Jalanhijrah.com-Saudah binti Zam’ah adalah istri Rasulullah saw yang kedua. Usianya sudah sekitar 70 tahun. Beliau adalah seorang janda tua yang memiliki 12 orang anak. Ketika itu Saudah bermimpi ada bulan masuk ke rumahnya. Takwil mimpi ini hampir sama dengan apa yang dialami oleh Khadijah.
Ketika Rasulullah mengalami amul ibtila’ atau tahun-tahun ujian, saat para sahabat di Mekah disiksa oleh orang-orang Quraisy, Rasulullah memerintahkan untuk hijrah ke Habasyah yang dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib yang salah satu pesertanya adalah Saudah dan suami As-Sakran bin Amr. Mereka hijrah menuju Habasyah.
Suatu ketika ada informasi bahwa Rasulullah dan dakwahnya di Mekah sudah mengalami kemenangan. Maka pulanglah orang-orang yang hijrah ke Habasyah menuju kota Mekah. Ternyata kejadian tersebut hanya berita bohong atau hoax. Hal ini menyebabkan Saudah yang sudah terlanjur pulang dan sesampainya di Mekah, suaminya wafat. Peristiwa ini berdekatan dengan wafatnya Sayyidah Khadijah. Sehingga ketika itu Saudah ditinggal wafat oleh suaminya dan Rasulullah ditinggal wafat oleh Khadijah.
Selang beberapa waktu, Rasulullah ditawari oleh para sahabat, “Ya Rasulullah apakah engkau ingin menikah lagi? Apakah engkau masih punya hajat untuk menikah” Rasulullah menjawab, “Ya, aku punya hajat untuk mengurus anak-anak dan rumah tanggaku.”
Alasan Rasulullah Menikahi Saudah binti Zam’ah
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi Rasulullah menikahi Saudah. Setidaknya ada empat hal di antaranya adalah menyelamatkan janda yang ditinggal suaminya. Apalagi keluarga dari Saudah merupakan tokoh masyarakat Quraisy yang memusuhi Rasulullah Saw. Sehingga rentan imannya bisa batal dengan masalah ekonomi dan masalah keluarganya. Kedua, menyelamatkan iman Saudah. Ketiga Rasulullah juga ingin menanggung anak-anak Saudah. Keempat, Rasulullah juga membutuhkan sosok yang dapat menjadi ibu bagi anak-anaknya. Sosok wanita dewasa yang dapat membantu urusan rumah tangga.
Saudah adalah seorang perempuan dari Sudan, orang Ethiopia yang memiliki kulit hitam. Disebutkan dalam riwayat bahwa Saudah orangnya gemuk dan sudah udzur. Kepribadian Saudah adalah seorang wanita yang hatinya lapang luar biasa, memiliki sifat keibuan, bahkan Saudah bukan hanya ngemong anaknya, tetapi ngemong juga istri-istri Rasulullah yang lain.
Saudah juga dikenal sebagai salah satu istri nabi yang humoris. Rasulullah sering dibuat tertawa oleh Saudah. Pernah suatu ketika saat qiyamul lail Saudah bercerita, “Aku mengikuti engkau qiyamul lail di belakangmu, lalu ketika engkau berdiri aku ikut berdiri, ketika rukuk aku ikut rukuk, ketika sujud, aku pegang hidungku, aku khawatir keluar darah dari hidungku ya Rasulullah.” Rasulullah yang tidak bisa membayangkan gambaran lucu Saudah memegang hidungnya saat sholat akhirnya tersenyum. Gaya humoris Saudah ini juga terkadang dapat meredakan kesedihan yang dialami Rasulullah.
Saudah sempat ingin diceraikan oleh Rasulullah, tetapi turun sebuah ayat di bawah ini.
“Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu memperbaiki (pergaulan dengan istri) dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap acuh tak acuh), maka sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
QS Annisa : 128
Maka ketika Saudah mengetahui rencana Rasulullah untuk menceraikannya, Saudah mengatakan, “Ya Rasulullah saya ini perempuan yang sudah tua, saya sudah tidak memiliki hajat dengan laki-laki, tetapi saya pengen nanti di yaumul akhir saya dibangkitkan sebagai istrimu. Maka Rasulullah kalau salah satu hal yang bisa membuat engkau ridha adalah memberikan jatahku kepada Aisyah maka aku berikan.”
Peran saudah dalam dakwah Rasulullah di antaranya adalah mengambil peran sebagai ganti bagi Khadijah yaitu menjadi pelayan Rasulullah sebagai istri, pengasuh bagi anak-anaknya. Saudah juga berperan sebagai dai di kalangan wanita-wanita seusia beliau. Memberikan perhatian atau ngemong istri-istri nabi yang lain, mendamaikan istri-istri nabi, dan menyenangkan hati mereka.
Salah satu istri Rasulullah, Aisyah sangat menyukai Saudah karena sifatnya. Ia rela memberikan jatah malam Rasulullah di rumahnya kepada Aisyah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dijelaskan,
“Ketika Saudah sudah tua, ia serahkan jatah menginap Rasulullah di rumahnya, untuk Aisyah. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku berikan hari giliranku bersamamu untuk Aisyah. Sehingga Rasulullah memberikan jatah dua hari untuk Aisyah. Hari gilirannya dan harinya Saudah.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Aisyah juga berkata,
“Tiada seorang wanita pun yang paling aku sukai agar aku memiliki sifat seperti dia melebihi Saudah binti Zam’ah tatkala berusia senja.” (HR. Muslim)
Itulah tadi kisah singkat salah satu Ummul mukminin istri Rasulullah, Saudah binti Zam’ah. Saudah wafat pada akhir pemerintahan dari khalifah Umar bin Khattab Ra. Semoga yang singkat ini dapat menginspirasi perempuan masa kini dalam mengambil peran di tengah tantangan zaman yang terus berubah.