Imam Az-Zuhri, Ahli Hadis yang Penuh Hikmah

Jalanhijrah.com- Kisah ini tentang seorang ulama tabiin yang ahli dalam ilmu hadis, pemimpin besar dalam bidang hadis, serta guru dari Imam Malik al-Laits, Ibnu Abi Dza’ab, dan yang lain dari pengikut para tabiin.

Ia adalah Imam Az-Zuhri. Seorang imam yang terhormat dan mulia. Az-Zuhri termasuk seorang pakar dalam hafalan, kecerdasan, dan keilmuan, hingga Said bin Musayyib memujinya. Ia berkata, “Barang siapa yang meninggal dunia dan meninggalkan orang sepertimu, maka ia tidaklah meninggal.”

Allah Swt. memberikan jalan kehormatan dan kemuliaan kepadanya di dunia dan akhirat. Az-Zuhri merupakan tabiin yang banyak mempunyai harta, dermawan, dan mempunyai jabatan penting dalam pemerintahan Bani Umayyah. Ia termasuk orang pertama yang menyusun ilmu hadis atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan sering bepergian antara Syam dan Hijaz. Bernama lengkap Muhammad bin Muslim bin Abdillah bin Syihab bin Abdillah bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Beliau lahir pada 50 Hijriah dan bertempat tinggal di Syam.

Pujian para ulama kepadanya sesuai dengan kapasitas ilmu yang dimiliki Imam Az-Zuhri. Bahkan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah menggambarkan seperti apa sosok beliau. Suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul Aziz bertanya, “Apakah kalian mau menemui Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri)?” mereka menjawab, “Kami akan melakukannya.” Ia berkata “Temuilah ia karena sesungguhnya tidak ada yang tersisa saat ini orang yang lebih tahu tentang sunah Rasulullah saw. daripadanya.”

Dari Al-Laits, ia berkata, “Aku belum pernah melihat seorang ulama yang lebih spesialis daripada Az-Zuhri. Jika ia berbicara tentang keutamaan dalam ibadah, maka kamu akan berkata, ‘Tidak ada yang lebih baik penjelasannya darinya.’ Ketika ia berbicara tentang nasab orang Arab dan non-Arab, maka kamu akan berkata, ‘Tidak ada yang lebih baik penjelasannya daripada ia.’ Ketika ia berbicara tentang Al-Qur’an dan Sunah, kamu juga akan mengatakan hal yang sama, ‘Tidak ada yang lebih baik penjelasannya daripada ia.’.”

Sebab-Sebab Keunggulannya di Bidang Ilmu Pengetahuan

Ketinggian ilmu Imam Az-Zuhri tentu memiliki sebab. Di antara hal yang membuat beliau lebih unggul di antara ulama tabiin di masanya, yaitu pertama, kekuatan hafalannya. Siapa pun yang menelusuri lembar sejarah Islam, pasti akan memiki rasa takjub mendalam terhadap para ulama. Salah satu rasa takjub itu adalah kekuatan hafalan para ulama yang begitu menancap. Salah satu diantara mereka yang memiliki daya ingat kuat adalah Imam Az-Zuhri.

Baca Juga  Rabbab binti Umru al-Qais, Istri Cucu Rasulullah

Adz-Dzahabi berkata, “Dari kehebatan hafalan Az-Zuhri adalah dia menghafal Al-Qur’an dalam 80 malam. HaI ini dikisahkan darinya oleh keponakannya Muhammad bin Abdillah.” Dari Abdurrahman bin Ishaq dari Az-Zuhri, dia berkata, “Aku sama sekali belum pemah mengulangi sebuah hadis dan juga tidak ragu dalam menghafalnya kecuali hanya satu saja, kemudian aku menanyakannya kepada temanku dan temyata hadis itu memang seperti yang telah aku hafal.” Dari Al-Laits, dia berkata, “Ibnu Syihab pernah berkata, “Aku belum pernah menghafal sesuatu pun dalam suatu perkara, lalu lupa begitu saja.”

Kedua, menulis semua apa yang didengarnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Kami saat itu sedang belajar dan menulis tentang halal dan haram, dan Ibnu Syihab menuliskan semua yang didengarnya. Ketika ada seseorang yang merujuk pada tulisannya, aku baru tahu bahwa ia adalah orang yang paling tinggi ilmu pengetahuannya.” Dari Muhammad bin Ikrimah bin Abdirrahman bin Harits bin Hisyam, ia berkata, “Ibnu Syihab agak berbeda dengan Al-A’raj. Az-Zuhri pernah belajar pada Al-A’raj. Ketika Al-A’raj sedang menulis mushaf, Az-Zuhri bertanya kepadanya tentang hadis, lalu Az-Zuhri mengambil selembar kertas dan menulisnya. Setelah itu Az-Zuhri menghafalnya. Ketika ia telah hafal, kertas itu lalu dirobeknya.”

Ketiga, selalu mengulang dan mempelajari ilmu yang telah diperoleh. Imam Az-Zuhri, pernah berkata, “Ilmu pengetahuan sirna karena penyakit lupa dan tidak mempelajarinya.” Dari Ya’kub bin Abdirrahman ia berkata, “Sesungguhnya Az-Zuhri pernah menuntut ilmu kepada Urwah dan yang lain, kemudian ia membangunkan seorang budak perempuan yang masih tertidur, lalu ia berkata kepadanya “Si Fulan sedang begini, begini.” Si budak itu berkata, “Apa ini?” ia kemudian berkata, “Aku tahu bahwa kamu tidak dapat memanfaatkannya, akan tetapi aku sudah mendengar dan aku ingin mengingatnya (mempelajarinya).”

Keempat, sering mendekat dan berteman kepada orang yang berilmu serta memberikan sedikit banyak pengabdian kepada mereka. Imam Az-Zuhri pernah menceritakan, “Aku pernah mengikuti/ menemani Said bin Musayyib dalam mencari sebuah hadis selama tiga hari.”

Baca Juga  Fathimah binti Abdul Malik, Menanggalkan Kemewahan Menuju Kesederhanaan

Dari Mu’ammar, dia berkata, “Aku pernah mendengar Az-Zuhri berkata, “Kedua lututku pernah menyentuh lutut Said bin Musayyib (memijat/mengabdi) selama delapan tahun.”

Kelima, memuliakan orang yang berilmu. Dalam satu riwayat dikisahkan jika Imam Az-Zuhri ingin ke rumah Urwah, beliau langsung duduk di depan pintu rumahnya lalu pergi dan tidak sampai berani masuk ke rumah. Jika beliau ingin masuk, maka beliau bisa saja memasukinya karena tidak ada penjaga dan kuncinya, tetapi beliau ingin menghormati Urwah sebagai orang berilmu.

Keenam, berusaha melakukan hal-hal yang membantu hafalan dan menghindari kelupaan. Imam Az-Zuhri pernah berkata, “Barang siapa yang senang menghafal hadis, maka hendaklah ia sering makan Zabib (anggur kering).” Beliau juga menambah asupan makanannya dengan rutin meminum madu. Beliau sering begadang malam dengan minuman madu sebagai hidangannya, sebagaimana ahli minum (minum untuk mengobrol) dengan minuman mereka.

Perhatian Imam Az-Zuhri terhadap ilmu luar biasa. Bahkan, dalam hal makanan, beliau memperhatikan apa saja yang bisa membantu meningkatkan daya ingat beliau. Segala ikhtiar beliau dalam mengikat ilmu dilakukan. Mulai berguru, belajar, hingga makanan.

Masuknya Imam Az-Zuhri di Bani Umayyah dan Ketegasannya Membela Kebenaran

Ibnu Abi Dzu’ab berkata, “Saat itu keuangan Az-Zuhri terdesak, ia terlilit uutang, kemudian ia pergi ke Syam dan duduk bersama Qubaishah bin Dzu’aib.”

Ibnu Syihab berkata, “Ketika kami sedang dalam perbincangan malam bersamanya, tiba-tiba utusan Khalifah Abdul Malik mendatanginya. Utusan itu berkata, ‘Siapa di antara kalian yang mengetahui keputusan Umar bin Khaththab mengenai pembagian warisan bagi seorang ibu dan beberapa putranya?’ Aku berkata, ‘Aku.’ Ia berkata, ‘Berdirilah dan ikut denganku.’ Kemudian, kami menghadap Khalifah Abdul Malik, saat itu ia sedang duduk di atas singgasananya, dan di antara kedua tangannya terdapat sebuah lilin, ia bertanya, ‘Siapa kamu?’ Aku pun lalu menyebutkan nasab dan jati diriku, lalu ia berkata, ‘Jadi ayahmu adalah orang yang lantang bicara (berani) saat terjadi fitnah (Fitnah Ibnu Al-Asy’ats dengan Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi).’ Aku berkata, ‘Wahai Amirulmukminin, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa yang telah lalu.’ Ia berkata, ‘Duduklah!’ kemudian aku duduk. Ia bertanya, ‘Apakah kamu dapat membaca Al-Qur’an?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku bisa.’ Ia berkata, ‘Bacalah dari surat ini sampai ke sini.’ Kemudian aku membacanya. Ia bertanya lagi, ‘Apakah kamu banyak tahu tentang pembagian harta warisan?’ Aku menjawab, ‘Ya,’ Ia bertanya lagi, ‘Apa pendapatmu tentang seorang perempuan yang meninggalkan warisan untuk suami dan kedua orang tuanya?’ Aku berkata, ‘Suaminya mendapatkan setengah jumlah harta, ibunya mendapat seperenam, dan sisanya untuk ayahnya.” Ia bertanya lagi, ‘Lalu mana dalilmu?’ Aku berkata, ‘Said bin Musayyib telah memberitahukan kepadaku dengan menjelaskan tentang keputusan Umar dalam pembagian warisan seorang perempuan terhadap anak-anaknya.’ Khalifah selanjutnya berkata, ‘Memang itulah yang pernah dikatakan Said bin Musayyib kepadaku.’ Kemudian aku berkata, ‘Wahai Amirulmukminin bayarkanlah utang-utangku.’ Ia berkata, ‘Baiklah.’ Aku berkata, ‘Dan bagianku?’ Ia berkata, ‘Demi Allah, tidak ada, aku tidak pernah memberikannya kepada seorang pun (bagian harta).’ Kemudian dia bersiap-siap ke Madinah.”

Baca Juga  Malu, Warisan Akhlak Dari Para Nabi

Mutiara Hikmah Imam Az-Zuhri

Kemuliaan Imam Az-Zuhri telat tercatat secara gemilang dalam lembaran sejarah peradaban Islam. Perlakuannya terhadap ilmu patut dicontoh generasi abad ini. Tentang cara harus mendekat dan berkawan baik dengan ahli ilmu dan memuliakan para guru. Semua beliau contohkan dalam sikap dan perbuatannya.

Tidak kalah indah, untaian nasihat beliau menjadi pelajaran berharga untuk kita. Beliau pernah mengatakan, “Perbanyaklah melakukan sesuatu yang tidak akan disentuh api neraka.” Lalu ada yang bertanya, “Apakah itu?” Beliau menjawab, “Perbuatan baik.” Beliau juga mengatakan, “Tidaklah Allah Subhanahu wa Taala itu diibadahi (disembah) dengan sesuatu yang lebih afdhal dibanding dengan ilmu.”

Imam Az-Zuhri bertutur, “Para ulama sebelum kita berkata, “Berpegang teguh dengan sunah adalah keselamatan, sedangkan ilmu dicabut dengan begitu cepatnya. Dengan kemuliaan ilmu tegaklah agama dan dunia, dan dengan hilangnya ilmu hilang pula agama dan dunia.”

Semoga Allah merahmatinya. Semoga kita mampu mengambil keteladanan Imam Az-Zuhri sebagai ahli hadis yang penuh hikmah.

Penulis

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *