Secara harfiah, overthinking berarti terlalu berlebihan dalam pemikiran. Hal ini dapat diartikan sebagai kebiasaan memproses berbagai pikiran secara berlebihan, meskipun pada hakikatnya apa yang dipikirkan tersebut tidaklah penting atau bukan merupakan kebutuhan.
Dalam tulisan Emotional Knots and Overthinking (2018), Petric, D. menyebutkan bahwa overthinking dapat termanifestasi dalam berbagai konteks, seperti kekhawatiran tentang masa depan atau pandangan orang lain terhadap diri sendiri. Akibatnya, hal ini sering kali memicu gejala kecemasan berlebihan.
Sementara itu, Morin, A. dalam artikel How to Know When You’re Overthinking (2020) menjelaskan bahwa meskipun overthinking terlihat seperti upaya menciptakan solusi atau menggali perspektif baru, nyatanya ini lebih sering menghasilkan kebuntuan. Akibatnya, masalah yang dihadapi justru terlihat semakin rumit, tanpa penyelesaian yang nyata, serta memunculkan perasaan bersalah atau buruk terhadap diri sendiri.
Indikasi Overthinking
Menurut Morin, beberapa indikasi seseorang mengalami overthinking antara lain:
- Merasa bersalah atau malu secara berulang atas kejadian masa lalu.
- Sering meragukan diri sendiri dengan pola pikir “what if” (bagaimana jika).
- Terjebak dalam masa lalu dan khayalan masa depan, sehingga sulit fokus pada masa kini.
- Mengingat secara berulang apa yang orang lain katakan tentang dirinya.
- Khawatir berlebihan terhadap hal-hal yang tidak dapat ia kendalikan.
- Kesulitan mengambil keputusan dan merasa lelah secara mental.
- Sulit tidur karena pikiran tidak bisa berhenti.
Overthinking dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, overthinking yang memicu kecemasan, ketakutan, dan kegelisahan sering kali berhubungan dengan buruk sangka atau was-was. Allah SWT dalam Al-Qur’an telah memperingatkan kita untuk berlindung dari kejahatan bisikan setan, seperti yang tertulis dalam surat An-Nas ayat 4:
“Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi.” (QS. An-Nas: 4)
Setan, yang disebut sebagai al-khannas, membisikkan kecemasan ke dalam hati manusia, baik melalui jin maupun manusia. Bahkan, diri manusia sendiri dapat menjadi penyebab was-was tersebut.
Allah juga melarang hambanya berburuk sangka, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hujurat ayat 12:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Obat Overthinking dalam Islam
Islam menawarkan solusi untuk mengatasi overthinking melalui:
- Syukur
Mensyukuri segala hal yang telah terjadi sebagai bentuk menerima ketetapan Allah SWT. - Tawakal
Berserah diri atas hasil dari usaha yang dilakukan, karena pada akhirnya segalanya berada dalam kehendak Allah. - Zikir
Memperbanyak zikir untuk menenangkan hati. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rad ayat 28:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
- Doa
Doa adalah senjata ampuh seorang Muslim untuk memohon pertolongan Allah.
Doa untuk Mengatasi Overthinking
Berikut beberapa doa yang dapat dipanjatkan untuk mengatasi overthinking:
- Doa Nabi Muhammad SAW agar dimudahkan urusan
اللَّهُمَّ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْكَبِيْرُ وَأَنَا عَبْدُكَ الضَّعِيْفُ…
Artinya:
“Ya Allah, Engkaulah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Besar, sedangkan aku adalah hamba-Mu yang lemah. Tiada daya dan upaya kecuali dari-Mu. Mudahkanlah urusanku sebagaimana Engkau mudahkan urusan Fir’aun kepada Musa.”
- Doa agar dihindarkan dari rasa cemas
اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحزَنِ…
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan kecemasan, dari kelemahan dan kemalasan, serta dari beban hutang dan tekanan orang-orang jahat.”
- Doa meminta perbaikan urusan
اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِي…
Artinya:
“Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan. Janganlah Engkau bebankan aku walau sekejap mata, dan perbaikilah segala urusanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau.”