Jalanhijrah.com- Sekarang Indonesia memasuki bulan Agustus. Bulan ini dipandang spesial dibanding beberapa bulan yang lain. Karena, pada bulan itu Indonesia dinyatakan merdeka dari penjajahan.
Saya bertanya-tanya, sudahkah Indonesia merdeka? Bukankah kemerdekaan itu ketika bangsa ini terbebas dari jerat kebodohan? Bangsa ini memiliki bekal pengetahuan sehingga terbebas dari doktrin radikalisme?
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling banyak memeluk agama Islam. Beberapa tahun yang lalu Islam disebut dengan agama teroris. Karena, aksi-aksi kekerasan ini banyak dilakukan oleh pemeluk agama semitik ini.
Aksi-aksi terorisme dinilai sebagai aksi yang paling berbahaya dan jelas telah merusak masa depan bangsa. Banyak bangsa Indonesia sendiri yang terpapar paham terorisme ini. Baik mereka gabung dengan Jama’ah Islamiyah (JI), Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), dan lain-lain.
Akibat radikalisme, beberapa bangsa Indonesia hilang jiwa kemanusiaannya sehingga dengan mudah mereka mengkafirkan saudara mereka sendiri. Klaim kafir ini sebagai penanda adanya permusuhan di antara mereka, meski mereka sendiri sama-sama beragama Islam.
Biasanya orang yang dikafirkan adalah mereka yang berbeda, baik secara pemikiran maupun secara keyakinan. Tragisnya, orang yang diklaim kafir dihalalkan darahnya dibunuh. Perbuatan kafir-mengkafirkan ini persis dengan apa yang dilakukan kelompok Khawarij yang mengkafirkan Sayyidina Ali dan pengikutnya.
Maka, di tengah momen kemerdekaan Indonesia, bangsa ini harusnya melakukan refleksi apakah mereka benar-benar merdeka secara total dari ragam penjajahan. Refleksi ini membuktikan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang berilmu sehingga dapat membedakan kebenaran dan kebatilan.
Penulis