ACT dan Misi Terselubung Antek-antek Khilafah Ikhwanul Muslimin

Jalanhijrah.com – Sudah lama tersiar kabar bahwa Aksi Cepat Tanggap (ACT), organisasi nirlaba profesional yang memfokuskan kerja-kerja kemanusiaan pada penanggulangan bencana, berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, atau PKS di Indonesia. Maka ketika hari ini ACT tengah trending di Twitter melalui tagar #JanganPercayaACT dan #AksiCepatTancap, kabar tersebut tidak terlalu mencengangkan. ACT memang cukup sering tersingkap boroknya. Tapi mirisnya, masyarakat tetap percaya.

Bermula dari Laporan Utama Majalah Tempo dengan judul “Aksi Cepat Tanggap Cuan” dengan cover story ‘Kantong Bocor Dana Umat’. Para petinggi ACT diduga menyelewengkan donasi publik. Duit sedekah digunakan untuk memenuhi gaya hidup bos-bos ACT. Gaji pengurus mencapai ratusan juta rupiah. Duit donasi ada yang mengalir untuk keluarga pimpinan lembaga. Sementara itu, sejumlah penyaluran donasi bermasalah. Dari situ, borok ACT tersingkap kembali.

Yang bikin mengkal, di Twitter masih banyak pula yang membela ACT. Alasannya karena ACT selalu cepat hadir di setiap bencana. Tidak hanya di seluruh wilayah RI, tetapi juga bahkan mancanegara seperti Palestina. Para artis pun banyak yang ACT gaet untuk promosi. Fauzi Baadilla, misalnya, yang sempat ke Suriah bersama ACT. Mereka, para pembela ini, tidak percaya ketika dibilang bahwa ACT punya misi terselubung. Justru mereka akan balik menyerang siapa pun yang benci ACT. Ironis.

Sejauh penelusuran, jujur saja detail ACT tidak terlacak. Sang pendiri yang sekaligus menjabat sebagai Presiden ACT, Ahyudin tidak diketahui rekam jejaknya. Petunjuk bahwa ACT memiliki misi terselubung bisa dilacak melalui dua hal. Pertama, kedekatan Ahyudin dengan para petinggi PKS serta ketidakdekatan ACT dengan lembaga filantropi lainnya semisal LAZIS-MU dan LAZIS-NU. ACT seperti mengalienasi diri, dan PKS-lah yang menjadi mitra dalam banyak proyeknya.

Baca Juga  Resiliensi Pesantren terhadap Radikalisme dan Ektremisme

Kedua, jejak kontroversi. ACT sering kali disebut Aksi Cepat Tancap, karena kebiasaan buruk orang-orangnya adalah hadir pada sebuah bencana, menancapkan bendera mereka, difoto, lalu pulang. Foto tersebut sebagai dokumentasi ke donatur, sehingga terkesan mereka dapat dipercaya. Faktanya, pemotongan untuk para pegawai ACT, terutama para petingginya, sangat besar. Artinya, dana triliunan dari penyumbang tidak sampai seluruhnya kepada korban, melainkan nyangkut di perut petinggi ACT.

Tetapi kontroversi ACT tidak hanya itu. Dua tahun lalu, mereka terdeteksi mendanai kerusuhan di New Delhi. Ketika Bukalapak memberi bantuan untuk Suriah lewat ACT, terdengar kabar bahwa ACT malah menjadikannya bantuan untuk ISIS. ACT mendesain kemanusiaan untuk meraup pundi-pundi ratusan triliun dari kedermawanan masyarakat. Namun ACT konsisten menyanggah, bilang ke publik bahwa mereka difitnah oleh buzzer. Padahal faktanya, PKS-Ikhwanul Muslimin adalah otak ACT itu sendiri.

Aksi Cepat Tilap Dana Umat

Ada transfer dari sebuah lembaga milik ACT kepada Presiden ACT. Ia punya rumah di Cianjur, dengan rincian DP rumah 230 juta, biaya notaris 31,75 juta, cicilan rumah dengan total 275 juta. Ada juga rumah di Bintaro dengan cicilan mencapai 2,86 milyar, dan interior rumah di Cirendeu mencapai 150 juta. Presiden ACT membenarkan membeli sejumlah rumah dan tanpa malu bilang, “Kalau saya tidak punya uang, boleh dong saya pinjam dari lembaga”.

Penyelewengan dana ACT baru terungkap setelah Ahyudin lengser. Lalu bagaimana sejak tujuh belas tahun  ia menjabat? ACT memang selalu hadir untuk kegiatan tanggap darurat hingga program pemulihan pasca-bencana, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta program berbasis spiritual seperti kurban, zakat dan wakaf. Dalam banyak hal mereka amanah, namun tidak sedikit dana umat tertilap untuk kemewahan hidup para petingginya dengan alasan ‘agar kinerjanya optimal’.

Baca Juga  Turunnya Indeks Terorisme, Masih Haruskah Waspada?

Bahkan, sejak tahun 2012, ACT mentransformasi dirinya menjadi sebuah lembaga kemanusiaan global, dengan jangkauan aktivitas yang lebih luas. Pada skala lokal, ACT mengembangkan jejaring ke semua provinsi, baik dalam bentuk jaringan relawan dalam wadah Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) maupun dalam bentuk jaringan kantor cabang ACT. Jangkauan aktivitas program ACT saat ini sudah sampai ke 30 provinsi dan 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Pada skala global, ACT mengembangkan jejaring jangkauan aktivitas program ke 22 Negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Indocina, Timur Tengah, Afrika, Indocina, dan Eropa Timur. Wilayah kerja ACT di skala global diawali dengan kiprah dalam setiap tragedi kemanusiaan di berbagai belahan dunia seperti bencana alam, kelaparan dan kekeringan, konflik dan peperangan, termasuk penindasan terhadap kelompok minoritas di berbagai negara.

Konon, program global ACT menjadi sarana merajut kemitraan berbagai lembaga amil zakat, komunitas peduli, artis dan publik figur yang memiliki visi yang sama untuk kemanusiaan. Cita-citanya besar, menghadirkan sebuah dunia yang nyaman bagi umat manusia, dunia beradab dan memiliki peradaban mulia di bawah naungan cahaya Ilahi. Cita-cita yang disinyalir akan menjadi nyata dengan keterlibatan semua pihak. Tanpa semua pihak tahu ke mana sebagian donasi ACT tercairkan.

Tujuan umat yang berdonasi sebenarnya sederhana, lihat postingan ACT dan tergerak untuk menyumbang. Namun, tidak ada yang menyadari bahwa dengan dana yang fantastis, penyelewengan adalah sesuatu yang potensial. Kira-kira, mengapa Palestina dan Suriah jadi negara yang digandrungi ACT dalam misi kemanusiaannya? Silakan telusuri banyak bukti kontroversi penyaluran dana ACT, yang mengerucut pada satu fakta: misi terselubung untuk kepentingan politik ideologis.

Baca Juga  Menyingkap Argumentasi Barisan Anti-Demokrasi

Waspada Filantropi Antek Khilafah

Harus diakui, PKS adalah partai yang besar. Kaderisasinya sempurna, mulai dari Rohis di tingkat sekolah menengah dan LDK di tingkat strata. Belum lagi, PKS menyediakan pendidikan gratis ke banyak orang, dan menjadi satu-satunya partai yang konsisten dengan sikap oposisinya. Tetapi, dari mana semua dana penopangnya? Itu perlu diaudit secara menyeluruh. Masalah yang harus diselesaikan adalah penyelewengan dana umat. Jangan sampai umat terjebak filantropi antek-antek khilafah.

Kedermawanan masyarakat Indonesia sering kali disalahgunakan. Kotak amal untuk pendanaan terorisme yang sempat geger beberapa waktu lalu adalah preseen buruk, dan kasus ACT menggunakan donasi masyarakat untuk kepentingan pribadi yang viral ini juga sesuatu yang memalukan. Bahkan jika PKS maupun Ikhwanul Muslimin tidak menaungi ACT secara hukum dan struktural, ACT harus diusut lebih dari karena menilap dana umat, melainkan karena misi terselubungnya tadi.

Kecurigaan semacam ini bukan tidak berdasar. Website suaraislam.id juga memberi sinyalemen bahwa ACT memiliki afiliasi dengan kelompok islamisme selain Ikhwanul Muslimin, seperti Wahdah Islamiyah misalnya. Karena itu, ACT harus diaudit dari segala aspek; rincian pendanaannya dan terutama ideologi dan misi terselubung yang ada di belakangnya. ACT pasti menyanggah “ini hoaks” atau “ini kerjaan buzzer”. Tetapi itu misi terselubung, dan Ikhwanul Muslimin bukan anak kemarin sore untuk dikonter.

Penulis: Ahmad Khoiri Mahasiswa SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *