Janji Bodong Khilafah Atas Indonesia

Jalanhijrah.com-Sungguh sayang seribu sayang, jika masih mengatakan dan percaya bahwa orang yang mempertahankan Pancasila adalah orang yang tidak menjalankan Islam secara kaffah. Kendati kebalikannya, orang yang tidak menegakkan, apalagi melarang tegaknya khilafah adalah musuh Islam atau yang memusuhi Islam. Ini contoh nyata dari pragmatisme agama. Namun, umat Islam masih banyak yang terbawa dalam cara berpikir ini tanpa mengetahui maksud yang tersembunyi di baliknya.

Alhasil, banyak di antara mereka terjebak pada rayuan gombal dari cara berpikir ala aktivis khilafah. Pikiran-pikiran itu kemudian diambil dengan cara pragmatis, yang pada saat yang sama mematikan nalar kritis dan filosofis. Akibatnya, pragmatisme terhadap sebuah ajaran khilafah mencederai agama yang mereka anggap sebagai landasan eksistensi daripada agama, bersosial, dan cara gaya hidup-bernegara mereka.

Contoh Nyata

Kasus ini tampak jelas pada sikap Ismail Yusanto, ketika dia secara terbuka mendeklarasikan bahwa Indonesia harus bersistem khilafah, karena Indonesia adalah negara yang terpilih menurutnya. Padahal, konstituennya adalah kemanusian dan keadilan yang harus ada/hidup di dalam seluruh cakupan kehidupan umat manusia.

Mereka berani dan bisa menghasut orang-orang di Indonesia karena mereka memakai segala cara. Selain janji-janji suci, mereka juga mengiming-imingi surga, kebaikan-kebaikan, madu, telur, jabatan, uang, kedudukan, dan segala kebaikan yang belum pernah orang rasakan sebelumnya.

Rayuan tersebut membuat orang ingin ikut kepadanya. Padahal itu adalah sikap pragmatis yang hanya melihat dari sisi jangka pendek dan hanya menguntungkan diri kelompok khilafah. Sesuatu sikap yang sesungguhnya sama sekali tidak menyelesaikan masalah dan justru menambah masalah karena seseorang dijanjikan oleh janji-janji bodong.

Baca Juga  Bukan Hanya Jadi Ustadz, Ini 5 Pekerjaan yang Menjanjikan untuk Santri di Era Digital

Maka, jika mereka bilang bahwa khilafah adalah solusi umat Islam di dunia sunguhlah terbalik. Khilafah hanya menjadi rempah-rempah masalah yang ada di dunia, khususnya di Indonesia. Lagi-lagi, masyarakat hanya mendapatkan kebingunan dan masalah-masalah, serta hidupnya tambah ruwet dan tak terselesaikan. Masyarakat hanya menjadi sekadar alat untuk melestarikan kepentingan elite politik khilafah, proyek khilafah, bukan untuk kejayaan dan kemajuan umat Islam.

Janji Bodong Khilafah

Jika umat Islam bisa ditipu, para punggawa khilafah senang. Mereka sudah pernah masuk ke markas-markas penting pengedar khilafah. Mereka sudah melakukan deal-deal yang bila dibahasakan, “siapa memperoleh apa”. Urusan agama Islam, umat Islam, kedamaian, kemanusiaan, dan kenegaraan tidak diperhatikan. Yang diperhatikan adalah proyek khilafah, uang, uang, uang, dan kedudukan.

Hal itu mereka lakukan hingga saat ini. Kehidupannya pesta pora dengan uang khilafah dan sepertinya, tanpa rasa berdosa dengan dalih sama-sama memperjuangkan umat Islam. Padahal, ia hanyalah memperjuangkan diri sendiri atas nama umat atau khilafah.

Lebih buruk lagi, datangnya rayuan daru partai-partai yang sejalan dengan aktivis khilafah ini. Mereka juga menawarkan yang tak kalah kejamnya: surga, kekayaan, tahta, dan jabatan, serta kemajuan sebuah negara-bangsa. Padahal semua itu tak mungkin terjadi. Inilah yang menimbulkan pragmantisme dari partai-partai Islam, yang menimbulkan efek samping citra Islam buruk di mata agama lain serta pemeluk-pemeluknya.

Baca Juga  Kepala BNPT Ingatkan Radikalisme Menyasar Anak Muda Lewat Dunia Digital

Secara teoritis, mereka dengan menawarkan sistem khilafah, agar mendapatkan kedigdayaan Islam, hanyalah bulshit semata. Karena yang terjadi, mereka tidak benar-benar memperjuangkan Islam. Di sinilah bahayanya.

Negara-negara luar bukan tidak mungkin menjadi skeptis terhadap agama Islam dengan menganggap Islam hanyalah agama yang terbelakang, mengajarkan kekerasan, kotor, buruk, menipu, serta penuh manipulasi, serta sesat. Dan puncaknya, maraknya islamophobia. Kalau ini terus terjadi, sungguh Islam akan terus terbelakang dan perpecahan ada di depan mata. Mustahil Islam tumbuh dan digdaya, jika pemeluknya membelakangi ajarannya.

Agus Wedi

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *