Potret Al-Jaulani dalam Gerakan Fundamentalisme Agama

Jalanhijrah.com- Pasca Taliban menguasai Afganistan, visi kelompok fundamentalis dalam mendirikan negara Islam semakin gencar disuarakan dengan narasi kebangkitan Islam. Salah satu tokoh yang paling penting untuk di noticed adalah al-Jaulani. Ia merupakan tokoh yang cukup ciamik strateginya untuk dilihat sebagai tokoh yang baik agar bisa diterima oleh barat. Al Jaulani memiliki nama lengkap Abu Mohammad Al Jaulani yang memiliki latar belakang sebagai kader binaan alm. Syeikh Abu Muhammad Azzarqawi.

Secara keseluruhan, gerakan Ahmad al-jaulani sama dengan Taliban, yakni mendirikan pemerintah Islam. Berdasarkan latar belakang gerakannnya, pada awalnya ia ditugas oleh kelompok teroris untuk melancarkan operasi perluasan kekuasaan di Suriah. Ia diutus oleh Abu Bakar Al-Baghdadi (ISIS) untuk memanfaatkan konflik Suriah.

Ia menghimpun dan mengoperasikan milisi di Suriah dengan menggunakan bendera Jabhaat al-Nusra. Pada awal 2010 tercatat 5.000 lebih anggota yang telah bergabung. Akan tetapi terjadi peregangan dalam hubungan antar 16 front, membuat kelompok ini keluar dari instruksi ISI (Islamic State Iraq), di mana terjadi perbedaan pendapat pada visi, misi, orientasi, metode, perencanaan dan pola pemberontakan.  Saat Al Baghdadi mengklaim ingin menyatukan ISI dengan Jabhat Al-Nusra termasuk menyatukan Irak dan Suriah dalam satu negara baru, Al Jaulani menolak dan berganti baiatnya kepada Ayman al Zawahiri.  Al Jaulani membentuk organisasi Jabhat Nusrah kemudian dirubah menjadi Jabhat Fathu Syam, memilih tetap loyal kepada Al Qaeda.

Baca Juga  Parenting Islami: Pendidikan Kepada Anak

Disinilah menjadi jawaban bagi penulis yang, sempat berpikir dan bertanya, “Mengapa seluruh gerakan fundamentalisme agama tidak bersatu saja untuk menyatukan visi membangun negara Islam di seluruh dunia? Bukankah upaya itu menjadi alternatif untuk semakin menguatkan visi para organisasi serupa untuk mendirikan negara Islam di seluruh dunia? Melihat peristiwa tersebut, kita dapat mengetahui bahwa, setiap kelompok yang tercipta dengan visi besarnya mendirikan negara Islam, memiliki perbedaan dalam gerakan, pandangan bahkan pola gerakan. Setiap kelompok akan menjunjung tinggi nilai yang terdapat dalam kelompok yang diikuti. Seperti halnya baiat Al Jaulani kepada Ayman, merupakan sesuatu yang sangat penting dalam melihat pola gerakan kelompok fundamentalisme agama.

Di tengah perpecahan ini pada pertengahan tahun 2013, demi mewujudkan gagasannya menyatukan Irak dan Suriah, Al Baghdadi menambahkan istilah Levant atau Syria dalam nama kelompok mereka. Sehingga dunia mengenalnya dengan sebutan Islamic State of Irak and Levant (ISIL) / Islamic State of Irak and Syria (ISIS).

Seperti apa sosok Al-Jaulani?

Al Jaulani termasuk sosok yang sangat negosiatif dalam upaya untuk diterima Barat selayaknya kepemimpinan Taliban di Afghanistan. Gerakan yang dilakukannya, tidak serta merta langsung perang dan mengedepankan senjata pada setiap solusi yang ditawarkan. Bahkan pada penampilannya, ia menggunakan jas berdasi seperti umumnya pemimpin negara yang terkesan tidak ada kaitannya dengan Islam sama sekali. Menariknya, al Jaulani memberikan pandangan baru bahwa, untuk mendirikan negara Islam, tidak perlu anti Barat atau bahkan membenci Barat. Sehingga pandangan ini yang membuat kelompoknya akan diterima oleh Barat untuk melancarkan visi besarnya.

Baca Juga  Armenia dan Azerbaijan Didesak Akhiri Permusuhan

Kelompok Ahmad Al-Jaulani dalam beberapa sudah diterima oleh Amerika Serikat. Buktinya, keberadaan Ahmad Al-Jaulani sampai sekarang tidak pernah diusik oleh Amerika Serikat. Arah baru dalam gerakan fundamentalisme agama yang diusung oleh al Jaulani, merupakan perubahan besar yang tidak biasa dilakukan oleh kelompok serupa. Sebab biasanya, memprioritaskan perang, menghunuskan senjata ataupun bom, adalah upaya prioritas yang dilakukan oleh kelompok fundamentalis untuk mewujudkanya visinya.

Bagaimana pengaruh di Indonesia?

Nama Al Jaulani adalah sosok yang tidak terlalu familiar bagi penulis dalam pengarus utamaan teroris di Indonesia. Dibandingkan dengan Osama bin Laden, Ayman Al Zawahiri, nama Al-Jaulani tidak terlalu familiar. Meskipun demikian, bukan berarti ia tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kelompok fundamentalis di Indonesia. Berkembangnya kelompok fundamentalis di Indonesia yang memiliki kiblat kepada ISIS, al Qaeda, ataupun sejenisnya, bisa dilihat dari beberapa faktor, di antaranya:

Pertama, adanya pandangan teologis dan keimanan, yakni hubungan parallel antara misi kelompok fundamentalis dengan ramalan bahwa pada akhirnya akan berdiri Khilafah ala Minhaj Nubuwwah atau kekhalifahan Islam. Kedua, rasa simpati dan senasib sebagai umat Islam terhadap masyarakat Suriah yang mendorong masyarakat muslim di Indonesia berangkat melakukan jihad atas nama misi kemanusiaan dan “panggilan suci agama.” Mengacu kepada faktor ini, kita dapat menyimpulkan bahwa, jenis kelompok fundamentalis apapun, memiliki pengaruh terhadap gerakan fundamentalis yang ada di Indonesia untuk mewujudkan visinya dalam mendirikan negara Islam. Wallahu a’lam

Penulis

Baca Juga  Islam dan Kemajemukan Indonesia dalam era Post Truth

Muallifah

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *