Jalanhijrah.co,-Nabi Muhammad adalah makhluk paling mulia yang diutus sebagai Rahmatan lil’alamiin. Sebagai umat Islam tentu kita sangatlah berungtung karena telah dikaruniai Iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan iman inilah kita bisa yakin bahwa Rasululluh memang sebenar-benarnya utusan. Dengan memiliki status sebagai seorang muslim, tentu kita dengan sangat mudah untuk mengaku sebagai umatnya Nabi Muhammad saw.
Yang jadi permasalahan adalah, apakah kita nanti akan diakui oleh Rasulullah saw sebagai Umatnya? Ibaratnya kita sangat mudah untuk mengaku sebagai fans dari seorang tokoh terkenal. Misalnya kita mengaku sebagai Fans dari Cristiano Ronaldo. Dengan mengaguminya, memiliki fotonya, mempunyai tanda tangannya, mengenal segala kebiasaannya dan seluruh detail kehidupannya mungkin sudah cukup disebut sebagai fans. Namun, apakah sang mega bintang Cristiano Ronaldo juga akan mengenali kita?
Begitu juga kita sebagai umatnya Nabi Muhammad saw. Kita bisa saja menghafalkan nasab beliau, membaca hadist-hadist beliau, memahami sejarah kehidupan beliau, tapi tentu ini belum menjadi jaminan bahwa nanti kita akan dikenali dan diakui sebagai umat Nabi Muhammad saw. Nah, untuk itu Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai ciri-ciri sifat dan sikap umat Nabi Muhammad saw yang statusnya diakui sebagai sebenar-benarnya Umat. Ciri-ciri ini ada di dalam Q.S. Al-Fath ayat 29 :
مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗاۖ سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِۚ وَمَثَلُهُمۡ فِي ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ شَطَۡٔهُۥ فََٔازَرَهُۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلۡكُفَّارَۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنۡهُم مَّغۡفِرَةٗ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Berdasarkan ayat di atas, bisa kita fahami bahwa ada tiga ciri utama Rasulullah saw dan Umatnya sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-Zuhaili yaitu :
- Tegas dan Keras terhadap orang kafir, Lembut dan saling mengasihi di antara sesama muslim.
Dalam tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab dijelaskna bahwa maksud Tegas dan Keras yakni tidak berbasa-basi terehadap orang kafir yang membenci Islam yang akan mengorbankan aqidahnya. Namun sikap tegas dan keras ini tetap berada pada qaridor adab sebagaimana representasi dari risalah Rahmatan lil’alamin. Di balik sisi tegas dan keras ini, seorang muslim berkasih sayang di antara umat muslim lainnya.
Hal yang unik adalah, Qurash Shihab menjelaskan bahwa makna Kafir dalam al-Qur’an bukan sekedar diartikan sebagai status Non Muslim saja. Namun lebih luas lagi dijelaskan bahwa makna Kafir yaitu “siapa saja yang melakukan aktivias yang bertentangan dengan tujuan agama (Islam)”. Oleh karena itu seorang Muslim bisa saja ternilai kafir secara sikap dan perbuatan bila ia melakukan kedurhakaan yang melangar aturan syari’at. Tentu maksudnya adalah statusnya tetap muslim, tapi sikapnya merujuk kepada perbuatan orang kafir.
- Selalu Menjaga Solat dan segala amal ibadahnya hanya mengharap ridho dan balasan dari Allah semata.
Solat merupakan tiang agama. Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa umatnya Nabi Muhammad adalah mereka yang menjaga dan memelihara solatnya. Karena solat adalah sebaik-baiknya amalan. Mereka menunaikan solat dengan ikhlas karena Allah dan mengharapkan limpahan rahmat serta keagungan pahala dari Allah swt. Solat juga akan memberikan dampak dalam keseharian mereka sebagaimana disebutkan bahwa solat itu menjaga kita dari perbuatan keji dan mungkar.
- Bersinar dan bercahaya wajahnya di dunia dan di akhirat.
Menurut Quraish Shihab, lafadz (bekas sujud) أَثَرِ ٱلسُّجُودِhendaknya jangan difahami sebagai tanda hitam di dahi. Namun bekas sujud ini lebih dimaknai sebagai wibawa, kharisma dan kehusyu’an yang tampak pada seseorang. Sehingga bila ia dilihat maka yang melihatnya akan tergugah untuk berdzikir, bila ia berkata maka perkataannya menghadirkan kekhusyu’an dan ketundukan kepada Allah walapun penampilannya sederhana.
Ditambahkan oleh Wahbah Az-Zuhaili bahwa sebagian Ulama mengatakan amal kebaikan meninggalkan jejak sinar di dalam hati, cahaya di wajah, dan keluasan rezeki. Maksud ayat ini adalah berbagai jelak ibadah yang ikhlas dilakukan hanya kepada Allah akan tampak pada raut muka orang mukmin. Adapun di akhirat wajah umat nabi Muhammad saw akan bersinar karena sering dibasahi oleh air wudhu yang menjadi syarat sahnya Solat.
Demikianlah ciri-ciri umatnya Nabi Muhammad saw yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Ciri-ciri ini semua bisa kita gapai dengan cara selalu meningkatkan taat kepada Allah dengan cara mengerjakan semua perintah dengan niat mendapatkan ridho-Nya, serta sebisa mungkin berusaha menjauhkan diri dari segala larangan-Nya. Semoga kita semua akan menjadi orang-orang yang akan diakui oleh Rasulullah saw sebagai umatnya kelak. Aamiin.