Hari ini, Gen Z memiliki peluang besar untuk mengakses informasi yang berlimpah. Mereka adalah generasi yang melek teknologi, kritis, dan memiliki potensi besar untuk memimpin perubahan. Salah satu tren positif yang muncul adalah meningkatnya semangat hijrah di kalangan Gen Z—perjalanan spiritual untuk menjadi individu yang lebih baik. Namun, di tengah semangat ini, ada tantangan besar: infiltrasi ideologi radikal yang kerap memanfaatkan momen hijrah.
Radikalisme sering kali menyusup dengan cara yang halus, melalui media sosial, ceramah yang manipulatif, atau komunitas yang tampak religius tetapi menyimpan agenda ekstremis. Hal ini mengancam arah hijrah yang seharusnya menjadi perjalanan kedamaian, kebijaksanaan, dan kasih sayang.
Gen Z dikenal sebagai generasi yang haus makna. Di tengah hiruk-pikuk dunia digital dan tekanan sosial, banyak dari mereka mencari tujuan hidup yang lebih dalam. Dalam pencarian ini, sebagian menemukan narasi radikal yang menawarkan jawaban instan atas kebingungan mereka. Dengan bahasa yang meyakinkan dan pesan yang seolah “murni,” kelompok radikal menarik perhatian mereka yang sedang berada dalam fase pencarian jati diri.
Namun, tidak sedikit juga Gen Z yang sadar akan bahaya radikalisme. Mereka menolak kelompok-kelompok ini dan memilih untuk menjalani hijrah dengan cara yang damai dan inklusif. Sikap ini perlu didukung dan diapresiasi.
Hijrah yang Inklusif
Generasi Gen Z yang hijrah memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan positif. Namun, penting untuk memastikan perjalanan mereka tetap berada pada jalur yang benar—jauh dari pengaruh radikalisme. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
- Literasi Agama yang Kritis
Pendidikan agama yang moderat, rasional, dan berbasis nilai-nilai universal perlu ditekankan. Gen Z harus diajarkan untuk mengenali ajaran agama yang mempromosikan perdamaian, bukan kebencian. - Pemanfaatan Teknologi untuk Dakwah Positif
Media sosial dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan. Konten dakwah yang kreatif, relevan, dan berbasis cinta kasih akan lebih mudah diterima oleh generasi muda. - Membangun Komunitas yang Sehat
Komunitas hijrah yang inklusif dan terbuka bagi semua latar belakang dapat menjadi tempat yang aman bagi Gen Z untuk belajar dan berkembang tanpa takut terjebak dalam narasi ekstremis. - Kritik Terhadap Narasi Radikal
Generasi muda harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis agar mampu membedakan antara ajaran yang benar dengan propaganda yang menyesatkan.
Hijrah adalah perjalanan individu, tetapi dampaknya bersifat kolektif. Oleh karena itu, berbagai pihak perlu terlibat dalam mendukung Gen Z yang hijrah secara damai:
- Keluarga sebagai tempat pertama untuk memberikan fondasi nilai-nilai yang moderat.
- Lembaga pendidikan sebagai ruang untuk menanamkan pemahaman agama yang inklusif.
- Pemerintah untuk memastikan regulasi yang mencegah penyebaran ideologi radikal.
- Tokoh agama dan masyarakat sebagai teladan dalam menjalankan agama dengan bijaksana.
Gen Z adalah generasi harapan. Dengan meluruskan jalan hijrah mereka, kita bukan hanya melindungi mereka dari pengaruh radikal, tetapi juga membantu membentuk generasi yang berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Mari bersama-sama mendukung mereka agar semangat hijrah tetap menjadi cahaya yang membimbing, bukan menjadi api yang membakar.
Hijrah Menuju Islam yang Rahmatan Lil Alamin
Hijrah adalah sebuah perjalanan spiritual yang dilakukan seseorang untuk menjadi lebih baik, baik dalam hal akidah, akhlak, maupun perilaku sehari-hari. Dalam konteks Islam, hijrah bukan hanya tentang perubahan fisik atau perpindahan tempat, tetapi juga tentang transformasi hati dan pikiran menuju kebaikan yang sesuai dengan nilai-nilai agama.
