Harakatuna.com – Akhir-akhir ini di jagat dunia maya, masyarakat kita dihebohkan dengan munculnya para Crazy Rich atau orang kaya yang gemar pamer kekayaan. Fenomena seperti ini, dalam istilah Ilmu sosial dinamakan Flexing. Orang yang suka berbuat Flexing biasanya akan memamerkan harta kekayaannya dari mulai mobil mewah, rumah mewah dan saldo berlimpah
Tujuan utama dari perbuatan Flexing ini tentu mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan menggiring opini publik bahwa dirinya merupakan orang kaya, seorang sultan. Lantas bagaimana Islam menyikapi fenomena Flexing ini.
Terkait fenomena ini, simaklah sebuah Hadis Nabi Muhammad ini
من رآى رآى الله به ومن سمَّع سمَّع الله به
Artinya: “Barang siapa yang beramal ingin dilihat maka Allah akan tampakkan amalan riya itu, dan barang siapa yang beramal dengan sum’ah, maka Allah akan bongkar pula amalan sum’ah tersebut”. [HR Bukhari dan Muslim]
Dari sini sudah sangat jelas bahwa siapa saja yang ingin berbuat flexing, dengan tujuan untuk pamer maka Allah akan membuka pula amalan flexing tersebut. Seperti yang kita saksikan saat ini, ada beberapa orang yang berbuat flexing, maka Allah tampakkan amalan flexingnya. Ternyata harta kekayaannya hasil dari menipu orang dan siap-siap menerima hukuman jeruji besi.
Larangan Berbuat Flexing
Perbuat flexing dalam Islam masuk dalam kategori kesombongan dan sudah barang tentu kesombongan adalah larangan dalam Islam. Dalam Al-Quran dijelaskan
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. [QS. Lukman:18]
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar, menuliskan bahwa sikap menyombongkan diri. Dikaji dari segi iman, pelakunya termasuk orang yang imannya masih cacat. Pasalnya, congkak, sombong, takabur, membanggakan diri, semuanya itu menurut penyelidikan ilmu jiwa, terbitnya dari jiwa yang ingin meminta perhatian orang lain. Ada rasa dalam jiwanya, bahwa sebelum dipuji orang , dirinya merasa rendah. Untuk itu, ia membutuhkan pujian dan diangkat. Sikap ini lahir dari hati yang bermasalah.
Walhasil, jauhilah perbuatan pamer. Karena perbuatan ini hanya akan mengantarkan pada permasalahan bukan pada kebaikan. Wallahu A’lam Bishowab
*Penulis: Ahmad Khalwani