Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais-Binsyar) Kementerian Agama, Arsad Hidayat, menyebut, dunia sedang menghadapi dua tantangan besar, yakni dehumanisasi dan perubahan iklim. Yang lebih mengkhawatirkan, ada kelompok yang memakai bahasa agama untuk menjustifikasi hal itu.

Karena itu, ia mengingatkan semua pihak, terutama tokoh agama, untuk ikut memperbaiki keadaan. Disebutkan, agama dan tokoh agama memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam membentuk pengetahuan dan pemahaman masyarakat.

“Tokoh agama, dengan bahasa agama yang dimilikinya, diyakini dapat memengaruhi publik dan berdampak signifikan bagi perubahan yang diharapkan,” kata Arsad dalam sambutannya pada pembukaan Seminar Internasional bertajuk Curriculum of Love and Eco-Theology as The Basis for The Istiqlal Declaration Implementation Movement di Universitas Islam As’adiyah, Kabupaten Wajo, Selasa.

Dalam Deklarasi Bersama Istiqlal 2024, lanjutnya, para tokoh agama bersepakat dan mendeklarasikan dua isu utama, yaitu melawan dehumanisasi atau penurunan nilai-nilai kemanusiaan, dan memperkuat upaya pelestarian lingkungan. Ia berharap, masing-masing pihak bisa mengimplementasikannya dalam beragam bentuk, sesuai ruang aktivitas dan profesi.

Misalnya, Kepala Kankemenag menginisiasi komitmen jajarannya untuk merekatkan kerukunan dan melestarikan lingkungan; kepala madrasah membuat budaya bersih-bersih dan tanam pohon; pemimpin pondok mendorong asatidz dan santri untuk memperkaya kajian ayat-ayat lingkungan; dan lainnya.

“Mudah-mudahan ini menjadi spirit kita semua sehingga apa yang menjadi harapan Deklarasi Istiqlal bisa teramplifikasi secara luas,” ucapnya.

Baca Juga  Habib Ja’far: Umat Jangan Diperumit Ngeributin Fatwa

Bumi, Ibu Manusia

Eks Wakil Menteri Wakaf Mesir, Syekh As-Said Muhammad Ali Al-Husaini, mengutip pendapat Imam Qusyairi bahwa cinta (hubb) terdiri dari dua huruf; ‘ha’ (ruh) dan ‘ba’ (badan/jasmani). Sementara Ibnu Atha’illah al-Iskandari mendeskripsikan cinta dengan mahkota para ulama sufi.

Ia menyebut, ketika seseorang merenungi ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya Al-Fatihah, ia akan mendapati bahwa rukun Islam sebetulnya ada tiga. Pertama, cinta (al-hubb). Kedua, harapan (al-raja). Ketiga, kecemasan (al-khauf). Cinta menjadi awalan karena darinya berkembang perkara-perkara substantif seperti kelembutan, kasih sayang, kerinduan, dan lainnya.

“Dalilnya al-hubb adalah alhamdulillahirabbil alaminAr-raja adalah arrahmanirrahim. Kemudian al-khauf itu maliki yaumiddin,” katanya.

Menurutnya, cinta seharusnya tidak hanya disebarkan di keluarga, tetapi juga di sosial dan juga lingkungan/bumi. Dalam Islam, bumi adalah ibu manusia karena dia dilahirkan dari bumi. Siapa yang tidak mencintai bumi maka ia tidak mencintai ibunya.

Seminar internasional ini diawali Keynote Speech oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, lalu mengundang dan menghadirkan banyak unsur se-Sulawesi Selatan, nasional bahkan internasional. Hadir di lokasi acara, lebih dari 200 tokoh. Selain itu, ada lebih dari 1.000 peserta yang mengikutinya secara virtual melalui aplikasi zoom. Acara ini juga disiarkan melalui chanel YouTube As’adiyah.

Dehumanisasi dan perusakan lingkungan adalah dua tantangan besar yang saling berkaitan dalam kehidupan modern. Dehumanisasi merujuk pada hilangnya nilai kemanusiaan, baik dalam sistem sosial, ekonomi, maupun politik, yang menjadikan individu atau kelompok manusia sekadar alat bagi kepentingan tertentu. Sementara itu, perusakan lingkungan adalah dampak eksploitasi alam yang sering kali dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem.

Baca Juga  Pengurus FPI Bebas dari Penjara, Haruskah Kita Takut?

Kedua isu ini sering berjalan beriringan. Kapitalisme yang tidak terkendali, misalnya, tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, tetapi juga mengabaikan kesejahteraan manusia dengan menempatkan keuntungan di atas nilai-nilai kemanusiaan. Pekerja diperlakukan sebagai mesin produksi, masyarakat adat kehilangan hak atas tanah mereka, dan polusi meracuni kehidupan generasi mendatang.

Dalam perspektif Islam dan maqāṣid al-sharī‘ah (tujuan-tujuan syariat), perlindungan jiwa (hifẓ al-nafs) dan perlindungan lingkungan (hifẓ al-bī‘ah, yang sering dikaitkan dengan hifẓ al-māl dalam konteks ekonomi) menjadi prinsip utama yang harus dijaga. Islam mengajarkan keseimbangan antara manusia dan alam, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-A‘rāf: 31, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya…”

Melawan dehumanisasi berarti mengembalikan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia dengan memastikan keadilan sosial, ekonomi, dan politik. Sementara itu, melawan perusakan lingkungan berarti menjaga kelestarian bumi sebagai amanah dari Allah. Dengan pendekatan holistik yang melibatkan etika, kebijakan, dan kesadaran kolektif, keduanya dapat diperangi demi keberlanjutan hidup manusia dan keseimbangan alam.

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.