Suntik Mati Khilafah atas Nasionalisme Indonesia

Jalanhijrah.com-Aktivis khilafah dalam membaca kemenangan Islam dan kekalahan Islam selalu bersandar pada runtuhnya Daulah Islam pada 1924. Ini dilakukan sekadar untuk “menandai” era khilafah atau memberikan pesan politik kepada umat Islam. Hingga saat ini, bagi mereka, Daulah Islam adalah masa-masa umat Islam memiliki kekuatan yang tangguh dan tidak terkalahkan. Kendati, menurutnya, umat Islam dulu sangat disegani.

Penandaan Khilafah

Penandaan itu kemudian disangkutpautkan dengan umat Islam hari ini. Bahwa umat Islam hari ini sudah lemah, layu, dan tak tentu arah. Umat Islam hari ini dianggap tidak memiliki apa-apa, bahkan sekadar memiliki pemimpin yang tangguh saja tidak bisa. Atau, sekadar ingin memberikan bantuan kepada negara-negara mayoritas muslim bermasalah, seperti Palestina sudah mati rasa.

Karena itu, menurut mereka, umat Islam harus melihat kebelakang kembali, yakni ke masa-masa Daulah Islam. Mengacu ke masa Daulah Islam, adalah ingin mewartakan masa-masa kekuatan khilafah berkuasa. Tujuan mereka, ingin memantik umat Islam untuk berpikir dan menilik kembali masa-masa yang telah terjalani: khilafah.

Bagi mereka, negara dan bangsa penganut Islam terbesar mundur kendati mengabaikan khilafah. Sebagai sebuah contoh, rakyat Palestina, lebih dari 70 tahun menderita sebab serangan tentara Israel itu akibat tidak menjalankan syariat Islam seperti yang dicontohkan khilafah. Palestina dan negara-negara yang bersimpati kepada Palestina, tidak bisa berbuat apa-apa (tidak bisa membantu, sekadar mengirimkan bantuan tentara dan logistik), itu juga karena tidak menegakkan khilafah.

Baca Juga  Ketika Fenomena Taliban di Afghanistan Dijadikan Propaganda oleh Para Dedengkot Khilafah Indonesia

Khilafah Bukan Solusi

Maka itu, aktivis khilafah menyarankan, hari ini sudah saatnya umat Islam bangkit dari “suasana” ini. Mereka juga mempertanyakan posisi umat Islam dan posisi negara mayoritas muslim atas nasib Palestina. Mereka bertanya, mengapa negara-negara muslim saat ini hanya bisa mengeluarkan berbagai kecaman yang bagaikan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, dan tidak berdampak kepada Israel atas Palestina? Secara terang-benderang mereka menjawab dengan nada bersorak, bahwa umat/negara mayoritas muslim takut, dan berlindung di bawah hubungan diplomatik, dan bersembunyi di balik ketiak penguasa kapitalis.

Apakah jawaban di atas benar? Pembaca bisa menilainya sendiri. Pertanyaan dan jawaban retoris di atas sebenarnya hanya ingin memberikan gambaran/energi bahwa, umat Islam hari ini sudah “mati” dan tidak berdaya. Kendati harus dibangunkan dengan cara menghidupkan kembali sistem khilafah seperti yang terjadi di zaman Daulah Islam pada 1924. Hanya itu!

Apa pun masalahnya dan apa pun topiknya, bagi aktivis khilafah, jawabannya adalah sistem khilafah. Menurut mereka, yang bisa menyelamatkan umat Islam saat ini adalah khilafah. Lalu di mana keberadaan sistem khilafah saat ini? Jawabannya adalah di angan-angan. Bagaimana mungkin sistem khilafah bisa menyelamatkan dunia, jika sistem khilafah tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Melindungi dirinya sendiri tidak bisa, gimana bisa melindungi yang lain.

Suntik Mati Khilafah

Yang aneh, mereka secara lantang dan yakin memberikan narasi dan deskripsi bahwa hanya khilafah yang bisa meruntuhkan itu semua. Menurut aktivis khilafah, kekuatan dunia Barat hanya bisa diruntuhkan dengan hal yang sama: militer harus dihadapi dengan pasukan militer, ilmu pengetahuan harus dihadapi dengan ilmu pengetahuan, dan pikiran hanya bisa dikalahkan dengan pikiran. Dan semua itu hanya bisa dilakukan oleh sistem khilafah, katanya.

Baca Juga  Bukti Rasulullah SAW dan Para Khalifah Tidak Memusuhi Pemeluk Agama Lain

Aktivis khilafah mengatakan: “tidak mungkin membebaskan Palestina dari penjajahan Israel, kecuali melalui kekuatan pasukan yang hebat di bawah komando seorang khalifah. Hanya Khilafah harapan dan solusi terakhir kaum muslim untuk melindungi setiap kehormatan dan kemuliaannya. Khilafah tidak akan membiarkan setetes darah kaum muslim ditumpahkan oleh para musuh Islam”. Sampai di sini anda mungkin masih bisa menyimpan tawa.

Tapi yang pasti, aktivis khilafah ini memang unik, progresif, dan tidak punya malu. Semua alasan-alasan di atas, semuanya ia limpahkan untuk kepentingan politik khilafah. Mereka seakan-akan bisa melindungi dengan cara memberi narasi-narasi jago dan bombastis atas masalah hidup dunia ini. Mereka melakukan hal tersebut hanya ingin membelah konsenstrasi umat Islam saat ini yang sudah membaik dengan keagamaan dan nasionalismenya. Klaim-klaim di atas sekadar ingin suntik mati nasionalisme atas negara Indonesia yang sedang berkobar, nyaman, dan damai seperti saat ini.

Agus Wedi

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *