Ibu dalam Islam menempati posisi yang mulia. Peringatan Hari Ibu sejatinya juga sejalan dengan semangat prioritas Islam tentang keberadaan seorang ibu. Hadist yang begitu sangat populer tentang disebutkannya ibu tiga kali oleh Rasulullah ketika ditanya seorang sahabat tentang siapa yang berhak diperlakukan dengan baik.
Ulama sepakat penyebutan tiga kali itu sebagai bukti perjuangan ibu dalam membesarkan anak lebih berat dari pada seorang ayah. Ibu mengalami perjuangan saat hamil, melahirkan dan merawat anak hingga dewasa.
Islam dalam penghormatan seorang ibu melukiskan perjuangan wanita-wanita dalam al-Quran. Kisah yang pertam dan sangat fenomenal adalah Ibunda Ismail, Hajar. Dalam surat Ibrahim kisah itu dilukiskan ketika mereka berdua ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di gurun yang tandus.
Lihatlah kesabaran, ketabahan dan kegigihan Hajar yang mencari air untuk memenuhi bayinya yang kehausan. Berlari bolak balik dari bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air. Kisah ketulusan seorang ibu inilah yang diabadikan dalam Islam dalam ritual haji sa’i. Itulah prasasti perjuangan seorang ibu.
Kisah kedua adalah keberanian seorang ibu bernama Milyanah Ibunda Nabi Musa. Dikisahkan dalam Surat Al-Qashash ketika Firaun mengeluarkan kebijakan yang kejam untuk membunuh semua bayi laki-laki bani Israel kala itu. Untuk menyelematkan sang anak, Milyanah mengambil sikap yang berani di tengah ketakutan orang-orang kala itu.
Atas petunjuk Allah ia meletakkan Nabi Musa dalam peti dan dihanyutkan ke Sungai Nil. Allah memerintahkan Ibunda Nabi Musa untuk menyusui anaknya dan segera menghanyutkan ke sungai. Allah menjanjikan anak itu akan kembali dan tidak perlu khawatir. Sungguh kesedihan luar biasa yang dihadapi ketika harus berpisah dengan bayi yang baru ia lahirkan.
Ketiga ibunda yang hebat lainnya adalah Maryam ibunda Nabi Isa. Al-Quran menceritakannya sebagai perempuan yang mulia, suci dan penuh kesabaran. Namun, ia harus menghadapi kenyataan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Ia telah dipilih Allah untuk mengandung seorang bayi tanpa seorang ayah. Kesucian Maryam menjadi bukti kekuasaan Tuhan tentang kelahiran Nabi Isa.
Islam mendorong umatnya untuk menghormati dan memuliakan ibunya. Nabi suatu ketika memerintahkan Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Tahlib untuk mencari seorang pemuda biasa agar mendoakan mereka berdua. Sungguh penasaran kedua sahabat tentang siapa pemuda itu.
Tentu tidak lain, orang itu bernama Uwais al Qarni seorang pemuda dengan pengetahuan keagamaan yang biasa dan bukan bangsawan. Tetapi, ia adalah seorang yang berbakti kepada ibunya. Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang lelaki bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu, dan ia memiliki tanda putih di tubuhnya. Maka temuilah ia dan mintalah ampunan kepada Allah melalui dia untuk kalian. (HR Muslim). Itulah kemuliaan anak yang bisa menghormati dan memuliakan ibunya