nasionalisme taliban

Jalanhijrah.com- Dunia sedang menyoroti Taliban yang sudah berkuasa kepada Afghanistan Keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan dengan berbagai strategi licik dan apik yang dikerahkan. Tidak tanggung-tanggung, berbagai janji manis ia berikan, khususnya kesempatan bagi perempuan untuk berkarir dan berpendidikan.

Nyatanya, janji manis tersebut belum selaras dengan implementasi yang dijalankan. Hal ini dalam sebuah video singkat yang dirangkum oleh CNN Indonesia, bahwa Taliban nyatanya melarang perempuan untuk bekerja. Shabnam Dawram, seorang jurnalis mengaku dilarang bekerja oleh Taliban. Ketakutan yang sama juga terjadi kepada Khalida Popal, mantan kapten Timnas perempuan Afgahnistan.  Taliban juga menangkap Salimah Mazary, seorang gubernur perempuan yang menentang Taliban.

Kekalutan yang terjadi di Afghanistan terus menuai rasa kasihan dan duka yang amat dalam terhadap saudara-saudara kita disana. Kita justru bisa membayangkan bagaimana riuhnya kegentingan, ketakutan yang berlebihan serta berbagai ancaman yang mengintai mereka. Hidup dalam keadaan yang tidak tenang dan penuh dengan kekhawatiran yang bermacam-macam.

Belajar dari Afghanistan

Apa yang terjadi di Afghanistan salah satu faktornya adalah tipisnya sikap nasionalis terhadap negaranya sendiri. Seperti diuraikan oleh Alto Tuger, dalam tulisannya ia menjelaskan bahwa sikap kepemilikan kepada suku menjadi utama dibandingkan dengan membela negaranya.

Bagi rakyat Afghanistan, kehormatan suku lebih besar jika dibandingkan dengan kehormatan negara. Taliban tidak perlu untuk mengeluarkan amunisi, sama seperti ISIS tidak membutuhkan penggunaan senjata yang luar biasa saat menguasai Mosul karena para aparat militer negara secara sadar meninggalkan seragam mereka sebagai aparat negara, dan kembali ke suku dan klan mereka.

Baca Juga  Membayar Hutang Atau Sedekah, Mana Yang Didahulukan?

Jika kita kita analisa, tentu sikap semacam ini pasti dimiliki oleh setiap bangsa Indonesia. Akan tetapi, sikap cinta terhadap negara nyatanya lebih besar dibandingkan dengan apapun. Sikap berani paling depan ketika ada ancaman terhadap NKRI masih tetap menjadi upaya priorioritas sebagai jati diri bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi rasa cinta terhadap negara Indonesia.

Di Indonesia, Bela negara masih menjadi semboyan yang terus mengakar dalam setiap aspek kehidupan, baik di kampus, dalam setiap institusi pendidikan yang diberikan kepada anak didik, hingga menjalankan profesi dan pekerjaan yang dipilihnya. Posisi Indonesia sebagai tanah air, tempat kehidupan yang sudah diperjuangkan oleh para founding fathers tidak akan hilang dari bangsa Indonesia.

Nasionalisme menjadi pondasi bangsa Indonesia

Kasus Taliban memang sangat jauh dengan konflik di Indonesia. Meskipun demikian, kasus ini menjadi kacamata kita bersama bahwa sikap nasionalis harus ada pada setiap bangsa Indonesia. Sehingga ancaman dan tantangan apapun yang berpotensi merusak keutuhan NKRI perlu dilawan bersama. Kebijakan penerapan hukum Islam di Afghanistan kiranya bisa kita lihat betapa massifnya persoalan semacam ini di Indonesia.

Ibarat sebuah barang, kepemilikan yang tinggi terhadap sebuah barang berbanding lurus dengan usaha mempertahankan barang yang dimiliki tersebut agar tidak diambil orang lain, bahkan berkorban nyawapun dikerahkan agar orang lain tidak bisa mencuri barang yang kita miliki.

Baca Juga  G20, MuslimahNews, dan Propaganda Bejat Aktivis Khilafah di Website

Dalam konteks Indonesia, jika melihat para pejuang khilafah di Indonesia dan membandingkan dengan kasus Taliban. Menjadi sangat mengerikan ketika pemberontak negara mengambil alih kekuasaan dengan dalil hukum Islam yang diterapkan.

Ini pelajaran penting terhadap bangsa Indonesia, untuk terus gencar mengusir dan melawan orang-orang yang mencoba menghancurkan NKRI bahkan jelas-jelas ingin mengubah sistem negara Indonesia. kelompok-kelompok pemberontak di Indonesia dengan sangat jelas menolak pancasila, menolak berbagai keniscayaan kerjasama dengan negara-negara kapitalis, dll.

Nasionalisme perlu diajarkan sejak dini kepada anak. Hal ini sebagai upaya untuk membangun kesadaran bahwa negara Indonesia yang kita cintai ini mutlak milik kita bersama, tidak bisa dihancurkan oleh siapapun, kelompok manapun dan berasal darimanapun.

Kiranya persoalan Taliban ini menjadi sebuah pesan bagi generasi Indonesia bahwa segala ancaman dan tantangan dalam sebuah negara dan kelompok-kelompok yang ingin menguasai, mengambil alih pemerintah yang sah pasti banyak. Akan tetapi, upaya-upaya massif dan sikap kepemilikan yang kuat terhadap negara Indonesia bisa menjadi salah satu harta tertinggi bangsa, yang akhirnya memperkokoh negara Indonesia sebagai negara republic yang plural, dan sangat komppleks. Wallahu a’lam

Advertisements

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *