Pengeluaran harian kadang melonjak saat Ramadan. Padahal mestinya, seseorang bisa lebih hemat karena konsumsi makanan dan minuman dibatasi. Mengapa hal itu terjadi?

Anomali manajemen keuangan bulan Ramadan ini kerap terjadi di kalangan muslim. Anggota Dewan Pengawas Syariah BTN, H. Muhammad Faiz, Lc, MA, atau yang akrab disapa Gus Faiz, mengatakan hal itu terjadi karena membelanjakan uang dalam kondisi lapar.

“Kata agama kamu jangan belanja saat lapar. Ini fenomena kita sekarang berburu takjil itu menjadikan kita mengambil semua yang kita inginkan saat kita lapar. Agama mengatakan tidak semua yang kamu inginkan itu harus kamu beli,” kata Gus Faiz dalam detikKultum, Sabtu (8/3/2025).

Gus Faiz kemudian membagikan suatu kisah yang diriwayatkan Sayyidina Umar RA. Suatu ketika, Sayyidina Umar RA melihat anaknya membawa makanan. Setelah ditanya, sang anak membeli makanan itu begitu melihatnya di pasar karena rasa lapar dan keinginannya.

“Ini yang membuat pola hidup kita salah di bulan Ramadan karena kita sejatinya tidak berpuasa secara konsisten, kita mampu menahan hawa nafsu kita selama kita berpuasa di siang hari, tetapi menjelang berbuka saat apa yang asalnya tidak diperbolehkan akan diperbolehkan kita kehilangan kontrol akan hawa nafsu kita,” terangnya.

Hawa nafsulah yang mendorong seseorang untuk membeli makanan dan minum yang sejatinya tidak diperlukan saat berbuka puasa. Semestinya perut hanya butuh satu gelas minum, tapi saat haus karena puasa rasanya ingin membeli berbagai minuman untuk melepas dahaga. Ini bisa terjadi karena kita melakukannya saat perut kosong.

Baca Juga  Kisah Gus Dur, Syair Abu Nawas, dan Lirik Al I’tiraf

“Kalau ingin menanyakan menu apa untuk besok sore misalnya, tanyakan kepada anggota keluarga saat berbuka, jangan tanya kepada mereka saat berpuasa di siang hari. Karena saat perut lapar dorongan rasa haus maka jawabannya adalah berbagai macam makanan dan beragam minuman yang sejatinya itu hanya dorongan dari hawa nafsu,” pesan Gus Faiz.

Tips kedua agar tidak boros saat Ramadan, kata Gus Faiz, kita harus ingat berbuka di bulan Ramadan bukan sarana menuntaskan hawa nafsu, tetapi itu sebatas sarana yang mengajarkan kepada kita bahwa ada saatnya makan ada saatnya berpuasa.

“Berpuasa itu tidak boleh berlebih-lebihan, dibatasi hanya sampai maghrib. Bukan orang yang sholeh kalau dia berpuasa sampai tengah malam, sebagaimana juga bukan orang yang sholeh kalau dia saat berbuka kemudian mengkonsumsi makanan dan minuman tanpa ada batasnya. Karena itu nanti tidak akan mendapatkan kebaikan,” papar Ketua Umum MUI DKI Jakarta itu.

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.