Jalanhijrah.com– Sebagai seorang penulis suatu ketika saya mengirim naskah via email ke sebuah media cetak. Karena teledor, saya salah salah mengirimkan naskah. Dalam subjek email tertulis Cerpen Kabut Api, tapi saya malah mengirimkan naskah cerpen berjudul Pelajaran dari Orang Mati.
Begini, saya terbiasa menuliskan judul naskah ke subjek email, semisal: Esai Menulis Itu Seksi dan Ibadah, Cerpen Mirah dan Randu Memohon Ampunan, atau Puisi Sumpah Perawan Ratu Kalinyamat, Cermin Ratu Shima, Dirundung Dosa, Tuhan, dll.
Suatu hari, saya salah mengirimkan naskah via email ke sebuah media cetak. Naskah yang berupa cerpen di subjek email sudah tertulis judul cerpen, eh yang terkirim malah naskah cerpen yang lain. Pernah juga saya salah menuliskan judul dalam subjek email. Judul naskah Esai Torpedo. Saya malah menuliskannya Esai Tornado. Kok bisa? Manusiawi sih, penulis juga manusia yang kadang khilaf.
Pengalaman teman sesama penulis juga pernah mengalami kekeliruan ini, semisal mengirim naskah via email, maksudnya hendak mengirim naskah cerpen, eh yang terkirim naskah puisi. Ada juga yang sudah menulis kata pengantar di badan email, tapi lupa mengirimkan lampiran naskah. Ada juga yang lebih berdosa, kala seorang penulis mengirimkan naskah ke redaktur media A, tapi yang dikirim malah naskah ke redaktur media B.
Kok bisa-bisa ya, hal-hal kecerobohan di atas bisa dilakukan oleh seorang penulis? Jawabnya, bisa beragam. Kecerobohan, kekurangtelitian, atau kealpaan si penulis. Namun, intinya, penulis sama seperti kebanyakan manusia yang terkadang berbuat keliru. Lantas, apa yang harus dilakukan ketika penulis melakukan dosa-dosa di atas?
Berangkat dari pengalaman sebagai penulis, apabila saya melakukan kesalahan tentu hukumnya buru-buru membetulkan kesalahan tidak sengaja tersebut. Saya segera meminta maaf, kemudian mengulang mengirim naskah tersebut. Cermati dan teliti lagi sebelum mengirim ulang, agar tidak terjadi kesalahan lagi.
Jangan lupa berdoa, agar kita terhindar dari kesalahan yang sama. Sebelum mengirim ulang naskah, sebaiknya kita bisa meminta maaf pada redaktur atau media yang hendak kita kirim. Bisa via email dalam kata pengantar naskah atau dalam email tersendiri. Intinya, bahwa kita melakukan kekeliruan tersebut tanpa sengaja.
Percaya deh sebagai manusia, redaktur juga pasti sebal saat menerima naskah yang keliru. Syarat naskah dikirim adalah naskah yang bagus, tidak ada salah ketik dan asyik dibaca. Ketika naskah kita isinya sudah keren, tapi karena ada kesalahan penulisan judul, salah kirim, atau kekeliruan lainnya, yang tak selayaknya terjadi, bisa-bisa redaktur ilfeel saat membaca naskah tersebut.
Bisa jadi kita dianggap penulis yang gegabah, teledor, dan tidak profesional. Padahal kekeliruan tersebut dilakukan karena ketidaksengajaan. Namun, tetap saja kesalahan tersebut ada pada si penulis, pengirim naskah.
Apakah yang akan dilakukan oleh redaktur bila menerima naskah ternoda tadi? Sebagai manusia setiap redaktur memiliki karakter yang berbeda. Dari yang mengumpat dalam hati, menyindir di media sosial, atau menggerundel dengan teman. Intinya, redaktur pasti akan kecewa.
Salah seorang penulis tersohor, Adi Zamzam, pernah ditegur oleh redaktur karena salah kirim naskah. Masih untung tegurannya halus, dan kemudian karya sahabat saya tersebut masih bisa dimuat di rubrik yang dikelola oleh redaktur tersebut.
Apakah ada sanksi ketika kita mengirim naskah yang keliru alias ternoda? Tentu ada, dari redaktur ilfeel, menyindir di media sosial, menggerundel, atau yang lebih ekstrim, naskah kita di-delete, artinya kita dianggap tidak kirim naskah. Ujung-ujungnya, naskah kita tidak bakalan dimuat.
Menyesalkan, gara-gara salah kirim naskah kemudian kita memilih cuek? Padahal dalam agama Islam pun ada adab, apabila berbuat salah kita meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut, Bestie. Jadi, luangkan waktu sekejap, memohon maaf, dan mengirim ulang naskah jika melakukan kesalahan seperti yang saya lakukan.
Semoga dengan permintaan maaf, dan kita kirim ulang naskah, redaktur berkenan membaca naskah kita. Jika naskah memang bagus dan cocok tentu dimuat, kan? Sangat disayang jika naskah kita bagus, tapi hanya karena khilaf naskah tersebut tidak dimuat, seperti pepatah, gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga.
Penulis: Kartika Catur Pelita