Pemimpin Hizbullah Sebut Arab Saudi Lebay

Jalanhijrah.com-Bairut – Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengecam reaksi Arab Sauditerkait pernyataan menteri Lebanon terkait perang Yaman. Menurutnya Arab Saudi terlalu berlebihan dalam menyikapi pernyataan yang memicu pertikaian diplomatik dengan negara-negara Teluk Arab.

Dalam komentar publik pertamanya sejak krisis diplomatik itu meletus, pemimpin gerakan pro-Iran itu menuduh Arab Saudi dengan sengaja memicu kebuntuan sebagai bagian dari pertempurannya dengan Hizbullah.

Perselisihan itu dipicu oleh komentar yang dibuat oleh Menteri Informasi Lebanon yang didukung Hizbullah George Kordahi dalam sebuah wawancara yang direkam pada Agustus – sebelum dia menjabat – dan disiarkan pada akhir Oktober.

Kordahi mencirikan intervensi yang dipimpin Saudi di Yaman sejak 2015 sebagai “agresi eksternal”, yang memicu teguran dari Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, dan Uni Emirat Arab.

“Reaksi Saudi terhadap pernyataan Kordahi sangat, sangat berlebihan dan tidak bisa dipahami,” kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi.

“Kordahi tenang dan objektif. Dia tidak menyerang siapa pun dan tidak menggunakan ekspresi kasar,” imbuhnya seperti dikutip dari Al Araby, Jumat (12/11/2021).

Reaksi negara-negara Teluk terhadap pernyataan Kordahi telah memicu seruan di dalam dan luar negeri untuk pengunduran dirinya, tetapi Nasrallah mengatakan kelompoknya menentang langkah tersebut.

“Apakah itu melayani kepentingan nasional untuk menyerah pada perintah dari negara asing?” tanyanya.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan awal bulan ini bahwa dominasi Hizbullah atas Lebanon, dan bukan hanya komentar Kordahi, memicu pertikaian diplomatik.

Baca Juga  Cara Lawan Propaganda Radikalisme di Media Sosial

Nasrallah membalasnya dengan mengatakan: “krisis yang sengaja diciptakan Arab Saudi adalah bagian dari pertempurannya dengan Perlawanan (Hizbullah) di Lebanon”.

“Kami tidak menyangkal bahwa kami adalah kekuatan yang berpengaruh, tetapi kami tidak mengontrol negara,” tambahnya.

Dia juga mengatakan bahwa Hizbullah – yang dianggap Arab Saudi sebagai gerakan “teroris” yang didukung oleh saingan regionalnya Iran – tidak mencari eskalasi dengan negara-negara Teluk Arab.

“Kami tidak ingin berperang dengan Arab Saudi dan negara-negara Teluk,” katanya.

Keretakan diplomatik, yang mengancam akan menjerumuskan Lebanon lebih dalam ke dalam krisis ekonomi, mendorong mereka dan beberapa sekutunya untuk menarik duta besar dan memblokir impor dari Lebanon.

Negara ini sangat membutuhkan bantuan internasional, terutama dari tetangga Arabnya yang kaya, untuk mengangkatnya keluar dari rawa keuangan dan politik.

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *