Jalanhijrah.com-Habib termasuk status sosial yang sangat dibanggakan di beberapa negara, tak terkecuali di Indonesia. Penghormatan masyarakat terhadap Habib dikarenakan ia secara genetik keturunan Nabi Muhammad. Sedang, Nabi termasuk utusan Tuhan yang dijadikan panutan umat Islam.
Menghormati Habib atau keturunan Nabi, bagi masyarakat, sama seperti menghormati Nabi sendiri. Masyarakat tidak rela jika keturunan Nabi diperlakukan tidak terhormat. Itu termasuk merendahkan Nabi sendiri sebagai panutannya.
Meski begitu, Habib Muhammad Quraish Shihab menegaskan pentingnya seorang habib memahami eksistensi status sosial yang disandangnya. Habib, baginya, adalah orang yang mencintai dan dicintai. Habib mencintai orang lain layaknya ia mencintai dirinya sendiri. Memandang orang lain sama dengan dirinya, sehingga Habib tidak bakal merendahkan orang lain sebagaimana ia tidak bakal merendahkan dirinya sendiri.
Habib yang mencintai orang lain pasti akan mendapatkan feedback atau balasan yang setimpal. Orang lain akan mencintainya juga. Karena, antara hati yang satu dan yang lain memiliki keterikatan. Logikanya, cinta akan dibalas dengan cinta. Sebaliknya, benci akan dibalas dengan benci.
Sebagai keturunan Nabi, Habib hendaknya selalu mengimplementasikan sifat-sifat beliau. Nabi dikenal dengan pribadi yang jujur. Tidak pernah bersilat lidah. Wahyu Tuhan disampaikan secara jujur, tidak dikurangi dan ditambah. Umat tidak dibohongi dengan predikat kenabian. Sifat jujur Nabi tersebut seharusnya tidak dilupakan oleh Habib.
Selain itu, Nabi pernah jadi pemimpin. Kecintaan Nabi bukan hanya kepada umatnya, tetapi juga kepada negaranya. Kecintaan Nabi terhadap negara dibuktikan dengan tidak merusak sistem yang sedang berjalan. Sistem negara yang dimaksud bukan sistem Khilafah yang dipromosikan oleh HTI dan ISIS.
Nabi juga tidak memprovokasi umat. Karena, provokasi merupakan tindakan yang dapat memecah belah umat sehingga berakibat runtuhnya negara. Sikap Nabi yang cinta terhadap umat dan negara seharusnya juga dilakukan oleh Habib. Habib yang menghindari provokasi massa akan menjadi teladan bagi masyarakatnya dalam menjaga persatuan di tengah perbedaan, baik perbedaan pemikiran maupun perbedaan agama.
Habib yang cinta perbedaan dapat ditemukan dalam pribadi Habib Luthfi Pekalongan yang tidak pernah memprovokasi massa untuk membenci orang lain yang berbeda pemikiran dan agama. Sikap Habib Luthfi layak mendapat cinta masyarakat. Karena, ia menghadirkan cinta di tengah-tengah mereka. Cinta yang sama juga dilakukan oleh Habib Muhammad Quraish Shihab. Kedua Habib ini selalu mencintai, meski sering dibenci oleh sebagian orang.[] Shallallah ala Muhammad.