Hobi Flexing HTI Mengantarkan Pada Kerusakan Umat Islam

Jalanhijrah.com-Hobi flexing para kader HTI dan khilafah menjadi pintu masuk untuk membongkar kobobrokan orang-orang yang ada di dalam organisasi HTI dan segala program yang mereka jalankan. Jejak digital ajaran-ajaran ekstrem mereka masih bergentayangan dan bertebaran di media sosial. Bukan hanya di media sosial, tetapi ajaran-ajaran berbentuk narasi, masih tersebar lewat selebaran buletin kaffah di masjid-masjid Indonesia.

Aktivitas yang ekstrem yang menjelma pada perilaku riil sehari-hari, sejatinya menunjukkan buruknya ajaran hidup dan sistem hidup yang sedang mereka diterapkan: khilafah. Ajaran mereka memang selalu ingin bersandar dan tegak di dalam klaim-klaim sistem Islam. Tapi kanyataannya menafikan ajaran-ajaran suci dan harmoni Islam yang berprinsip pada keadilan dan kemanusiaan. Jadi wajar saja jika kekerasan dan kesempitan bernalar tentang Islam menjadi hal yang lumrah dan niscaya.

Flexing HTI

Bahkan, hal-hal atau berbagai aturan yang mereka undangkan untuk kemudian mereka tegakkan, bernama amal-makruf nahi mungkar selalu kontradiktif dengan apa yang telah HTI selama ini lakukan. Mereka hanya memikirkan kemaslahatan sepihak, sementara untuk yang lainnya begitu keras bahkan dianggap darahnya halal. Wajar pula jika celah keburukan dan kelemahan senantiasa terbuka lebar. Bahkan mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang berniat curang.

Hal demikian itu menyeret orang-orang yang saleh untuk turut berbuat salah. Orang-orang yang baik tiba-tiba menjadi radikal. Semua ini disebabkan, oleh paham khilafah HTI yang menjunjung tinggi individualisme dan khilafahisme yang sengaja diedarkan di tengah masyarakat dengan maksud beragam. Salah satunya untuk menguasai umat Islam, serta untuk memecah belah kebangsaan, kesatuan, dan kedamaian yang selama umat Islam Indonesia rasakan. Bila hal demikian terus dibiarkan berkembang di tengah masyarakat, akibatnya, kerusakan makin lama makin merebak dan sulit diberantas.

Baca Juga  Etika Penulis Ketika Salah Mengirim Naskah

Khilafah yang diklaim tegak di atas landasan akidah, menjadi pengawasan melekat, baik pada individu pegawai dan pejabat, maupun seluruh rakyat, sehingga celah keburukan tertutup adalah sekadar jargon belaka. Aktivis khilafah sejak dulu pintar apus-apus hanya untuk memuluskan visi-misinya, yaitu ingin mendapatkan limpahan proyek, kesatuan bercerai-berai dan bisa mendirikan sistem khilafah.

Itu sudah menjadi fenomena. Masyarakat disuruh untuk menegakkan sistem khilafah sangat kental dengan radikalisme karena konsepnya masih berantakan. Jika pun mereka yang didahulukan adalah amar makruf nahi mungkar, tapi ini menjadi sengkata dalam ajaran Islam sendiri. Di dalam Islam, bukan nahi mungkar yang harus dilakukan, tapi adalah amar makruf. Tapi ini yang tidak dilakukan oleh aktivis HTI. Mereka ganas dan mencengkram.

Mencari Legitimasi dengan Rayuan

Mereka sampai sekarang masih mencari cara untuk mendapatkan legitimasi bahwa khilafah adalah ajaran yang dipesankan oleh Allah dan Rasul. Bahkan sering memaksakan bahwa di Nusantara pernah menerapakan sistem khilafah. Ini adalah ketidakjujuran aktivis khilafah. Mereka hanya hobi flexing dengan kemampuan yang sederhana namun nir-kemanfaatan.

Misalnya, mereka mengaku bahwa dengan sistem khilafah akan mencegah dari kerusakan di tengah masyarakat. Bilamana masyarakat ikut terlibat dalam penegakan aturan Islam, maka sistem ekonomi, politik, sosial atau pergaulan, pendidikan, media massa, dan lain-lain akan selesai dengan sendirinya.

Bagi mereka, itu adalah aturan dari sistem khilafah. Dan jika masyarakat dari sekarang konsisten membantu mensosialisasikan sistem khilafah atau minimal hobi Flexing ala HTI, akan diganjar dengan fitrah kebaikan dan menjamin berbagai kemaslahatan yang didambakan oleh manusia, termasuk diraihnya kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Tapi sayangnya ini bohong.

Baca Juga  Beginilah Hukum Tidak Membayar Pajak dalam Islam

Mereka juga menerangkan bahwa bilamana orang Indonesia sampai berhasil menerapkan khilafah, maka dengan sendirinya ia mampu merealisasikan semua nilai yang dibutuhkan oleh manusia, mulai dari nilai ruhiyah, nilai insaniyah, nilai materi, dan nilai-nilai moral.

Bahkan janjinya, sistem perekrutan, penggajian, dan birokrasi benar-benar diperhatikan sehingga lembaga negara benar-benar menjadi lembaga yang berwibawa. Dengan negara dalam sistem Islam, benar-benar memfungsikan dirinya sebagai pengurus dan penjaga rakyat dengan konsisten menjalankan syariat Islam. Tapi sayangnya lagi, itu hanyalah ketidakjujuran yang sampai saat ini tetap diedarkan. Tidak lain, itu hanyalah flexing ajaran khilafah belaka. Duh!

Agus Wedi

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *