Bayang-bayang Taliban di Indonesia

Jalanhijrah.com. Pasca Taliban menang di Afghanistan, banyak yang menunggu sikap negara di Indonesia. Meski Indonesia bukan negara Islam, akan tetapi Indonesia menjadi acuan, setidaknya dalam pemerintahan yang bertahan aman dan damai selama berdiri menjadi bangsa negara Indonesia.

Dalam rumus-rumus politik dan pertarungan global Indonesia tampak memilih jalan aman. Sebagaimana negara lain, Indonesia melakukan konsolidasi dan jalan alternative yang bisa mengamankan dua negara ini termasuk rakyat Indonesia yang berada di Afghanistan. Indonesia mengevakuasi sementara rakyat Indonesia, dan menunggu Afghanistan membaik dari gejolak politik pemerintahan Taliban.

Hal ini yang barangkali tepat dilakukan oleh pemerintahan Indonesia. Selain itu, pemerintah mencoba melihat poros politik yang dimainkan oleh Taliban. Seberapa jauh komitmen Taliban untuk menyatukan dan mendamaikan antarbangsa Afghanistan dan asing. Dan seberapa jauh Taliban mencoba menghormati hak-harkat martabat yang berbeda dengan teologi, ideologi, dan politik Taliban.

Karena, secara fakta yang terlihat, meski sekarang janji politik Taliban manis, jelas negara lain masih melihat Taliban menjalankan politik oteriter. Pemerintah Taliban dalam kepemimpinannya pernah melarang perempuan untuk keluar rumah, melarang perempuan bekerja, melarang perempuan untuk sekolah, melarang main catur, melarang sepakbola dan lain-lain yang dianggap itu tidak ada ajaran dari Islam.

Pemerintah Taliban pun memerintahkan kepada masyarakat minoritas yang beragama non Islam untuk menandai rumah mereka dengan pita warna kuning. Wanita monoritas diperintahkan memakai pakaian warna kuning untuk membedakan antara wanita muslim dengan wanita non muslim, ketika ada yang melanggarnya maka pemerintah akan melakukan hukum cambuk di depan umum (Hakiman, Islamsantun.org. 24/8/2021).

Baca Juga  Narasi Kebangsaan dan Konstruksi Identitas Muslim di Indonesia

Sejarah mencatat ketika pasukan Taliban berkuasa sering melakukan kekerasan, intimidasi kepada rakyat sipil dan kaum minoritas. Sehingga banyak dari warga sipil Afghanistan merasa ketakutan sehingga mereka harus mengungsi meninggalkan negaranya. Tetapi Taliban hari ini mengkalaim bahwa dia akan mengembangakn Islam modern yang toleran dan menghindari kekerasan. Harapannya apa yang diungkapkan oleh Taliban betul-betul menjadi kenyataan bukan hanya klaim semata.

Menurut Hakiman, berkuasanya Taliban di Afghanistan akan memberi pengaruh terhadap negara-negara Islam seperti Indonesia, karena Taliban mempunyai hubungan erat dengan Al Qaeda yang merupakan bagian dari gerakan Islam Radikal. Kebangkitan Taliban di Afghanistan disinyalir akan memberikan semangat pada gerakan Islam radikal di negara mayoritas Islam. Kondisi inipun akan dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang mempunyai kepentingan secara politik.

Bayang-bayang Taliban kini pun terjadi di Indonesia. Satu sisi, Indonesia harus menerima kenyataan bahwa ia memang berkuasa di Indonesia secara nyata dan sah. Tetapi di sisi lain, Taliban adalah kelompok yang bisa memantik motivasi kelompok radikal di Indonesia yang kini sedang bereuforia. Karena baginya, Taliban adalah salah satu kelompok yang diimpikannya. Taliban menjadi contoh praktik dan gerakan Islam yang berhasil menumbangkan semua penjajah dan pasukan kolonial baru serta bisa membaca taktik politik musuh dengan tertib dan seksama di Afghanistan.

Kelompok radikal di Indonesia tampak bergolak setelah kemenangan Taliban. Mereka merasa terinspirasi terhadap Taliban di mana, sang pelajar Taliban mampu mengusir musuh dengan kegigihan perlawanan terhadap Soviet yang hampir 15 tahun menjajah Afghanistan, dalam agresi militernya pada tahun 1978 pasukan Taliban ini didukung oleh Amerika Serikat, Pakistan dan Arab Saudi yang pada akhirnya mereka mampu mengusir Soviet dari negaranya. Meski terlihat, ormas dan gerakan Islam di Indonesia terpecah (misalnya HTI) tidak terlalu suka sebab alasan ideologis, tetapi Taliban tetap menjadi kunci inspirasi mereka.

Baca Juga  Hukum Menjawab “Qabiltu” Saja Pada Saat Akad Nikah

Maka demikian, di atas bayang-bayang Taliban di Indonesia, sudah saatnya Indonesia bersatu menyiapkan amunisi dan kembali melihat gejala apa yang kira-kira bakal ditimbulkan oleh kelompok radikal di Indonesia pasca kemenangan Taliban. Selain Islam, termasuk ormas Islam terbesar, hari ini terlihat cemas atas kemenangan Taliban dengan berbagai alasan yang mengintai.

Kendati, maka seluruh pihak saya kira, harus bersatu dalam menghadapi kepentingan global maupun gerakan Islam radikal yang bercita-cita ingin menjadikan Indonesia menjadi negara agama menjadi keniscayaan. Conter narasi dan pemikiran melalui media sosial dan berbagai kegiatan merupakan alat untuk menjaga kesetabilan negara dari rong-rongan kepentingan politik, ekonomi dan ideologi. Kaum intelektual tak terkecuali, harus bersuara secara masif dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang multikultural.

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *