Pusat Studi Al-Quran (PSQ) menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Milad PSQ ke-20 pada Sabtu pagi (28/09).
Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB ini berlangsung di halaman PSQ, Jakarta, dengan dihadiri oleh berbagai tokoh dan cendekiawan muslim terkemuka.
Acara dibuka dengan sambutan Ketua Yayasan Lentera Hati, Ahmad Fikri Assegaf, dilanjutkan dengan tausiyah yang disampaikan oleh K.H. Bahaudin Nursalim (Gus Baha) dan Prof. M. Quraish Shihab, pendiri PSQ. Dr. Muchlish Hanafi, Direktur PSQ, bertindak sebagai moderator dalam sesi tausiyah tersebut. Doa penutup dipimpin oleh K.H. Akhsin Sakho, Ketua Dewan Pakar PSQ.
Dalam tausiyahnya, Gus Baha menyoroti dakwah Nabi Muhammad SAW yang berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya. Menurut Gus Baha, Nabi Muhammad adalah Nabi yang diminta oleh Allah untuk tidak seperti nabi sebelumnya, yaitu melaknat kaumnya saat tidak mau beriman, seperti Nabi Nuh atau Nabi Yunus. Rasulullah diminta untuk selalu bersabar meskipun disakiti.
Gus Baha mengutip Imam as-Syadili yang menyebutkan bahwa jika Nabi Nuh tahu bahwa akan ada gen-gen muslim yang lahir dari keturunan kaumnya yang kafir, ia tidak akan melaknat kaumnya.
Sementara itu, Prof. Quraish Shihab membahas ayat Al-Quran surat At-Taubah: 128. Ia menjelaskan bahwa ayat tersebut menunjukkan kasih Rasulullah kepada umatnya. Guru Besar Tafsir UIN Jakarta ini menyebutkan bahwa Rasulullah memiliki sifat Rauf, yang berbeda dengan Rahman dan Rahim.
Jika Rahman hanya memberi berdasarkan kebutuhan kita, Rauf itu memberi lebih dari yang kita butuhkan. Beliau juga menambahkan bahwa sifat Rauf Rasulullah terhadap umatnya mencerminkan betapa besar rasa sayang nabi kepada umatnya.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah intelektual Islam, di antaranya Prof. Said Aqil al-Munawar, TGB Zainul Majdi, Lukman Hakim Saifuddin (mantan Menteri Agama RI), Ulil Abshar Abdalla (Ketua PBNU dan Dewan Pakar PSQ), Prof. Hamdani Anwar, Dr. Badriyah Fayumi, Dr. Faizah Ali Syibromalisi, Dr. Lilik Ummi Kaltsum, dan sejumlah akademisi serta cendekiawan lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Lentera Hati, Ahmad Fikri Assegaf, menyampaikan apresiasi atas dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu aktivitas PSQ dalam membumikan Al-Quran di Indonesia.
“Pekerjaan kami terasa ringan karena bantuan dari banyak pihak, baik pemerintah pusat, daerah, para donatur, volenter, santri, dan alumni,” ucapnya. Ia berharap dukungan ini akan terus berlanjut untuk masa depan PSQ hingga 60 atau 80 tahun ke depan.
Dr. Muchlish Hanafi saat memandu acara juga menyebutkan bahwa PSQ kini telah menjadi pusat Al-Azhar di Indonesia.
“Grand Syekh al-Azhar memberikan nama Markaz al-Azhar lid Dirasat al-Quraniyah kepada PSQ saat kunjungannya pada tahun 2016. Ini menegaskan bahwa PSQ sejalan dengan manhaj Wasathiyatul Islam, yang mengedepankan moderasi dan keseimbangan dalam berislam,” ujar Dr. Muchlish.
PSQ juga terus mengembangkan berbagai program, seperti Pendidikan Kader Mufassir, platform digital Cariustadz, digitalisasi Tafsir Al-Mishbah, dan berbagai program lainnya, sebagai upaya untuk menyebarkan pemahaman Al-Quran yang moderat di tengah masyarakat Indonesia yang multikultural.