Home / News / Bangkit, Bergerak, Berdaulat: Suara Muda untuk Bumi dan Kebijakan!

Bangkit, Bergerak, Berdaulat: Suara Muda untuk Bumi dan Kebijakan!

Bangkit, Bergerak, Berdaulat: Suara Muda untuk Bumi dan Kebijakan!

jalanhijrah.com – Jambore Orang Muda 2025 menjadi wadah penting bagi generasi muda untuk bertemu, belajar, dan memperdalam pemahaman mereka terhadap isu perubahan iklim serta berbagai persoalan sosial yang berdampak pada masa depan anak-anak.

Selama dua hari kegiatan berlangsung, para peserta tidak hanya berbagi pengalaman, tetapi juga meneguhkan komitmen bersama untuk memperkuat peran anak muda dalam proses perumusan kebijakan publik.

Salah satu peserta asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Petrus Bala Liman, mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan mengikuti kegiatan ini. Ia menilai bahwa suara dan pengalaman generasi muda perlu mendapat ruang dalam pengambilan keputusan, khususnya yang berkaitan dengan isu lingkungan dan sosial.

“Rasanya sangat menyenangkan bisa bertemu dengan teman-teman dari seluruh Indonesia. Saya berharap aspirasi yang kami sampaikan tidak hanya didengar, tetapi juga mendapatkan tindak lanjut,” ungkap pada Selasa (28/10/2025).

Ia menekankan pentingnya pemerintah dan pemangku kebijakan membuka ruang dialog yang lebih inklusif. “Pemerintah sebaiknya melibatkan anak muda dalam diskusi sehingga solusi yang dihasilkan benar-benar berangkat dari pengalaman kami,” tambahnya.

Petrus juga berharap kegiatan seperti Jambore Orang Muda bisa diselenggarakan secara berkelanjutan. Menurutnya, anak muda sering disebut sebagai agen perubahan, sehingga kesempatan untuk berkembang dan membangun jejaring perlu diperluas. “Kegiatan seperti ini sebaiknya diagendakan setiap tahun,” tuturnya.

Sementara itu, Devy Sentuf, peserta asal Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, menilai Jambore ini menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran tentang isu krisis iklim, pernikahan anak, dan perlindungan hak asasi manusia. Ia menyampaikan bahwa dampak perubahan iklim di Papua sudah sangat nyata dan langsung dirasakan oleh masyarakat.

“Isu pernikahan anak, perubahan iklim, dan hak asasi manusia harus kita tangani bersama. Di Papua, dampak perubahan iklim sangat terasa—teriknya panas dan suhu yang semakin ekstrem. Saya berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti di sini, tetapi terus berlanjut dan melibatkan lebih banyak anak muda yang peduli,” ujarnya.

Kesan mendalam juga disampaikan oleh Suparianto, peserta asal Sulawesi Utara sekaligus terpilih sebagai Presiden Orang Muda 2025. Salah satu momen yang menurutnya paling berkesan adalah malam budaya, di mana keragaman identitas peserta dari berbagai daerah ditampilkan.

“Momen itu sangat berarti karena kami bisa menunjukkan siapa kami sebagai anak muda Indonesia,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa generasi muda memiliki perhatian besar terhadap isu lingkungan, karena dampaknya langsung menyentuh masa depan anak-anak. “Krisis iklim menjadi ancaman utama bagi masa depan anak-anak. Berdasarkan data UNICEF, bahkan perubahan curah hujan dapat meningkatkan risiko pernikahan dini. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga persoalan kemanusiaan,” pungkasnya.

Tag: