebenarnya tidak sesuai dan tidak relevan dengan keimanan seseorang muslim dan tidak relevan dengan pemikiran yang logis, meskipun dalam pergaulan sosial dan kemasyarakatan Islam sangat menekankan prinsip toleransi atau kerukunan antar umat beragama. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara anggota masyarakat (muslim) tidak perlu menimbulkan perpecahan umat, tetapi hendaklah kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Sebenarnya, dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW kerukunan sosial kemasyarakatan telah ditampakkan pada masyarakat Madinah. Pada saat itu rasul dan kaum muslim hidup berdampingan dengan masyarakat Madinah yang berbeda agama (Yahudi dan Nasrani). Konflik yang terjadi kemudian disebabkan adanya penghianatan dari orang bukan Islam (Yahudi) yang melakukan persekongkolan untuk menghancurkan umat Islam. Hal ini yang kemudian orang-orang Yahudi dengan segala cara untuk melakukan gerakan dalam menyerang Islam, sehingga umat Islam pun di buat tunduk terhadap mereka.

Baca Juga  Kelas Kursus Private Khilafah, Siasat Indoktrinasi HTI yang Harus Dihentikan

Persaudaraan Sesama Muslim Dalam Islam

Islam adalah agama yang mudah dan penuh toleransi. Agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang lurus dan mudah. Islam dibangun di atas kemudahan dan tidak menyulitkan. Oleh sebab itu, tidak boleh mempersulit diri dalam menjalankan agama Allah dan tidak boleh pula mempersulit hamba-hamba Allah. Tak seorangpun yang mempersulit agama ini melainkan dia pasti akan kalah, lihatlah perbuatan Bani Israil, tatkala mereka mempersulit agamanya, maka Allah akan mempersulit mereka, kalau seandainya mereka mempermudahnya, niscaya mereka akan diberi kemudahan.

Imam Arrozi

Advertisements

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *