halal

Penerapan halal lifestyle (gaya hidup halal) dapat sorotan. Pasalnya, halal lifestyle ini dianggap sebagai produk dari sistem sekuler kapitalisme. Klaim itu dikatakan oleh aktivis muslimah Halima Noer. Padahal halal lifestyle pada skala yang lebih luas bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian dan edukasi halal bagi masyarakat Indonesia.

Berbeda dengan itu, Halima Noer menganggap bahwa itu hanyalah akal bulus belaka sebagai akibat dari sistem sekuler. “Beginilah sistem sekuler kapitalisme, menerapkan gaya hidup halal pun karena dorongan manfaat (keuntungan materi), bukan karena dorongan iman. Tentu ini menyalahi Islam. Tentu ini sesuatu yang dilarang dalam agama Islam. Syariat Islam tidak boleh diambil dan diterapkan sebagian saja. Balasan bagi mereka yang melakukan hal tersebut adalah kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat,” tuturnya kepada MNews, Senin (22/7).

Halima ini diketahui adalah aktivis khilafah. Dia memang ketika mengkritik kebijakan negara selalu dikaitkan dengan kapitalisme. Menurut dia, gaya hidup halal hanya sebatas mengonsumsi produk halal, merupakan bentuk sekularisasi Islam, yakni hanya mengambil sebagian syariat yang sifatnya individual dan meninggalkan sistemnya.

Menurut Halima, negara tidak boleh menjalankan hukum-hukum Islam semata-mata untuk memperoleh keuntungan, seperti pendapatan dari pajak, menguatkan perekonomian, dan yang sejenisnya, melainkan semata-mata karena menjalankan seluruh perintah Allah Swt., yakni, syariat-Nya. Halimah menjelaskan, mengambil syariat Islam, menjadikan halal-haram sebagai tolok ukur perbuatan adalah wajib dilakukan karena dorongan iman, bukan yang lainnya. Namun, ia menyayangkan, banyak di antara umat Islam yang merasa sudah cukup dengan halal lifestyle semacam itu.

Baca Juga  Idulfitri Sebagai Momentum Aktualisasi Fitrah Beragama dan Berbangsa

Memakai Kaca Mata Kuda

Saya melihat kritik dari Halima seperti memakai kaca mata kuda, yakni melihat sesuatu hitam semua. Apa pun selalu salah di mata dia. Bahkan halal lifestyle yang seharusnya disambut dengan gembira atau dikawal sebagaimana mestinya, malah ditarik pada konsep dan sistem negara. Memang sih dia aktivis khilafah, tapi dalam hal ini saja dia seharusnya objektif.

Bagi saya, terkait halal lifestyle bagus. Mujur-mujur jika masyarakat bisa menerapakan hidup halal sampai pada gaya hidup halal secara keseluruhan. Jika tidak bisa, minimal dia tahu bahwa yang ini halal, dan yang itu haram atau najis. Sayangnya, Halima langsung mengklaim bahwa yang bisa menerapkan gaya hidup halal secara keseluruhan hanyalah negara yang bersistem Islam, yakni dalam Khilafah, syariat Islam bisa diterapkan secara keseluruhan.

Begini ucap Halima: “Hanya dalam naungan institusi khilafah, halal lifestyle akan menjadi gaya hidup seluruh umat Islam, baik tua maupun muda, kalangan atas maupun rakyat biasa, laki-laki juga perempuan, di kota juga di pelosok-pelosok desa, dan di mana pun umat berada”. Pernyataan dan kritik Halima tersebut bagi saya ngaco. Sebab dia sebenarnya hanya mengritik namun di sisi lain hanya ingin jualan sistem khilafah yang tidak laku itu. Model jenis ini terlampau banyak di Indonesia, dan semuanya mekakai kaca mata kuda.

Baca Juga  Begini Sejarah Bangsa Turki Mengenal Islam

Halal Lifestyle dan Edukasi Publik

Bagi saya, program halal lifestyle adalah bentuk regulator, akselerator, dan inisiator dalam pengembangan masyarakat Indonesia. Kalau misalnya berdampak pada sisi perekenomian lebih baik dan menguntungkan masyarakat banyak alhamdulillah. Saya membayangkan, masyarakat bisa mengonsumsi produk-produk halal, makanan dan minuman halal, konsumsi obat-obatan serta kosmetik halal; tren busana menutup aurat dan juga meliputi aspek-aspek kehidupan lainnya.

Merupakan hal yang sempit kalau memberikan pengertian gaya hidup halal hanya sebatas dalam mengonsumsi produk-produk halal, seperti konsumsi makanan dan minuman halal; tren busana menutup aurat; menggunakan jasa keuangan sesuai prinsip syariat; konsumsi obat-obatan serta kosmetik halal.

Lebih dari itu, program halal lifestyle adalah sebagai edukasi agar kemajuan peradaban melaju dengan kesadaran hidup halal yang bisa menyehatkan. Juga memberkahkan. Tak dapat dipungkiri, perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan gaya hidup, konsep, dan paradigma baru sesuai dengan perkembangan masyarakat yang mendukungnya. Karena inilah butuh meningkatkan kesadaran hidup halal, literasi halal sudah barang tentu ditingkatkan. Di tengah konsumsi masyarakat dan gaya hidup semakin tinggi, ketentuan regulasi halal harus dan wajib menjadi kesadaran hak Muslim di dunia. Minimal dapat memberikan suntikan edukasi dan solusi terhadap permasalahan di masyarakat.

Kesadaran halal lifestyle sebenarnya sungguh telah tertuang dalam Al-Qur’an dan hadis. Banyak ayat Al-Qur’an yang bahkan secara spesifik membicarakannya, baik dalam konteks konsumsi, produsen, pemotongan hewan, maupun pemilihan hewan. Bahkan hadis pun memperkuat dan memperjelas apa yang tertuang dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Jadi tidak benar kalau halal lifestyle hanyalah dampak dari sistem sekuler kapitalisme, seperti dituduhkan Halima, aktivis khilafah itu.

Baca Juga  Islam Sudah Lebih Dulu Feminis dari Feminisme

 

Agus Wedi

Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *