Sisi Humor dan Gaya Bercanda Rasulullah

Jalanhijrah.com – Mengenal lebih dekat pribadi Nabi Muhammad Saw. Dialah kekasih pilihan yang diutus Allah sebagai teladan bagi seluruh manusia. Perjalanan hidupnya yang agung merupakan wujud nyata kandungan Al-Qur’an dan menjadi hujah bagi seluruh manusia.

Tak ada nama sepanjang sejarah manusia yang kehidupannya dilukiskan begitu detail seperti Rasulullah Muhammad ibn Abdullah.

Dialah satu-satunya manusia yang setiap kata dan ucapannya dicatat secara terperinci dan lengkap. Diamnya dicermati, rida, dan marahnya diungkap. Dialah sosok yang hari-harinya dihitung para sahabat yang setia menemaninya di rumah maupun di perjalanan. Bahkan, mereka tahu apa yang beliau lakukan di rumah sampai hal-hal kecil dan sepele.

Gaya bahasa Rasulullah memiliki retorika handal. Gaya tuturnya tidak berbelit-belit, tidak samar, dan tidak asing. Ada yang berupa kisah, perintah dan larangan, dan juga beberapa perumpamaan.

Diantara keindahan bahasa Rasulullah dan menjadinya sebagai akhlak mulia, ketika berbicara dengan setiap orang sesuai kedudukan dan tingkat pemahaman mereka. Ini merupakan ciri retorika tinggi tidak semua orang bisa melakukannya.

Para sahabat akan mengabarkan kepada yang tidak tahu. Lalu mereka menyimpan semua riwayat dalam memori sebagai suri tauladan bagi kita semua.

Kepribadian Nabi Muhammad Saw yang tercatat semerbak salah satunya prihal gaya bercandanya bersama para sahabat yang setia menemaninya.

Meskipun Nabi Muhammad Saw berwatak tenang dan penuh wibawa, beliau kerap berkelakar halus dengan para sahabat untuk menghibur mereka, dan menanamkan kecintaan dalam jiwa mereka. Jika berbicara beliau tersenyum. Dan beliau orang yang paling suka tersenyum dan paling lembut jiwanya.

Baca Juga  Benarkah Khilafah adalah Sistem Pemerintahan yang Sempurna?

Setiap ucapan Rasulullah mengandung tuturan yang menggugah cinta, juga mengandung daya pikat untuk diterima, ada kelembutan bercampur wibawa.

Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan Imam Bukhari, diceritakan saat Rasulullah SAW dan para sahabat berbuka puasa dengan kurma dan air putih.

Setiap kali makan sebiji kurma, mereka menyisihkan di tempatnya masing masing. Beberapa saat kemudian Ali menyadari kalau dia memakan terlalu banyak sehingga terlihat biji-biji kurma menumpuk di sisi Ali bin Abi Thalib Ra.

Dalam suasana hangat itu, Ali bin Abi Thalib Ra muncul sisi iseng dan humornya. Ali mengumpulkan biji kurmanya dan diletakkan di tempat biji kurma Rasulullah SAW. Otomatis tidak ada biji kurma di sisi Ali.

Lantas Ali berkata “Ya Nabi, engkau memakan kurma lebih banyak daripada aku, lihatlah biji-biji kurma yang menumpuk di tempatmu.” Nabi pun tertawa dan sambil bercanda menjawab,“Nah Ali, kamulah yang memakan lebih banyak kurma, karena aku memakan kurma dan masih menyisakan bijinya, sedangkan engkau memakan kurma sekalian dengan biji-bijinya.” (Sirah Nabi).

Canda yang dilakukan Ali bin Abi Thalib dengan Rasulullah SAW tersebut menjelaskan tentang dekatnya hubungan Rasulullah SAW dengan sahabatnya. Ali bin Abi Thalib dan Nabi Muhammad Saw tetaplah manusia biasa yang memilki sisi humornya sendiri.

Dalam sebuah kesempatan penulis ingin bersilaturahim ke salah satu teman yang sedang sakit. Penulis mengajak teman-teman lainnya untuk menjenguk temen kami yang sedang sakit itu.

Baca Juga  Aktivis Khilafah dan Narasi Liberalisme; Upaya Melawan Propaganda

Setelah sampai di rumah teman, disuguhkanlah kue dan buah salak yang melimpah. Penulis teringat sebuah riwayat Imam Bukhari mengenai gaya bercanda Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib. Penulis iseng dan mengumpulkan biji salak yang telah kami makan untuk diletakkan disebelah sisi teman kami yang sedang sakit.

“Lihatlah teman-teman…! kawan kita makannya banyak sekali” ujar penulis sembari tertawa kecil.

Kawan kami  yang sedang sakit pun tertawa atas ulah penulis “Kamulah yang makannya banyak, karna aku masih menyisakan bijinya. Dari pada kamu makan salak bersama biji-bijinya”, ujarnya. Lantas penulis kaget dan terrtawa bersama. Dia mengatakan bahwa dirinya juga mengetahui sebuah kisah yang di riwayatkan Imam Bukhari mengenai becandaan Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib Ra. Masya Allah.

Ketika penulis ingin meniru gaya bercanda Rasulullah. Penulis sadar, bahwa penulis tidak mampu meniru gaya becandaan Rasulullah secara utuh. Kefasihan dan kecanggihan gaya becandaan Rasulullah elok, segar, dan lezat didengar kepada para mitra tuturnya. Namun, hanya inilah peristiwa ringan dan sederhana yang bisa penulis berikan demi mengharap syafaat baginda Nabi Muhammad Saw. Amin Allahumma Amin.

Advertisements

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *