Islam di China

Jalanhijrah.com-Untuk memahami Islam di China, akan kita ulas secara singkat sebagai pengetahuan sederhana. Awal mula Islam merapat masuk ke China beberapa tahun pasca Rasulullah Muhammad Saw. tutup usia. Yaitu ketika Amirul Mu’minin pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Sungguh suatu yang luar biasa penyampai risalah islam pada waktu itu adalah Sa’ad bin Abi Waqqash.

Siapa Sa’ad bin Abi Waqqash? Dia termasuk golongan yang pertama masuk islam. Tidak hanya itu, dia juga orang pertama yang melepaskan anak panah pada perang Badar. Sekaligus menjadi orang pertama yang terkena anak panah. Dia masuk islam sejak usia 17 tahun. Dan ketika dia menyebarkan islam, belum ada istilah mahzab. Jadi islam dibawa masuk ke China benar-benar masih original (asli) dan fresh dari oven. Tidak terkontaminasi politik.

Selanjutnya, China itu negara yang selalu merahasiakan data penduduknya. Bahkan mereka tidak pernah mensensus agama penduduknya. Dalam KTP tidak ada informasi atau penjelasan tentang agama. Surat nikah pun tidak ada keterangan agama. Jadi informasi yang terpublis itu sangat tidak valid. Nah untuk tahu data tentang islam, negara hanya berpatokan kepada suku. Di negara China itu terdapat 56 suku, tapi mayoritas hanya lima suku saja. Yaitu suku; Han, Hui, Mancu, Mongol, Tibet. Suku yang beragama islam hanya Suku Hui dan Uyghur (suku minoritas). Suku Hui tersebar diseluruh China.  Namun wilayah yang menjadi konsentrasi suku tersebut adalah; Ningxia, Hainan, Gansu, Yunnan dan Qinghai. Suku Uyghur hanya tinggal di Xinjiang.

Baca Juga  Kristen Madura: Menapaktilasi Ruang Sempadan Umat Kristiani di Pulau Garam

Untuk memperkirakan jumlah populasi Islam, cukup melihat jumlah penduduk di Ningxia, Hainan, Gansu, Yunna, Qinghai, Xinjiang. Data resmi penduduk Xinjiang adalah 25 juta. Sementara peduduk muslim suku Hui di Yunnan ada 48 juta. Belum lagi daerah lain. Yang jelas Hui adalah suku mayoritas terbesar di China. Mereka semua muslim. Teman saya seorang pegawai pemerintah bagian kependudukan di China memperkirakan jumlah mereka sekitar 15% dari populasi 1,8 miliar, jadi sekitar 270 juta.  Sehinga pemeluk islam di China jumlahnya jauh lebih besar dari penduduk muslim di Indonesia dan seluruh Arab.

Suku Hui merupakan hasil perkawinan silang antara suku Han dengan orang  Arab dan Persia. Postur  tubuh mereka lebih tinggi dari orang China kebanyakan serta pada umumnya, namun kekhasannya tidak hilang yaitu mata mereka tetap sipit. Tradisi islam suku Hui pada umumya tidak mengenal Mahzab. Mereka juga tidak menggunakan agama untuk berpolitik. Cara beragama mereka sangat sederhana. Suku Hui disamping suku Han, adalah suku yang mayoritas ada dalam pemerintahan China. Namun pada umumnya suku Hui lebih banyak di militer China. Di partai mereka kurang eksis. Dalam business, suku Hui umumnya pedagang yang hebat.

Suku Hui menyebut rasul adalah Sheng-Hsien atau orang orang arif dan berguna. Sama seperti orang jawa menyebut Rasul, Kanjeng Nabi. Namun panggilan untuk Nabi adalah Ma. Banyak orang China dengan nama Ma. Seperti Jack Ma pendiri Alibaba, Pony Ma pendiri WeChat.

Baca Juga  Kesucian Bumi Adalah Fadhilah Kenabian Muhammad, Tugas Tiap Muslim Menjaganya

Mereka menyebut Allah dalam bahasa China seperti Chen Chu atau Tuhan sejati atau Chen-I atau Esa sejati, atau Chen Tsai atau Penguasa sejati. Ya sama seperti orang Jawa menyebut Allah, Gusti Pengeran, dan lain sebagainya. Sementara ajaran Islam itu mereka sebut Ch’ing-Chen Chiao atau kalau diterjemahkan ajaran yang suci dan sejati.  Jadi kalau ditanya apa agamanya? Ch’ing-Chen Chiao.

Bacaan wajib mereka kitab neo konfusian yang ditulis oleh ulama legendaris China, yaitu Wang Tai Yu. Disitu pemahaman Al Quran diterjemahkan dalam dimensi Konghu-chu. Tanpa merubah hakikat dan prinsip Rukun Islam dan Rukun Iman. Umumnya suku Hui menolak kitab tafsir dari luar. Jadi persatuan Islam diantara Suku Hui sangat kuat. Tidak ada polarisasi diantara mereka. China merupakan salah satu “rumah Muslim” kedua tertua di dunia. Masjid Kwang Tah Se di daerah Chang-an (Kanton) adalah mesjid kedua yang dibangun umat islam setelah Masjid Nabawi di Madinah.

Penulis

Antok Agusta

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *