Jalanhijrah.com-Terkadang kita sering mendengarkan cerita dari orang tua, nenek atau kerabat tentang pengalaman mereka dikala hamil dan melahirkan. Beragam cerita datang, lengkap dengan kronologi yang detail. Bahkan cerita itu menjadi turun temurun seperti kisah yang tak lekangoleh waktu. Itu membuktikan bahwa proses hamil dan melahirkan adalah momen luar biasa yang tak terlupakan dalam hidup manusia.
Tahukah bestie ketika ibu hamil, bapak juga hamil lho. Gimana sih maksudnya?. Kan didalam perut bapak ga ada janinnya. Iya, tapi kan sel, DNA, kromosom, sperma (semua saham) itu tadi ada di janin yang dikandung ibu. Karena janin yang ada di perut ibu adalah separuh diriayah dan separuhnya lagi diri ibu.
Pada dasarnya proses kehamilan adalah perjalanan spiritual dan holistik. Karena kehamilan adalah sebuah keajaiban yang melibatkan body, mind, and soul dari sepasang insan manusia. Dari peristiwa yang sakral ini kita bisa melihat secara nyata bukti kebesaran Alloh Swt yang mana sejak peristiwa bertemunya dua sel yang sering disebut dengan istilah konsepsi, berkembang menjadi triliunan sel, mempunyai jiwa, dan menjadi manusia mungil yang sering kita sebut sebagai bayi.
Saat hamil, seorang ibu akan mengalami perubahan baik fisik, psikologis, maupun emosional yang membuatnya merasakan ketidaknyamanan. Mungkin banyak calon ayah yang belum mengetahui tentang perubahan yang akan dialami istrinya pada masa kehamilan. Padahal disaat hamil, seorang istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan tersebut.
Dukungan dari suami dalam bentuk komunikasi suportif dapat membantu istri dalam meregulasi perubahan baik fisik, psikologis, dan emosinya agar ia mampu menjalani masa kehamilannya dengan nyaman. Sehingga pada akhirnya nanti mampu menjalani persalinan dengan nyaman, bebas dari trauma, dan bebas dari segala intervensi yang tidak perlu.
Menurut Jones dan Bodie dalam bukunya yang berjudul Supportive Communication, komunikasi suportif dalam membantu regulasi emosi adalah perilaku verbal dan non-verbal yang dilakukan dengan tujuan utama meningkatkan kondisi psikologis dan emosional dari orang yang diajak bicara sehingga mereka mampu mengatasi masalahnya, tidak hanya berupa dukungan informasi.
Bentuk bantuan verbal misalnya seperti menggambarkan ketidak nyamanan yang dialamioleh individu dan berempati. Sedangkan bentuk perilaku non-verbal seperti menjaga kontak matadan kedekatan dengan individu yang menjadi lawan bicara.
Tujuannya adalah membantu individu untuk merasa lega dari perubahan emosi yang dirasakan. Komunikasi suportif terdiri dalam beberapa aspek yaitu, empati, menghormati, jujur, tidak menghakimi, memberdayakan, praktis atau dapat dipahami, serta menjaga rahasia.
Pada masa kehamilan, dukungan yang bisa dilakukan oleh suami kepada istri dapat berupa perhatian, pengertian, terlibat aktif dalam kerja-kerja ruang domestik dan yang tidak kalah penting yaitu ikut aktif mengedukasi dan memberdayakan diri perihal ilmu kehamilan.Salah satunya adalah mengikuti kelas couple prenatal gentle yoga.
Menurut Bidan Erie Tiawaningrum yang juga merupakan praktisi prenatal gentle yogadan hypnobirthing, couple prenatal gentle yoga memiliki beberapa manfaat seperti, meningkatkan kesadaran tubuh, kekuatan, stabilitas, optimalisasi posisi janin, dan relakasasi yang lebih dalam sebagai persiapan persalinan baik untuk ibu maupun ayah.
Manfaat lainnya yaitu menguatkan otot-otot tubuh serta menjaga kebugaran badan dan kesehatan ibu dan ayah, melatih kemampuan bernafas dengan tenang dan menenangkan pikiran, menguatkan hubungan ayah dan ibu dengan meningkatkan kesadaran bahwa kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah proses yang harus dijalani bersama oleh ayah dan ibu.
Ketika pasangan dilibatkan dalam prenatal gentle yoga, suami lebih siap dan tidakbingung saat menghadapi hari persalinan karena ikut mempelajari bagaimana cara relaksasi saat istri mengalami gelombang cinta (mules) dalam persalinan. Suami juga bisa ikut berperan mendampingi persalinan dengan menyemangati dan membantu mengingatkan istri tentanggerakan yoga yang dapat melancarakan persalinan.
Secara emosional dan psikologis ketika ibu merasa happy melakukan yoga bersama ayah, hormon endorphin produksinya akan meningkat. Pada saat inilah rasa nyaman ibu juga bisa dirasakan oleh janin. Momen ini menjadi time to bonding with baby untuk ibu dan ayah dalam merasakan kasih sayangnya, nyamannya, dan janin pun turut merasakan kedekatan keduanya.
Proses hamil dan melahirkan itu ibarat kita akan melakukan pendakian gunung. Karena melahirkan dengan nyaman dan minim rasa sakit itu perlu latihan yang konsisten. Sehingga harus benar-benar diupayakan dan dipersiapkan semaksimal mungkin oleh calon ayah dan calonibu secara lahir dan batin.
Keterlibatan suami sangatlah penting dari masa kehamilan, hingga pengasuhan anak nanti. Suami yang ikut dalam couple prenatal gentle yoga, akan lebih menyadari dan paham tentang keluhan atau masalah yang dialami ibu hamil terutama kebutuhan fisik. Selain itu suami juga bisa mengingatkan dan memberi arahan agar ibu setiap harinya menjaga postur tubuhnya dengan baik untuk mengurangi keluhan dan mempermudah proses kelahiran.
Berbekal pengetahuan yang cukup dan latihan yang konsisten, ayah dan ibu nantinya bisamenjalani kehamilan dengan sadar dan bertanggung jawab dengan mengelola potensi yang sudah Alloh berikan. Jika kita ikhlas dan acceptance serta menghargai setiap usaha, maka proses ini bisa menjadi momen indah melahirkan sang buah hati yang dipenuhi energi positif.
Kalau ditarik mundur ternyata parenting itu dimulai sejak kita memilih pasangan. Karena kenyataannya memilih suami itu bukan hanya sekedar memilih pasangan hidup, tapi juga partner dalam berproses membesarkan dan pengasuhan anak.
Menghidupkan prinsip komunikasi yang suportif dalam relasi rumah tangga menjadi penting untuk kita agar berhasil dalam menghadapi setiap episode kehidupan. Yuk sama-sama berusaha menjadi suami, istri, dan calon orang tua yang terus mau belajar dan lebih baik lagi setiap harinya.