Jalanhijrah.com– Kehadiran khilafatul muslimin di tanah air membuat masyarakat menjadi khawatir akan datangnya gelombang radikalisme setelah HTI. Sekali lagi keutuhan ideologi kita yaitu pancasila berada dalam target kudeta oleh ideologi yang dibawakan oleh para khilafatul muslimin ini. Jika kita berkaca pada sejarah, khilafah adalah sebuah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang khalifah.
Masa pemerintahan khilafah hanya sebatas setelah wafatnya Rasulullah SAW hingga masa khalifah Ali yaitu 661 H. Jika ingin dikorelasikan dengan masa sekarang yang dimana banyak perubahan pada dunia seiring perkembangan teknologi, sistem itu sudah tidak relevan. Sebab, di negara kita sendiri sudah ada kiblat sistem pemerintahan yang menjadi dasar negara yaitu Pancasila. Pancasila lahir karena begitu banyak aneka ragam agama yang menjadi kepercayaan rakyat Indonesia.
Khilafah memang tatanan kepemerintahan islam, tetapi mereka seharusnya tahu bahwa mereka tidak bisa memaksakan itu ke NKRI. Sebab, Ir. Soekarno beserta tokoh negara yang lain sudah memperjuangkan ideologi pancasila dengan mempertaruhkan nyawa mereka dan mempercayakan ke generasi sekarang. Jadi, sudah seharusnya kita sebagai penerus bangsa melanjutkan estafet perjuangan untuk menjaga ideologi tanah air kita ini sebagaimana yang dilakukan oleh leluhur kita.
Prof. Dr. K. H. Ma’ruf Amin pernah mengatakan bahwa Khilafatul muslimin itu islami, namun itu berlawanan dengan ideologi negara. Beliau juga menambahkan bahwa jika ingin ada sistem pemerintahan islam ada kerajaan ataupun kesultanan dan tidak harus khilafah. Berarti beliau juga menegaskan bahwa ideologi yang dibawa oleh khilafah memang tidak bisa dimasukkan ke bangsa kita ini.
Tidak seperti HTI ataupun kelompok radikal lainnya yang memaksa ideologi mereka dengan kekerasan hingga berakhir pada terorisme, khilafatul muslimin menggunakan strategi yang lebih persuasif. Mereka berharap masyarakat bisa jatuh dalam doktrin mereka secara perlahan tapi pasti.
Menurut saya, strategi mereka yang ini malah lebih berbahaya dibanding dengan cara kekerasan. Mereka tidak langsung menekan masyarakat dengan ideologi radikal mereka, tapi mereka mencoba mengajak masyarakat mengikuti pola pikir mereka.
Khilafatul muslimin berpikir dibanding cara kekerasan yang sudah lazim bagi kaum radikalisme, mereka lebih memilih metode pendekatan sosial yang intensif dengan syiar khilafah yang mereka bawa. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin banyak masyarakat yang bisa terpengaruh oleh syiar mereka.
Generasi muda yang perlu dijadikan perhatian penuh mengingat mereka adalah kunci masa depan umat islam di Indonesia. Karena saya juga pemuda, saya juga khawatir jika ideologi khilafah yang anti-pancasila itu bisa merusak generasi muda seumuran saya.
Kemudian, bagaimana cara agar generasi muda ini bisa menjaga pancasila di tengah bahaya doktrin khilafah yang mengancam pikiran mereka?. Perlu kita sama-sama ingat bahwa kita sebagai muslim akan terus diberi cobaan oleh Allah SWT untuk meningkatkan keimanan kita kepada-Nya. Kehadiran para pencetus khilafah ini merupakan cobaan untuk umat islam di Indonesia sebagai rencana dari Allah SWT mengangkat derajat keislaman hamba-Nya.
Kita harus tahu dalam memahami makna pada Surat Al-Baqarah ayat 214 yang berbunyi:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk sorga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Allah menurunkan ujian untuk hamba-Nya dengan tujuan mempersiapkan mereka untuk dimasukkan ke surga-Nya. Kita sebagai muslim hanya cukup menjalaninya dengan ikhlas serta meminta pertolongan kepada Allah agar diberi petunjuk untuk menghadapi ujian itu. Sudah seharusnya kita mencari cara untuk mengambil petunjuk yang sudah diberikan oleh Allah. Ikhtiar merupakan upaya untuk mengambil petunjuk itu dengan berbagai jenis usaha.
Pemerintah perlu berkoordinasi dengan Ulama
Pemerintah yang memiliki wewenang untuk mengatur kebijakan dan mengambil keputusan bisa menjalin kerjasama dengan ulama yang memiliki kapasitas keilmuan agama yang kuat. Ulama bisa memberikan konstribusinya dengan memberikan konsultasi terkait upaya untuk mengatasi khilafatul muslimin.
Ulama merupakan ahli ibadah yang menjadi tumpuan umat islam dalam menyelesaikan berbagai macam perkara. Tentunya, eksistensi mereka dibutuhkan terutama di saat pancasila sedang diancam keutuhannya. Melalui pengaruh ulama, mereka bisa meyakinkan masyarakat bahwa ideologi khilafah yang dibawa para khilafatul muslimin tidak bisa diterima mengingat Indonesia merupakan bangsa beraneka ragam agama.
Seperti contohnya ulama yang memiliki pengaruh kuat di kalangan masyarakat yaitu Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat. Pemerintah bisa berkonsultasi dengan kedua ulama ini untuk menentukan solusi terbaik untuk menghadapi khilafatul muslimin.
Menjadikan Peran Pemuda Sebagai Ujung Tombak
Sesungguhnya Rasullulah SAW menyukai pemuda yang kuat dan berperan penting dalam memerangi kebatilan sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadist yaitu Abu Bakr Radhiyallahu anhu pernah mengatakan kepada Zaid bin Tsâbit saat itu Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu anhu berada di antara mereka, “Sesungguhnya kamu laki-laki yang masih muda, cerdas dan kami tidak menuduhmu (berbuat dusta), kamu dahulu menulis wahyu untuk Rasûlullâh, maka sekarang telitilah Alquran itu dan kumpulkanlah ia.” [HR. Al-Bukhâri]
Dalam melawan kebatilan, pemuda yang memiliki potensi kecerdasan untuk memahami Al-Quran untuk menemukan cara segala jenis ikhtiar untuk melawan kebatilan. Pemuda bisa membantu pemerintah melalui riset mereka terhadap Al-Quran yang terdapat petunjuk untuk Memerangi ideologi radikal yang mengancam keutuhan pancasila. Sebagai timbal balik, pemerintah juga mesti mendukung pemuda dengan kebijakannya.
Kementerian Pendidikan dan Budaya bisa menyelenggarakan kompetisi nasional untuk mengundang pemuda Indonesia yang memiliki keinginan untuk menjaga pancasila. Dalam kompetisinya, Kemendikbud menyediakan panggung untuk mereka menunjukkan hasil riset mereka terhadap Al-Quran yang beguna untuk menemukan kunci penangkal radikalisme.
Tidak kalah penting, kehadiran ulama sebagai mentor mereka sebagai pendorong motivasi mereka dalam berlomba-lomba melakukan penelitian terhadap Al-Quran akan menjadi strategi luar biasa menghadapi radikalisme dari khilafatul muslimin.
Terobosan baru dari kemendikbud tersebut merupakan bentuk ikhtiar pemerintah untuk menjaga pancasila. Mengapa tidak?, dengan kompetisi nasional tersebut, pola pikir pemuda akan semakin kokoh dengan Al-Quran sebagai fondasi kuat.
Pada akhirnya, hasil riset mereka akan dikaji lebih lanjut untuk membantu masyarakat menanggapi perkara radikal yang sedang terjadi. Ini bisa berpotensi membangun kekuatan untuk mengusir ideologi anti-pancasila yang dibawakan oleh khilafatul muslimin.
Memberikan ruang kepada pemuda untuk bergerak menjaga pancasila akan menunjukkan bukti bahwa firman Allah dalam Surat Ali ‘imran ayat 104 yang berbunyi: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Golongan yang dimaksud diatas bisa jadi adalah pemuda sebagai ujung tombak melawan radikalisme khilafatul muslimin.
Penulis: M. Ridho Hardisk Pratama