Rabi’ah ar-Ra’yi, Ulama yang Brilian

Jalanhijrah.com- Namanya Rabi’ah bin Abu Abdurrahman Farrukh at-Taimi al-Madani, ulama pada masa tabiin. Beliau sangat cerdas sehingga dijuluki Rabi’ah ar-Ra’yi yang artinya Rabi’ah yang cerdas dan brillian. Beliau adalah guru Imam Malik.

Sejak kecil, beliau sangat rajin belajar dan menghafal sehingga pada usia masih kecil sudah bisa membaca dan menulis, lalu menghafal Al-Qur’an 30 juz, dan hadis-hadis Rasulullah saw.. Beliau juga belajar bahasa Arab yang baik dan benar, serta perkara-perkara agama yang wajib diketahui hingga beliau menjadi ahli fikih, hadis, serta mujtahid ternama dari kota Madinah.

Para guru Rabi’ah adalah beberapa sahabat Rasulullah saw. dan para tabiin senior. Di antaranya Anas bin Malik, Makhul asy-Syami, As-Saib bin Yazid, Hanzhalah bin Qais, Sa’id bin Al-Musayyib, Salamah bin Dinar, dan Al-Qasim bin Muhammad.

Adapun para muridnya, antara lain Malik bin Anas, Abu Hanifah Nu’man, Sufyan ats-Tsauri, Abdurrahman bin Amru al-Auza’i, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Laits bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far, Sulaiman bin Bilal, Anas bin Iyadh dll. Imam Malik pernah menyatakan bahwa setelah Salim bin Abdullah dan Al-Qasim bin Muhammad meninggal, berbagai pertanyaan dan permasalahan agama banyak dikembalikan kepada Rabi’ah.

Beliau sangat cerdas dan kuat hafalannya. Pada usia muda, sudah banyak orang yang ingin berguru kepadanya, mulai dari para pemuda, orang-orang tua, yang kaya, yang miskin, pejabat atau rakyat, semua ingin menimba ilmu dari beliau. Setiap hari beliau bergelut dengan ilmu, belajar dan mengajar.

Baca Juga  Menanam Kesalehan Sosio-Kultural untuk Resistensi Ideologi Kebencian

Ayah beliau bernama Farrukh yang bertahun-tahun pergi berjihad dan sudah lama tidak terdengar kabarnya. Saat itu ayah beliau meninggalkan sejumlah uang sebesar 30.000 dinar kepada ibuny, yang kemudian dipakai untuk biaya pendidikan Rabi’ah, mencarikan guru yang juga mengajarkan adab dan budi pekerti yang baik.

Beliau mengira ayahnya sudah tiada. Namun, suatu hari ayahnya ternyata datang.

Sang ayah berada di Masjid Nabawi ikut serta mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh seorang ustaz muda. Ia terkesima. Banyak sekali yang hadir, termasuk para ulama yang masih ingin berguru kepada ustaz muda tersebut.

Ia sangat terkejut saat ada yang memberitahunya bahwa ustaz muda itu adalah anaknya yang sudah puluhan tahun ia tinggalkan berjihad fi sabilillah. Ia pun sujud syukur kepada Allah Swt. sambil menangis haru.

Saat ibu Rabi’ah mengatakan bahwa uang 30.000 dinar yang ditinggalkannya itu telah habis untuk biaya pendidikan putranya. Mendengar hal itu, ayahnya berkata, “Demi Allah, melihat putraku seperti ini, lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya.”

Rabi’ah wafat dan dimakamkan di kota Hasyimiyyah (Irak), pada 139 H (753/4 M).

Pesan dari Rabi’ah tentang rahasia menjadi orang pintar, “Sesungguhnya ilmu tidak akan mendatangimu, kecuali jika kamu memberikan seluruh jiwamu untuk mendapatkannya.”

Penulis

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *