Jalanhijrah.com-Tokoh kita kali ini adalah teladan bagi anak-anak yang dianugerahi Allah Swt. uang yang banyak. Namanya Yahya bin Ma’in, lahir di Baghdad, Irak, pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, 158 H.
Ayahnya seorang penulis yang handal. Namun, beliau jauh lebih hebat dari ayahnya karena dengan tangannya beliau pernah menulis satu juta hadis. Itu pun tidak hanya menyadur dari tulisan hadis yang sudah ada, tetapi masih memburu hadis kepada para ulama di seluruh negeri Islam, lalu beliau mencatatnya. Usaha ini tentu memerlukan biaya yang sangat banyak. Dari mana beliau mendapatkannya?
Beliau mendapatkan warisan yang banyak dari ayahnya, yakni sebesar 1.050.000 dirham. Semua uang itu kemudian dihabiskan untuk mencari ilmu, bukan untuk jajan atau membeli mainan seperti anak-anak pada umumnya.
Beliau memburu ilmu ke mana saja sejak kecil. Beliau menulis hadis dan menghafalkannya. Kekuatan hafalannya luar biasa dan itu diakui oleh teman-temannya. Jika ada yang membacakan hadis kepadanya, beliau langsung mampu menghafalnya tanpa harus diulangi.
Beliau memiliki guru yang banyak dari berbagai negeri Islam. Di antara gurunya adalah Abdullah bin Mubarak, Sufyan bin Uyainah, Waki’, Abdurrahman bin Mahdi,dan banyak ulama lainnya dari negeri Irak, Hijaz, al-Jazirah, Syam, dan Mesir.
Selain cerdas, beliau sangat tekun dan rajin belajar hadis. Beliau selalu dalam kondisi sibuk dengan ilmu saat bertemu dengan siapa saja. Itu pun sambil menjaga wudu. Jika batal, beliau segera berwudu.
Akhirnya beliau menjadi ulama hadis yang sangat handal. Beliau adalah orang yang paling banyak menulis hadis di zamannya. Beliau juga paling paham tentang hadis melebihi ulama hadis lain pada masa itu.
Beliau menjadi salah satu guru dari Imam Bukhari juga banyak pakar hadis lainnya. Beliau juga merupakan Imam yang paling senior di antara ulama seangkatannya, semisal Imam Ali al-Madini, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ishaq bin Rahawaih dan Imam Abu Bakar bin Abi Syaibah.
Di antara murid seniornya adalah Imam Ahmad bin Hambal, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Abu Zur’ah ar-Razi dan Abu Hatim ar-Razi, Ibrahim bin Abdillah al-Junaid, Ahmad bin Ali al-Marwazi, Ibrahim bin Ya’qub al-Juzajani dan lainnya.Di antara karya tulisnya yang terkenal adalah At-Tarikh wa Al-Ilal dan Ma`rifah ar-Rijal. Beliau mengatakan, “Saya telah menulis dengan tanganku sebanyak satu juta hadis.”
Beliau wafat pada Dzulhijjah 233 H di Madinah, ketika sedang melaksanakan ibadah haji dan dimakamkan di Pemakaman Baqi.
Ada perkataan Yahya bin Ma’in yang layak kita ingat, terkait dengan keimanan terhadap Al-Quranul Karim. Beliau berkata,
Al-Qur’anu kalamullahi ta’ala, wa laisa bi makhluuqin
“Al-Qur’an itu adalah kalam Allah Taala, bukan makhluk.”
Pengakuan dari para ulama lain terhadap beliau diantaranya:
-An-Nasa’i mengatakan, “Abu Zakariya berstatus tsiqah dan amanah, serta termasuk salah satu pakar dalam hadis.”
-Ali bin Al-Madini mengatakan, “Saya tidak pernah melihat, sejak zaman Adam, ada orang yang menulis hadis yang lebih bagus daripada tulisan Yahya bin Ma’in.”
-Yahya Al-Qaththan mengatakan, “Belum pernah ada orang yang mendatangi kami, seperti dua orang ini: Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in.”
-Imam Ahmad mengatakan, “Yahya bin Ma’in adalah orang yang paling mengerti tentang ‘ilmu rijal‘ (analisis kritis terhadap para perawi hadis).”
-Ibnu Hajar al-Asqalani menyebut dia dengan “Imam Al-Jarh wa At-Ta’dil” (pemimpin dalam masalah jarh wa ta`dil (ilmu yang membahas di dalamnya penilaian baik dan buruk/cacat dari seorang kritikus terhadap rawi hadis).
-Imam Adz-Dzahabi menyebutnya dengan “Sayyid Al-Hufazh” (pemimpin para pakar hadis). Setelah menyebutkan biografi singkat tentang Ibnu Ma’in, Imam Adz-Dzahabi mengatakan, “Yahya terlalu terkenal untuk saya bahas tentang keutamaannya.”