Jalanhijrah.com– Siapa yang tak mengenal nama George Orwell? Bagi penikmat sastra di Indonesia, nama ini barangkali sudah tidak asing lagi didengar, mengingat novel femonemalnya itu, Animal Farm dan 1984 sudah banyak dibicarakan oleh orang-orang. Kita mengenal Orwell terkesan sebagai novelis Inggris di abad ke-20.
Ia bahkan menjadi salah satu ikon penting dalam tonggak kesusastraan Inggris, dan menurut sejumlah kritikus, karya-karyanya paling mewarnai perkembangan sastra di Inggris pada era tersebut. Bagaimana ia bisa mencapai kesuksesan tersebut?
Orwell lahir dan tumbuh dengan sejarah hidup yang panjang serta unik. Kendati lahir dari anggota kelas menengah Inggris, kehidupan Orwell justru jauh dari kehidupan hedonis, bahkan hubungan dengan masyarakat dari berbagai kelas terjalin dengan baik.
Selain itu, semasa mudanya, Orwell telah mencecap berbagai pengalaman, dari mulai menjadi polisi imperial di Burma, menggelandang dalam masa-masa terpuruknya di London dan Paris, sampai terlibat perang Saudara Spanyol.
Dalam sejarah kepengarangannya sendiri, Orwell banyak telah lama mengakrabi aktivitas menulis: Sejak kecil, ia menulis puisi, lalu menjadi bagian dari editorial majalah di sekolahnya, lalu menjadi penulis kolom tetap di sejumlah koran dan majalah, sampai meluangkan waktu sepenuhnya sebagai seorang novelis.
Dengan banyaknya pengalaman tersebut, lalu, apakah Orwell memiliki resep menulis khusus yang biasanya ia gunakan dalam menuliskan karya-karyanya? Kita bisa mendapati resep atau, lebih tepatnya nasihat, yang ia jabarkan dalam salah satu karya esainya.
Dalam esainya yang berjudul “Politics and the English Language” yang kali pertama dimuat Horizon (1946), kemudian edisi terjemahan bahasa Indonesianya terhimpun dalam buku Bagaimana Si Miskin Mati-Bahasa, Kesusastraan, Politik, dan Kemanusiaan (Diva Press, 2019) dengan judul “Politik dan Bahasa Inggris”, Orwell menjelaskan sejumlah nasihat menulis yang bisa diterapkan oleh setiap orang yang ingin menulis dengan baik.
Kendati esai itu lebih banyak berbicara mengenai kecenderungan penulis yang menulis dengan penggunanan bahasa Inggris berikut susunannya yang buruk, tetapi ia tak lupa menyelipkan sejumlah nasihatnya untuk menghindari kecenderungan membuat tulisan yang dikritiknya itu. Adapun mengenai nasihat-nasihat itu, Orwell telah membaginya ke dalam enam poin utama, yaitu sebagai berikut:
Jangan pernah menggunakan metafor, kiasan, atau ungkapan yang sudah biasa Anda baca.
Nasihat pertama ini berhubungan dengan penggunaan unsur bahasa yang kita pakai dalam tulisan kita. Bagi Orwell, kita semestinya menghadirkan metafor atau kiasan yang segar dan tak biasa, sehingga membuat tulisan kita tidak terjebak dalam kesan klise. Kendati terdengar sulit, tetapi poin ini memiliki dua keistimewaan utama yang bisa memengaruhi kita dan tulisan kita.
Pertama, dengan memahami poin ini, kita dituntut untuk membaca buku lebih banyak lagi sebab kita membutuhkannya untuk menambah pengetahuan kita terkait metafor, kiasan, atau ungkapan yang beragam. Kedua, dengan menerapkannya dalam tulisan kita, tulisan yang telah dibuat akan memiliki beberapa keunggulan yang bisa menyenangi pembaca, seperti tidak klise, berbobot, dan tidak terkesan sia-sia saat dibaca.
Jangan pernah menggunakan kata panjang kalau ada kata pendek yang bermakna sama.
Nasihat ini juga masih berhubungan dengan penggunaan bahasa yang kita pakai dalam tulisan kita. Terkhusus bagi Orwell, saat menulis sebuah karya, efektifitas sebuah tulisan adalah hal yang penting. Oleh sebab itu, kalau kita bisa menemukan kata pendek dan sederhana dalam menggambarkan sesuatu hal, lebih baik kita menggunakan kata tersebut alih-alih memakai kata panjang yang membuatnya justru tampil berbelit-belit.
Selain itu, penggunaan kata pendek dan sederhana juga membuat tulisan kita lebih bisa menyampaikan maksudnya kepada pembaca. Sebab, pembaca bisa membacanya dengan mudah dan lebih lekas menangkap maksud yang ingin kita sampaikan.
Bila ada kata yang bisa dipangkas, pangkas kata itu
Mungkin kita sudah sering mendengar, kalau proses menyunting tulisan merupakan proses yang tak boleh diabaikan. Hal itu pula yang dipercaya oleh Orwell. Baginya, dari sekian banyak hal yang perlu diperbaiki saat proses penyuntingan, tindakan penyederhanaan atau memangkas kata, kalimat, atau paragraf dari tulisan kita akan membuat tulisan kita semakin baik.
Sebab, kalau kita ibaratkan dengan tubuh manusia, bagian yang tidak perlu itu seperti lemak dalam tubuh kita, sehingga akan lebih baik kalau kita memangkas atau menyederhakanakannya. Selain itu, fungsi pemangkasan ini juga bisa membuat tulisan kita lebih simpel dan tampak efektif, sehingga pesan yang ingin kita sampaikan bisa mudah ditangkap oleh pembaca tulisan kita.
Jangan pernah menulis kalimat pasif apabila Anda bisa menggunakan kalimat aktif.
Nasihat ini berhubungan dengan strategi pembuatan kalimat yang lebih baik. Bagi Orwell, kalimat aktif bisa lebih menunjukkan maksud dari poin yang ingin kita sampaikan ketimbang menuliskannya dengan kalimat pasif. Selain itu, penggunaan kalimat aktif menjadi salah satu kiat menghindari kesan berbelit-belit dalam tulisan yang kita buat. Hal ini tentu berhubungan dengan poin-poin sebelumnya.
Jangan menggunakan frasa asing, kata ilmiah, atau jargon apabila Anda berhasil menemukan padanannya dalam bahasa sehari-hari.
Seperti poin-poin yang sudah dijelaskan sebelumnya, nasihat ini juga masih berkaitan dengan kiat membuat tulisan kita tampak sederhana, mudah dijangkau pembaca, dan mudah ditangkap isi atau pesannya. Kendati frasa asing atau kata ilmiah bisa membuat tulisan kita tampak lebih berbobot, tetapi bagi Orwell, hal itu tidak terlalu berpengaruh apabila semua itu justru mengaburkan maksud dari apa yang hendak kita sampaikan dalam tulisan kita.
Oleh sebab itu, Orwell lebih menyarankan menggunakan kata atau padanan kata yang dekat dengan bahasa sehari-hari, sehingga pembaca lebih mudah menangkap maksud dari tulisan yang kita buat.
Lebih baik Anda melanggar salah satu dari aturan-aturan ini daripada menulis sesuatu yang biadab.
Inilah nasihat paling penting dari Orwell. Baginya, sekalipun kita telah mengikuti semua nasihatnya, tetapi yang kita tulis merupakan karya yang berpotensi merusak, memancing perseteruan, atau berpotensi menjadi propaganda yang, dalam istilah Orwell disebut “sesuatu yang biadab”, kita lebih baik tidak mengikuti nasihatnya.
Orwell terkenal dengan kualitas tulisannya yang banyak menyinggung soal penderitaan dan isu-isu kemanusiaan lainnya. Dan bisa dibilang, ia paling menghindari menuliskan sesuatu yang biadab itu sendiri. Oleh sebab itu, ia menyarankannya dalam nasihat terakhir dan utamanya ini, bahwa kita mesti mengedepankan tulisan baik yang bisa bermanfaat bagi masyarakat dan peradaban kita.
Itulah keenam nasihat menulis yang disampaikan George Orwell. Tentu, sebagaimana banyak nasihat menulis lainnya, kita tidak wajib mengikuti semua nasihat yang ia berikan. Namun, kita bisa mengaplikasikan beberapa poin yang dirasa cocok dengan kecenderungan menulis kita, sehingga apa yang kita tulis bisa menjadi karya yang lebih baik lagi.
Penulis: Wahid Kurniawan Pegiat literasi. Mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Teknokrat Indonesia