Jalanhijrah.com –ebelum bulan Ramadan tiba, ramai ustaz-ustaz menyebut bahwa kultum setelah selesai salat tarawih adalah pekerjaan yang bidah. Ia mempermalahkan kultum dengan argumen bahwa di masa Sahabat, Tabiin, dan Rasulullah tidak pernah melaksanakannya.
Dengan berlandasan alasan demikian, maka ustaz-ustaz dadakan ini, langsung mengecap bahwa mereka yang mengerjakan kultum adalah mengerjakan perbuatan yang dilarang agama. Bagi mereka, sesungguhnya pekerjaan kultum merupakan pekerjaan yang sia-sia.
Kultum menurut ustaz dadakan ini artikan dengan sebutan, “kuliah terserah antum”. Mereka mengatakan, bahwa di sebagian masjid kita, kultum seakan-akan sunah dan seakan-akan kultum adalah bagian dari tarawih. Menurut ustaz ini, kultum baru ada belakangan di Indonesia. Bahkan ustaz dadakan ini menuduh bahwa sebagian muslim ingin melanggengkan kultum tersebut sehingga terkesan sunah.
Bagi banyak orang, di atas itu adalah tuduhan yang serius. Karena tidak melihat alasan-alasan dan fakta di lapangan mengapa kultum diadakan. Menuduh bahwa kultum ingin dilanggengkan dan ingin dijadikan sebagai sunah adalah tuduhan yang jauh dari fakta. Bahkan itu terkesan fitnah.
Mengapa? Karena jika kita melihat fakta di lapangan, tidak ada orang yang mengadakan kultum punya visi-misi untuk menyaingi ritual yang lainnya. Apalagi kultum bukanlah pekerjaan yang buruk dan dilarang oleh agama. Malah menjadikan dan mendatangkan hal-hal baik di baliknya selama bulan Ramadan.
Kalau kita mengakui secara jujur, kultum adalah pekerjaan yang baik. Karena di dalam kultum itu sendiri, selalu memberikan tausiah-tausiah yang membikin hati dan jiwa tentram. Dengan kultum, seseorang diingatkan dari beberapa kesalahan-kesalahan dunia yang mendasar, untuk kemudian bisa direfleksikannya, dan dipertobatkan.
Bidah Dulu, Mengkafirkan Kemudian
Membidahkan kultum dengan kategori yang jelek, sebenarnya bisa kembali kepada diri sendiri. Karena, orang yang bidahkan tersebut, ia suka berkultum dengan para Jemaah di masjidnya. Setelah salat atau pengajian-pengajian lainnya, ustaz-ustaz ini juga kultum dengan berbagai cara dengan basis tema yang berbeda. Sampai di sini, bagi saya sendiri, tidak ada masalah.
Namun yang menjadi masalah, ustaz-ustaz yang sering membidahkan segala sesuatu, seringkali ia juga menjadikan bidah sebagai pengkafiran. Awalanya bisa saja membidahkan, tetapi kemudian ia berani mengkafirkan seseorang. Dan ini jamak kita lihat di beberapa ceramah-ceramah ustaz-ustaz dadakan tersebut.
Jika demikian yang terjadi, maka jangan salah, bila Islam terlihat kaku dan menakutkan. Islam yang ramah pada masalah kesosialan, menjadi terlihat mundur dan menyengsarakan. Kafir mengkafirkan adalah tindakan yang sedikit lagi bakal sampai menuju kepada tindakan radikal dan terorisme. Dan ini tidak perlu diragukan lagi, karena sudah banyak bukti-bukti di lapangan yang terjadi.
Manfaat Kultum di Bulan Ramadan
Padahal, kultum jika kita sadari dan telaah secara sabar, sangat banyak manfaatnya kepada Jemaah dan masyarakat secara luas. Kultum yang dilaksanakan secara singkat setelah usai salat tarawih, sangat menambah keilmuan dan wawasan keagamaan. Orang-orang yang mendengarkan kultum, bisa mengetahui sesuatu yang belum pernah ia ketahui, utamanya dalam agama.
Dengan kultum, orang dapat bersadar diri dengan beberapa ucapan, ayat Qur’an atau hadis-hadis yang dipakai oleh penceramah. Dengan demikian, maka Jemaah bisa mengintropeksi diri dari apa yang telah ia kerjakan sebelumnya. Bahkan dengan kultum seseorang bisa tobat dan selamat di sepanjang hidupnya di dunia dan akhirat.
Maka dengan demikian, adalah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kultum bisa membawa umat ini kepada jalan kebaikan. Ia bisa membawa manusia kepada jalan pikiran yang tenang dan lebih terbuka. Ia juga bisa menangkap ajaran dan hikmah-hikmah yang postif di baliknya, sehingga dengan sendirinya, kultum memberikan energi positif dalam keagamaan dan kehidupan seseorang. Kultum juga bisa dijadikan basis pengajaran bagi anak-anak kecil untuk bisa tampil di depan. Dari situ, ia bakal tambah berani untuk menjadi tokoh-tokoh penerus keagamaan selanjutnya.
Dan yang lebih bermanfaat, kultum menjadikan kita lebih gigih lagi medalami kehidupan dan keagamaan. Jika kultum sedemikian banyak manfaatnya, mengapa banyak ustaz-ustaz mempermasalahkan kultum di bulan puasa ini? Tidak habis thingking!
*Penulis: Agus Wedi Peminat Kajian Sosial dan Keislaman