Dalam era digital yang kian berkembang, ekstremisme berbasis online menjadi ancaman yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Kelompok ekstremis semakin lihai memanfaatkan dunia maya untuk menyebarkan propaganda dan merekrut simpatisan baru, terutama di kalangan anak muda.

Namun, di tengah kompleksitas ini, hasil riset terbaru yang diluncurkan oleh Peace Generation Indonesia (PeaceGen) dalam “K-Hub PCVE Outlook #4: Strategi Komunikasi Digital Tangkal Paham Radikal” mengungkap fakta yang mengejutkan: 8 dari 10 organisasi masyarakat sipil (OMS) yang bergerak di bidang pencegahan ekstremisme belum memiliki roadmap komunikasi digital yang jelas.

Riset yang digelar di Institut Teknologi Bandung ini memetakan praktik, tantangan, serta peluang OMS dalam menerapkan strategi komunikasi digital yang efektif untuk mencegah ekstremisme berbasis online.

Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun 9 dari 10 OMS sudah menggunakan pendekatan “alternatif positif” untuk membangun narasi damai, hanya sedikit yang memiliki perencanaan strategis dalam bentuk roadmap. Padahal, keberadaan roadmap ini sangat penting untuk memastikan efektivitas dan konsistensi kampanye digital OMS dalam melawan narasi radikal.

Ketika menghadapi ancaman ekstremisme digital, strategi komunikasi OMS tidak hanya harus kreatif dan menarik, tetapi juga konsisten dan terstruktur. Berdasarkan data PeaceGen, tantangan terbesar yang dihadapi OMS adalah pengembangan strategi komunikasi dan pengelolaan konten (40,9%).

Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) menjadi kendala kedua terbesar (36,4%), disusul keterbatasan anggaran dan dukungan finansial. Tanpa roadmap yang jelas, OMS kesulitan dalam mengarahkan upaya dan sumber dayanya secara optimal, yang seringkali berujung pada inkonsistensi pesan serta kurangnya dampak yang terukur.

Baca Juga  Waspada Teror Menjelang Natal

Tantangan pengelolaan konten juga melibatkan kesulitan dalam menanggapi isu secara tepat waktu dan mengukur dampak dari strategi yang telah dijalankan. Tanpa strategi komunikasi yang menyeluruh, setiap kampanye hanya akan menjadi upaya sporadis yang mudah dilupakan, padahal ekstremisme memerlukan respons jangka panjang dan terarah.

Keberadaan roadmap memungkinkan OMS untuk lebih sistematis dalam merancang konten dan mengelola narasi damai. Dengan roadmap, setiap langkah dalam kampanye dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara lebih mendalam. Penggunaan roadmap ini juga membantu organisasi memanfaatkan sumber daya mereka secara lebih efisien, terutama dalam menghadapi keterbatasan anggaran dan SDM.

Tanpa roadmap, OMS kehilangan arah, yang berpotensi menyebabkan upaya kontra-ekstremisme hanya menjadi gerakan sporadis. Hal ini tidak akan memberikan dampak jangka panjang yang dibutuhkan untuk melawan narasi ekstremis yang terus berkembang.

Dengan roadmap, setiap OMS dapat merancang langkah-langkah yang berkelanjutan dan menyusun indikator keberhasilan yang terukur. Strategi ini juga memungkinkan adanya penyesuaian strategi berdasarkan tren atau isu yang berkembang, yang penting untuk menjaga relevansi narasi yang mereka bangun.

Sebagai upaya pencegahan ekstremisme yang lebih efektif, OMS perlu mulai merancang roadmap komunikasi digital yang tidak hanya berfokus pada peningkatan kesadaran, tetapi juga membangun keterlibatan publik yang lebih mendalam. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil.

  1. Pelatihan untuk meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang komunikasi digital harus menjadi prioritas, terutama bagi OMS yang menghadapi keterbatasan tenaga profesional.
  2. Kolaborasi dapat membantu mengatasi tantangan anggaran dan keterbatasan sumber daya lainnya. Dengan bekerja sama, OMS dapat saling mendukung dalam menjalankan kampanye yang lebih luas dan efektif.
  3. Setiap kampanye komunikasi harus memiliki indikator keberhasilan yang terukur. OMS perlu meninjau apakah konten yang disebarkan berhasil menarik perhatian, melibatkan audiens, atau bahkan mempengaruhi perubahan perilaku.
  4. Teknologi seperti analitik data dapat membantu OMS dalam memahami audiens mereka secara lebih baik dan menyesuaikan kampanye sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik masyarakat. Teknologi ini juga memungkinkan OMS mengidentifikasi konten apa yang paling efektif dalam mendorong keterlibatan audiens.
  5. Pemerintah dan sektor swasta dapat mempertimbangkan alokasi dana khusus untuk mendukung OMS dalam melawan ekstremisme digital. Dengan dukungan finansial yang memadai, OMS dapat lebih leluasa dalam merancang kampanye yang konsisten dan berdampak.
Baca Juga  Meninggalkan Dakwah Radikal-Ekstrem, Menyemai Dakwah Ramah-Moderat

Ekstremisme digital bukanlah tantangan yang dapat ditangani dengan satu strategi saja, tetapi membutuhkan kampanye berkelanjutan yang merespons setiap dinamika baru di dunia maya. Melalui roadmap yang terstruktur, OMS dapat menjaga kesinambungan narasi damai serta kontra-narasi terhadap ekstremisme, membangun masyarakat yang lebih resilien terhadap ideologi radikal.

Dengan begitu, OMS tidak hanya memberikan alternatif positif dan berpikir kritis, tetapi juga menawarkan narasi damai yang konsisten dan mampu melawan ekstremisme digital secara efektif.

Ke depan, roadmap strategi komunikasi digital harus menjadi bagian integral dari upaya OMS dalam melawan ekstremisme, menciptakan masyarakat yang lebih kuat, damai, dan toleran di era digital yang semakin kompleks ini.

Muhammad Naufal Hisyam

Sarjana Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.