Jalanhijrah.com-Namanya Abu Abdullah Ikrimah, mantan budak Ibnu Abbas. Ia berasal dari Barbar, Maroko. Sebelumnya ia adalah milik Hushain bin Abil Hur al-Anbary, kemudian dihadiahkan kepada Abdullah bin Abbas saat diangkat oleh Ali bin Abi Thalib sebagai Gubernur Bashrah.
Belajar pada sang Guru
Ikrimah hidup bersama Abdullah bin Abbas, pakar Al-Qur’an dan ahli ilmu. Siapa yang tidak mengenal Abdullah bin Abbas? Tinta umat yang menjadi Bapak ahli tafsir Al-Qur’an. Ialah guru Ikrimah. Dari putra paman Rasulullah Saw. inilah Ikrimah belajar Al-Qur’an dan Sunah.
Mengingat dekatnya ia dengan sang guru, Ikrimah tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Ia mencerap banyak ilmu dari para sahabat Nabi saw.. Dengan itulah Ikrimah mampu meriwayatkan banyak hadis dari mereka.
Menurut beberapa riwayat, Ikrimah tetap menjadi budak hingga Ibnu Abbas meninggal. Kemudian, putranya, Ali bin Abdullah bin Abbas menjualnya kepada Khalid bin Yazid bin Muawiyah seharga 4.000 dinar.
Ketika berita itu sampai ke telinga Ikrimah, ia buru-buru menemui Ali bin Abdullah bin Abbas dan berkata, “Engkau menjualku seharga 4000 dinar?” Ali menjawab, “Iya.”
“Itu sungguh tidak baik bagimu. (Dengan menjualku berarti) engkau menjual ilmu ayahmu dengan 4.000 dinar?”
Mendengar hal itu, AIi menemui Khalid dan membatalkan penjualannya. Bahkan, ia pun membebaskan Ikrimah dari perbudakan. Ikrimah lalu hidup seperti manusia merdeka. Ia mengajar dan menyebarkan ilmu yang ia peroleh dari Ibnu Abbas.
Pada masa hidupnya, Ibnu Abbas sangat percaya pada lkrimah. Oleh karenanya, ia membolehkannya mengajar dan berfatwa. “Keluarlah dan berikan fatwa pada orang-orang. Barangsiapa bertanya tentang sesuatu yang menyulitkannya, maka berilah ia jawaban. Barangsiapa bertanya tentang sesuatu yang tidak menyulitkannya, janganlah beri jawaban,” ujar Ibnu Abbas.
Demikianlah kedudukan Ikrimah di mata Abdullah bin Abbas. Sang murid yang melanjutkan ilmu dari gurunya. Abdullah bin Abbas pun memuji dan mengakui keilmuannya.
Murid-muridnya dan Sanjungan para Ulama
Dalam pengakuannya Ikrimah menuturkan, “Aku menuntut ilmu selama empat puluh tahun dan berfatwa tatkala Ibnu Abbas masih hidup.” Selain dikenal sebagai mufassir yang handal dan mumpuni, Ikrimah juga ahli di bidang qira’ah, tafsir, dan hadis.
Status sosialnya sebagai budak bukanlah penghalang dalam belajar ilmu agama hingga Allah memuliakannya dengan ilmu. Banyak ulama yang menyatakan bahwa beliau adalah orang yang tsiqah (tepercaya) dan riwayatnya bisa dijadikan sebagai hujjah (dalil). Terbukti ulama yang meriwayatkan hadis dan menimba ilmu dari beliau sangat banyak. Ini menunjukkan kepercayaan ulama terhadap beliau.
Dalam sejarah tercatat nama-nama besar ulama yang pernah meriwayatkan darinya seperti Ibrahim An-Nakhai, Asy-Sya’bi, Amr bin Dinar, Abu asy-Sya’tsa’ Jabir bin Zaid, Habib bin Abi Tsabit, Hushain bin Abdurrahman, Al-Hakam bin Utaibah, Qatadah, Mathar al-Warraq, Abu Ishaq Asy-Syaibani, Musa bin Uqbah, dan masih banyak ulama tabiin lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Berkenaan dengan ketinggian ilmu Ikrimah, Asy-Sya’bi pernah berkata, “Tidak ada orang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripada Ikrimah. Ibnu Main juga berkata, “Jika engkau melihat seseorang bersama Ikrimah dan Hamad bin Salamah, maka ia tentu memahami Islam.”
Qatadah menambahkan, “Orang yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Hasan. Yang paling mengetahui tentang manasik haji adalah Atha’, sedangkan, orang yang paling mengetahui tentang tafsir adalah Ikrimah.”
Sepeninggal Ibnu Abbas radhiyallahu‘anhu, memang sebagian besar ilmu beliau terwariskan kepada Ikrimah rahimahullah. Oleh sebab itu, tatkala Ikrimah meninggal, maka hilang pula ilmu yang terwariskan darinya. Ikrimah meninggal di Madinah dan saat itu bertepatan dengan meninggalnya Kutsair ‘Azzah, sehingga orang-orang pun mengatakan, “Pada hari ini telah meninggal ulama dan ahli syair.” Ikrimah wafat pada 105 H dalam usia 80 tahun di Kota Madinah.
Benarlah sabda Nabi saw., “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tidak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR AthThabrani dalam Mujam al-Kabir dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).
Ikrimah mencatatkan diri sebagai murid yang mewarisi ilmu gurunya sebagai ahli tafsir terkemuka. Ia pun menjadi guru para ulama tabiin yang bersinar di masanya. Kegigihannya dalam belajar terabadikan dalam catatan sejarah Islam.
Penulis