Bagi generasi muda, terutama Gen Z yang hidup di era digital, semangat hijrah ini menjadi fenomena yang semakin terlihat. Namun, di tengah semangat yang membara ini, ada tantangan besar yang perlu diwaspadai: infiltrasi ideologi yang menyimpang dan bertentangan dengan nilai Islam yang sejati, yakni Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam.
Islam mengajarkan kedamaian, cinta kasih, dan penghormatan terhadap sesama manusia. Konsep rahmatan lil alamin menegaskan bahwa ajaran Islam tidak hanya membawa kebaikan bagi umat Muslim, tetapi juga bagi seluruh ciptaan Tuhan, tanpa memandang latar belakang agama, budaya, atau status sosial.
Dalam menjalani proses hijrah, setiap Muslim diajak untuk meneladani nilai-nilai ini dengan sikap yang inklusif, toleran, dan penuh kasih sayang. Sayangnya, di era keterbukaan informasi saat ini, banyak individu atau kelompok yang mencoba memanfaatkan semangat hijrah untuk menanamkan paham radikal. Mereka mengatasnamakan agama, tetapi justru mempromosikan kebencian, permusuhan, dan perpecahan.
Generasi muda sering kali menjadi target utama kelompok ini karena mereka berada pada fase pencarian jati diri. Dengan pendekatan yang manipulatif, kelompok radikal menawarkan narasi yang seolah-olah memberikan jawaban atas kebingungan dan keresahan hidup.
Mereka menggunakan bahasa agama untuk membangun legitimasi, tetapi sering kali narasi yang disampaikan jauh dari esensi Islam yang penuh kedamaian. Dalam situasi ini, penting bagi generasi muda yang ingin hijrah untuk memiliki bekal pemahaman agama yang mendalam dan benar, sehingga mampu membedakan antara ajaran Islam yang murni dengan propaganda yang menyimpang.
Hijrah menuju Islam yang rahmatan lil alamin menuntut setiap individu untuk tidak hanya memperbaiki diri secara personal, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan harmoni di tengah masyarakat. Proses ini membutuhkan keterbukaan pikiran dan hati untuk menerima perbedaan, serta keberanian untuk menolak ajakan yang merusak persatuan. Perjalanan hijrah yang sejati adalah perjalanan yang membawa seseorang menjadi pribadi yang lebih baik, yang mampu menebarkan kebaikan dan kedamaian di mana pun ia berada.
Islam sebagai rahmatan lil alamin juga mengajarkan pentingnya memahami konteks kehidupan bermasyarakat. Hijrah bukan berarti memisahkan diri dari lingkungan sosial, tetapi justru menjadi bagian dari solusi bagi berbagai permasalahan yang dihadapi umat manusia.
Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kasih sayang, dan persaudaraan, seorang Muslim yang berhijrah seharusnya menjadi teladan dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.
Peran keluarga, komunitas, dan masyarakat sangat penting dalam mendukung proses hijrah ini. Keluarga sebagai tempat pertama seseorang belajar tentang nilai-nilai kehidupan harus menjadi lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual dan emosional anak-anak mereka.
Komunitas hijrah yang inklusif dan moderat juga perlu dibangun untuk menjadi ruang yang aman bagi para pemuda yang sedang dalam perjalanan mencari makna hidup. Masyarakat luas, termasuk pemerintah dan tokoh agama, juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa ajaran Islam yang disampaikan adalah ajaran yang mencerminkan nilai-nilai rahmatan lil alamin.
Dengan semangat hijrah yang didasarkan pada Islam sebagai rahmatan lil alamin, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan bagi dunia. Hijrah bukan hanya tentang individu, tetapi juga tentang menciptakan dampak positif yang meluas.
Melalui perjalanan ini, semoga generasi Gen Z dan generasi lainnya mampu menjaga kemurnian semangat hijrah mereka, menjauhi pengaruh negatif radikalisme, dan menjadikan Islam sebagai sumber inspirasi untuk perdamaian, kebijaksanaan, dan kemajuan bersama.
Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang